***
Empat hari di kediaman utama Duke Rethroven, Henry semakin tidak tenang. Pasalnya, Duke belum ada tanda-tanda untuk menyatakan dukungannya. Sedangkan jika mereka gagal dalam seminggu ini, Adrian mungkin akan kembali dengan tangan hampa. Ia berpikir untuk melakukan sesuatu. Meski Adrian akan marah padanya. Ia akan tetap mempertaruhkan segalanya demi Adrian. Ia tidak bisa membiarkan posisi Adrian direbut oleh anak seorang selir yang bahkan belum menunjukkan bakat apapun.
Diam-diam Henry meminta untuk bertemu dengan Duke. Setelah Duke bersedia untuk menemui Henry, Henry segera mengatakan maksud dan tujuannya.
"Yang Mulia Duke tentu sangat merindukan putri Anda satu-satunya. Jika saya mengatakan bahwa saya mengetahui dimana keberadaannya, tolong berikan dukungan Anda pada Yang Mulia Pangeran Adrian."
"Lancang! Kau ingin menggunakan putriku sebagai alat!"
Seperti dugaan Henry, Duke Evans murka.
"Tidak, Yang Mulia. Tentu saja tidak. Karena saya benar-benar mengetahui hal itu."
"Aku menghormatimu karena kau orang kepercayaan Pangeran Pertama, tapi apa yang kau katakan barusan?!"
"Saya mengetahui hal ini dari seseorang yang membawa putri Anda pergi." Henry tidak pantang menyerah. Ia bertekad untuk kembali dengan hasil baik.
Sembari mengepalkan tangannya erat-erat Duke berkata, "Jika kau main-main, aku akan membunuhmu." Ancaman itu membuat Henry menciut sebenarnya. Tapi bagaimanapun, ini adalah sebuah kesempatan yang mungkin tidak akan datang dua kali.
"Orang yang menculik putri Anda adalah Viscount Lervis Esterion. Dia adalah teman baik saya semasa di akademi hingga kami lulus dan berkeluarga. Suatu hari..." Henry mulai bercerita mengenai sosok putri kecil yang sangat duke rindukan itu.
Ketika Henry selesai bercerita, Duke bagaikan baru saja disiram dengan seember air dingin. "Jadi ini bukan hanya khayalanku semata?" Henry mengangguk.
"Sekarang, Viscount dan istrinya telah meninggal. Ia terlilit banyak hutang dan mati akibat serangan jantung. Nona Anne terpaksa bekerja sebagai pelayan karena aset-aset Viscount habis setelah ia bangkrut. Sedangkan kakaknya telah menikah dengan seorang pedagang kaya dan mereka putus hubungan. Nona Anne awalnya bekerja di kediaman seorang Count, lalu ia mendapat rekomendasi untuk bekerja di kediaman Marquess Lovantin." Henry mendapatkan cerita ini dari Adrian. Tapi... apakah ia perlu menceritakan soal penyiksaan itu?
"Anne melakukan semua itu?" Hancur sekali hati Duke mendengar putrinya sangat kesulitan selama ini. Bahkan ia tidak tahu kalau ia bukan putri kandung Viscount itu.
"Nona bertemu dengan Pangeran ketika menjadi pelayan pribadi Lady Lovantin. Dan saat ini, Pangeran tengah berusaha melindungi Nona Anne dari Lady Gabriella dan Marquess Lovantin." terang Henry. Ia berharap, dengan ini Duke dapat menilai Adrian lebih baik dari sebelumnya.
"Apa maksudmu? Apa yang terjadi?"
"S-sebenarnya... Lady Gabriella yang terkenal anggun dan ramah memiliki tempramen yang buruk. Ia kerap menyiksa pelayannya, termasuk Nona Anne. Dan mengetahui hal itu, Pangeran yang menaruh hati pada Nona Anne berpikir untuk melindungi Nona. Namun, Marquess tidak terima karena--"
"Anne disiksa oleh putri Marquess?" potong Duke.
Henry mengangguk cepat.
Duke mengepalkan tangannya kuat-kuat. Haa... jika saja, jika saja ia tidak kehilangan putrinya dulu.
Keluar dari ruangan Duke Rethroven, Henry belum tahu apakah Duke akan mendukung Adrian atau tidak. Tapi ia harap, dengan ini Duke akan memberikan penilaian yang baik pada Adrian.

KAMU SEDANG MEMBACA
Not Your Typical Romance Fantasy Story
ContoIt's just a short story. Don't forget to vote and comment. *** Dipelopori oleh ide yang seret dan kemalasan mengetik. 🪴🪴🪴