25. do it

70 6 0
                                    

Malam hari. Tepatnya, pukul 19.28 kst.

Kurang lebih 2 jam lagi adalah jadwal operasi. Kini, Jisung tengah berada di dalam kamar rawat. Yah, ditemani oleh Haechan, Chenle, Renjun, Jeno, dan yang pasti Jaemin.

Entah karena apa? Sejak tadi siang, Haechan dan Chenle mulai jadi sahabat. Bahkan sekarang pun mereka begitu akrab.

Jisung sedari tadi hanya diam saja. Mungkin karena takut? Yah, mungkin saja.

"Jisungie, jangan diem mulu dong!" bosan Chenle yang berada di dekatnya.

"Iya nih, kita jadi bosen!" Sambung Haechan.

Jisung masih membisu, ia seakan-akan tak mendengar apa yang baru saja mereka katakan.

Chenle mengerutkan keningnya, ia menepuk lembut punggung lelaki polos itu. "Jisungie?"

"Aku takut..."

Haechan dan Chenle menghentikan aktivitasnya.

"Kita tidak salah dengar, kan?"

Chenle kemudian mendekati tubuh lelaki itu. "Jangan takut! Nanti, setelah kau membaik, aku akan mengajakmu dan Haechan ke Shanghai!"

"Hmmm... Ayo Jisungie! Hyung tahu, kau pasti bisa! Jika melakukannya lebih cepat, mungkin kita bisa berkemah bareng!"

"Hehehe, iya juga, yah? Okey! Kalau begitu, aku akan mencobanya!" Entah karena apa, setiap perkataan yang Haechan ucapkan selalu menghasilkan energi positif bagi Jisung.

Melihat tingkah lucu Jisung membuat Haechan sedikit geli sekaligus bahagia.

_____

Pukul 21.09 kst. Jisung sudah dibawa ke ruang operasi. Baru saja, beberapa menit yang lalu.

"Kau tidak akan melukaiku lagi, kan?" gumam Jisung menatap sang dokter yang berada di dekatnya.

Dokter itu hanya diam. Ia tahu, ia sangat menyesal. Melukai pasien adalah hal yang begitu buruk dilakukan oleh seorang dokter sepertinya.

Tiba-tiba, darah mengalir deras dari hidung Jisung. "A-apa ini?"

"Kambuh lagi."

Para perawat yang berada di dekatnya lantas mengambil tisu, kemudian menahan darah itu agar tidak menetes dan mengotori pakaian.

"Darahnya semakin banyak... Apa kalian yakin aku akan sembuh?" ujar Jisung sendu sambil menatap seorang perawat yang tengah sibuk mengganti tisu penuh darah itu.

"Sudah kali ke 7 kau datang ke ruangan ini, setelah perjuangan yang panjang itu... Apa kau yakin akan menyerah? Kau sudah berusaha mati-matian sampai sejauh ini, apalagi operasi yang ke 6 itu berjalan tidak cukup baik... Jangan sampai kau membuat orang yang memberi harapan pada dirimu menyesal, yah?" balasnya.

"Capek, lelah, sakit, mati rasa... Perih," gumam Jisung begitu pelan.

"Ayo berjuang! Kalau sembuh nanti, nuna akan membelikanmu es krim!"

"Tidak bohong, kan?" tanya Jisung polos.

"Tentu saja! Kita makan bareng nanti!"

"Terimakasih banyak..."

Setelahnya, Jisung dibius total. Ia terbaring tak berdaya di ranjang penuh kabel dan peralatan operasi itu.

Dear Friend || Nct DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang