SEQUEL "ALEXIO"
[FOLLOW DULU SEBELUM BACA!]
DON'T COPY MY STORY❌️‼️
18+
Buat yang baru baca, kalian bisa baca Alexio dulu sebelum baca Edeline, biar kalian paham alurnya, xx.
***
Setelah lima tahun, Edeline hidup seperti orang yang berbeda. Dunia...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Apa kau sengaja melakukan hal ini padaku?" bisik seseorang di belakang Edeline seraya menghirup aroma Edeline yang begitu memabukkan.
Edeline yang mendengar itu hanya diam, enggan untuk menanggapi maupun berinteraksi dengannya. Ia juga tidak peduli ketika pelukan pria itu semakin erat di pinggangnya.
"Dee," desis Alexio dengan suara yang begitu berat. "I know you haven't slept yet."
Edeline yang merasa muak pun membalikan tubuhnya. Hingga ia bisa menatap jelas netra biru milik Alexio.
"Get out!" desis Edeline dengan napas memburu.
"Aku tidak akan melakukan hal itu." Jawab Alexio seraya menggapai pinggang Edeline.
Dengan kesal Edeline memukul dada Alexio berulang kali tanpa peduli jika pria itu akan kesakitan. "Kau benar-benar menyebalkan! Tidak seharusnya kau ikut campur dalam pekerjaanku! Aku sudah bekerja keras untuk hal ini, dan kau ..."
Edeline terdiam ketika Alexio membawanya dalam pelukan pria itu. "I'm sorry."
Saat itu pula Edeline mengeluarkan isak tangisnya tanpa peduli apa pun. Ia begitu lelah hingga ia tidak bisa menahan air matanya saat ini.
"Pukul, bahkan maki aku sepuasmu. Aku tidak keberatan jika kau melakukan hal itu padaku." Ucap Alexio yang sudah siap akan konsekuesi yang ia terima.
"Fuck you! I fucking hate you! You're bastard Alexio!" pekik Edeline seraya memukul bahu Alexio semakin kuat.
Edeline semakin mengeraskan tangisnya, ketika ia bisa melakukan hal ini di depan Alexio langsung. Sungguh, jika orang itu bukan Alexio mungkin ia akan benar-benar membunuhnya. Tapi, semua itu Alexio yang melakukan.
"Ya, kau benar." Bisik Alexio, dan membiarkan Edeline meluapkan seluruh emosinya pada dirinya.
Ia ingin Edeline merasa lega setelah ini. Ia juga tidak peduli jika tubuhnya akan penuh dengan lebam, maupun air mata di seluruh bajunya. Karena semua ini salahnya, dan ia akan membiarkan Edeline melakukan hal itu padanya.
Setelah beberapa saat Edeline menghentikan tangisnya. Ia mengusap air matanya kasar. Entah mengapa ia merasa begitu lega saat ini. Sejauh ini, ia tidak pernah mengeluarkan emosinya sebanyak ini. Terlebih lagi ia juga menangis begitu banyak.
"Minumlah," ucap Alexio seraya menyodorkan segelas air mineral pada Edeline.
Dengan ragu Edeline menerima air mineral itu. Dalam diam ia meneguk minumannya seraya membuang pandangannya dari Alexio. Tenggorokannya merasa begitu lega setelah beberapa saat terasa kering dan menyesakkan.
Alexio mengelus lembut punggung tangan Edeline. Tepat saat itu juga, ia membawa tubuh Edeline dalam pangkuannya. Ia menyandarkan dagunya dalam bahu Edeline, dan mengecup lembut pipi wanitanya. Sedangkan Edeline hanya diam enggan bersuara sedikit pun. Terlebih lagi ia masih marah pada Alexio saat ini.