A/N : Don't be a silent reader please! at least give me a vote, kurang lebih sebagai bentuk ngehargain pengorbanan gue hahahah
Anyway, udh pada denger Drag Me Down kan? OMG asdfhjkK sumpah high note harry dibagian akhir bisa-bisa bikin gue hamil ditempat. K bye :(
Enjoy reading!
•••
Senin selalu menjadi hari yang menyebalkan bagiku. Atau mungkin tidak hanya untukku. Mungkin seluruh populasi manusia di dunia ini membenci hari senin, anyway itu tidak penting.
Aku mencoba memfokuskan pikiran ku dengan hal-hal kecil yang tidak masuk akal. Seperti halnya 'mengapa kulit pisang berwarna kuning', atau 'betapa besar jerawat di hidung Mr. Davidson'. Semua itu kupikirkan hanya agar aku bisa berhenti merasa gugup.
Hari ini aku tidak melihat Harry dimanapun. Setelah kejadian hari itu, aku terus memikirkan banyak kemungkinan-kemungkinan. Apakah dia datang terlambat kesekolah, atau apakah dia sengaja menghindariku. Apa yang akan aku katakan jika aku bertemu dengannya? Astaga, semoga semuanya tidak akan menjadi canggung diantara kita.
Setiap aku memejamkan mataku, rasanya seakan-akan aku masih bisa merasakan hembusan angin pantai diwajahku, juga sentuhan bibirnya.
Aku menggelengkan kepalaku mencoba mengusir ingatan itu serta senyuman idiot di wajahku-- dan kembali memfokuskan pikiranku dengan pelajaran sejarah yang dijelaskan oleh Mr. Davidson.
Ketika waktu makan siang berlangsung, aku menatap pintu kafetaria seolah-olah berharap bahwa pintu tersebut akan menjeblak terbuka saat itu juga disertai Harry yang berjalan masuk. Tapi dia tak kunjung datang. Hal tersebut membuatku gugup hingga tak sadar aku sedang menggigiti kuku jariku sendiri.
"Hentikan itu!" Seru Hanna tiba-tiba sambil menepis tangan yang sedang kugigiti.
"Sorry. ." Ujarku sambil memfokuskan pandanganku kearah ketiga kawanku. Entah mengapa aku meminta maaf.
"Kukira kebiasaan itu sudah hilang sejak lama." Komentar Jess sambil memberikanku cengiran geli.
"Wha-"
Ketika aku hendak membuka mulutku untuk menjawab, aku melihat bahwa secara bersamaan entah bagaiamana, pandangan teman-temanku melesat kearah yang sama. Dengan segera aku mengurungkan niatku untuk berbicara dan menengok kebelakang untuk memastikan apa yang sedang mereka lihat.
Apa kau tahu perasaan itu, ketika jantungmu seolah-olah melesat ke tenggorokanmu dan rasanya seakan-akan kau akan memuntahkan organ jantung serta lambung saat itu juga. Okay, mungkin itu terlalu mengerikan. Intinya adalah, aku tidak bisa mengontrol jantungku yang terus menggedor-gedor sangkar rusukku seperti palu ketika melihatnya. Ya, Harry.
Awalnya dia tidak melihatku. Aku terus menatapnya, dan seolah-olah merasakan tatapanku, dia menoleh. Dia menatapku untuk sepersekian detik tanpa ekspresi dan seakan-akan dia baru saja disambar oleh petir, sebuah senyum seketika tersungging di wajahnya. Aku bisa merasakan jutaan kupu-kupu beterbangan di dalam perutku.
Tapi perasaan itu seketika lenyap ketika Lauren tiba-tiba muncul dari belakang Harry. Dia melingkarkan lengannya di lengan Harry. Senyum seketika menghilang di wajahku, begitu juga wajah Harry.
Lauren tampak tidak menyadari keberadaanku yang sedang bertatapan dengan Harry. Aku tidak peduli apakah dia menyadari hal itu atau tidak, yang jelas dia telah merusak momen kami. Seumur hidupku, aku tidak pernah merasakan keinginan yang lebih besar daripada saat ini untuk merobek kepala seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, Master [H.S]
Fiksi PenggemarKenalkan Lea O'Connor. Dia adalah murid di Westwood High School. Cantik. Pintar. Tapi siapa yang menyangka bahwa dia memiliki rahasia terbesar yang dijamin dapat menghancurkan reputasinya. Bekerja sebagai pelayan rumah tangga--itulah profesi Lea. T...