Chapter 6

13.4K 1.1K 46
                                    

"Hey, you okay?"

Aku mendongkak dan menatap Eleanor, lalu mengangguk sebelum akhirnya kembali mengalihkan pandangan.

Kami terus berjalan menuju lapangan parkir sekolah tanpa mengatakan apapun, tapi aku bisa merasakan tatapan Eleanor mengikuti setiap gerak-gerik ku. Kami sampai di tempat mobilku terparkir--tepat ketika tetesan hujan pertama mulai membasahi aspal. Eleanor segera mengucapkan sampai jumpa dan memintaku untuk menghubungi nya nanti. Lalu dengan itu, dia pun berjalan menuju mobil nya yang terparkir tidak jauh dari tempatku. Dia berbalik sekali di tengah jalan untuk melambai padaku lalu berlari kecil ketika hujan mulai bertambah deras.

Aku tertawa kecil melihat tingkahnya sebelum akhirnya membuka pintu mobil dan duduk di kursi pengemudi. Dengan gerakan cepat, aku memasukkan kunci mobil ke lubang kunci dan segera memutarnya. Suara menderum dari mesin mobil tuaku berbunyi untuk beberapa saat sebelum akhirnya kembali padam. Sial. Aku kembali mencoba beberapa kali tapi tetap saja gagal. Dengan frustasi, aku mulai memukulkan tanganku ke stir pengemudi beberapa kali dan langsung tersentak ketika aku tidak sengaja menekan klakson.

Fucking great.

Seorang perempuan dengan payung merah yang kebetulan lewat di depan mobilku memberikanku sebuah tatapan menusuk--mungkin karena aku hampir membuatnya terkena serangan jantung. Jika tatapan bisa membunuh, aku pasti sudah tewas di tempat. Yang bisa kulakukan hanya menatapnya sambil mencoba memasang ekspresi menyesal, dan hanya dengan itu, dia pun akhirnya melenggang pergi.

"Ya tuhan, apa yang harus kulakukan?" Gumamku, lalu membenamkan wajahku di kedua telapak tangan.

Ketika aku mulai sedikit tenang, aku mencabut kunci mobilku lalu memasukkannya kembali dan dengan perlahan memutarnya; lagi dan lagi. Hal yang sama terus terjadi, mobil sialanku terus mengeluarkan suara deruman aneh lalu kembali padam.

Walaupun mobil ini sudah tua, tapi hal semacam ini tidak pernah terjadi. Aku tidak tahu cara memperbaikinya. Haruskah aku menelfon seseorang untuk tumpangan? Aku bisa menelfon Jess atau mungkin Hanna karena aku tidak mau membuat Eleanor kembali memutar arah dan merepotkannya. Mungkin Jess dan Hanna masih berada di sekolah, mungkin, yah kuharap. Lapangan parkir mulai tampak sepi dan aku tidak melihat keberadaan mereka berdua.

Aku mengambil ponselku dari dalam saku dan langsung menyumpah ketika melihat bahwa baterai ponselku dalam keadaan sekarat. Dengan panik, aku mulai mencari nomer ponsel Jess di kontak ku, tepat ketika aku akan menekan tombol call, ponsel milikku padam seketika.

"Seriously?" Ujarku dengan kesal.

Mungkin aku bisa kembali ke sekolah dan mencari Jess atau Hanna, aku harus bergegas jika tidak ingin mereka pergi duluan. Dengan pasrah, aku memutuskan untuk berlari menuju bangunan sekolah walaupun di luar langit terus mengucurkan hujan dengan cukup deras.

Aku sudah basah walaupun aku baru saja berlari beberapa langkah. Sweater yang kugunakan sudah basah kuyup ketika aku mencapai bangunan sekolah untuk berteduh--dan aku yakin pakaian dalamku juga. Untungnya sekolah sudah sepi sehingga tidak ada yang melihatku dalam keadaan seperti ini.

Ketika aku melangkah di koridor, aku mulai merasa paranoid. Bagaimana jika aku melihat Niall dan Stacey masih bermesraan? Aku menggelengkan kepalakaku untuk menghapuskan gambaran yang tercetak di dalam benakku. Sialan, kenapa aku harus kembali teringat.

Tiba-tiba, aku membentur sesuatu sehingga membuatku kehilangan keseimbangan. Sebuah tangan menangkapku tepat ketika aku hampir terjatuh.

"Woah!" Seruku dengan kaget.

Ketika aku mendongkak, aku langsung mengenali wajah itu. Terakhir kali aku melihatnya adalah sejam yang lalu ketika pelajaran biologi. Dan sekarang dia berdiri di hadapanku dengan rambut berantakan dan kerlipan jail di matanya.

Yes, Master [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang