Flashback~

10.4K 1K 61
                                        

Pic : Harry and Marcel
Video : Lay me down - Sam Smith (acoustic version)

Chapter ini bakal ngejelasin soal masa lalu Harry, dan kenapa dia pindah ke Amerika. .

Enjoy <3

WARNING : This chapter contains about suicide topic, please don't read if you feel uncomfortable

••••••••••••••••••••••
HARRY'S POV

Sejak kecil, orang tuaku memang cukup sering bertengkar. Tapi aku tidak menyangka, ketika usiaku menginjak 15 tahun--mereka memutuskan untuk bercerai.

Aku memiliki seorang saudara laki-laki, atau harus kukatan, seorang kembaran. Aku lahir 10 menit lebih awal darinya yang menjadikanku seorang kakak.

Marcel Richard Styles.

Kami layaknya sepasang sepatu yang tidak bisa dipisahkan. Walaupun sifat kami sangat bertolak belakang--Marcel memiliki hobi membaca, dia cerdas. Sementara aku, aku adalah bedebah yang senang membuat onar, Marcel bahkan mengatakan bahwa aku adalah magnet bencana. Aku selalu tertawa mendengar leluconnya, tak kusangka perkataannya selama ini memang benar.

Ketika memasuki usia remaja. Orang tua kami memutuskan untuk mengajukan gugatan perceraian ke pengedilan. Mereka belum resmi bercerai tetapi sudah memutuskan untuk berpisah.

Mom membawaku pindah bersamanya ke Chester, yaitu sebuah kota di Cheshire, Inggris. Sementara Dad tetap tinggal bersama dengan Marcel di London. Mereka memutuskan memisahkan kami berdua karena Dad berpikir hal tersebut akan lebih adil untuknya dan juga Mom. Walaupun keputusan ini sangat berat bagi kami berdua sebagai seorang anak, tapi akhirnya kami setuju.

Semua benar-benar tidak mudah. Aku seperti kehilangan sepasang kakiku ketika harus berpisah dengan saudaraku sendiri. Tapi aku mencoba bertahan. Aku pindah ke sekolah baru serta mendapat teman-teman baru, dan saat itulah aku menyadari bahwa aku akan baik-baik saja walau tanpa Marcel.

Seminggu sekali diakhir pekan, aku dan Mom akan pergi ke London untuk mengunjunginya. Semuanya baik-baik saja, bahkan ketegangan diantara Mom dan Dad tampaknya mulai mendingin.

Aku ingat hari itu, ketika Marcel mengatakan bahwa dia tidak bisa menanggung semua ini lagi. Dia bahkan memohon agar aku tinggal saja di London bersamanya.

"Marcel, walaupun aku ingin, tapi kita harus menunggu. Mungkin yang Mom dan Dad butuhkan adalah menjernihkan pikiran mereka. Mungkin tidak lama lagi mereka akan memutuskan untuk membatalkan perceraian. Just wait. ."

Dia hanya mengangguk. Dia menatapku seolah-olah ingin mengatakan sesuatu. Aku menunggu, tapi dia tidak mengatakan apapun.

Satu bulan berlalu, Marcel berubah menjadi sangat tertutup. Dia selalu bersembunyi di balik bukunya dan hanya menjawab beberapa pertanyaanku dengan singkat saat aku bertanya.

Ketika aku bertanya apa yang salah dia selalu menjawab dengan senyum terpaksa dan mengatakan bahwa dia hanya lelah.

Terkadang aku mendengarnya menangis di malam hari, ketika dia berpikir bahwa semua orang telah terlelap. Aku menjadi panik. Yang kulakukan adalah menenangkan dan memeluknya seperti saat kami masih kanak-anak.

"It's okay Marcel, I'm here." Bisikku.

Dia menatapku dengan kaget, tidak menyangka bahwa aku akan mendapatinya sedang menangis seperti ini.

"Aku merasa takut Harry."

"Dengan apa?" Tanyaku, bingung.

"Aku takut menghadapi hari esok. Aku merasa. ."

Yes, Master [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang