[Pic : Harry's room]
++
Lea's POV
Aku nyaris saja tersandung ketika mencapai tangga teratas. Sial, inilah sebabnya mengapa kita harus selalu ingat untuk mengikat tali sepatu.
Setelah mengambil peralatan, aku segera berjalan menuju tempat tujuanku. Kakiku berjalan setengah menyeret roda trolley berisikan alat pembersih tepat dibelakangku dengan gerakan setengah terseok agar aku tidak perlu menginjak tali sepatuku lagi. Aku ingin saja mengikat tali sepatuku sekarang, tapi sayangnya, aku terlalu malas untuk melakukan itu.
Begitu sampai di depan pintu kamar, aku merasakan ada sesuatu yang ganjal. Pintu kamar itu setengah terbuka, aku berpikir bahwa mungkin dia telah kembali--tapi aku tidak melihat mobilnya terparkir. Aneh.
Apa mungkin itu Mrs.Hale?
Aku menelan ludah dengan gugup dan segera melangkah masuk kedalam. Hal pertama yang kupikirkan saat itu adalah. Ew. Betapa kotor kamarnya.
Dasar laki-laki, tidak bisakah dia--paling tidak menyimpan pakaian kotor di dalam keranjang, dan bukannya membiarkan kaos bekasnya berceceran dimana-mana. Beberapa sampah kaleng minuman dan bungkus snack pun tergeletak diatas meja begitu saja. Memangnya dia pikir kamarnya apa? Tempat pembuangan sampah.
Aku harus mengingatkannya lain kali. Mungkin dengan sedikit jitakan di kepala agar kata-kataku bisa tertanam di kepalanya lebih lama.
Dengan pasrah, aku mulai berjalan menuju lantai atas kamarnya untuk mengambil keranjang pakaian kotor. Begitu aku sampai di lantai tersebut, aku segera membeku di tempatku.
Seorang wanita dengan rambut coklat sedang duduk di pojok ranjang. Cahaya dari jendela yang terbuka memperjelas setiap figurnya dari jarak tempatku berdiri.
Walaupun aku tidak melihat wajahnya, seketika aku langsung mengenalinya. Aku bisa merasakan nafasku serasa tersangkut ditenggorokan. Apa yang dia lakukan disini? Maksudku, aku tahu ini rumahnya. Tapi. . dikamar putranya?
Perhatiannya tampak tidak terfokus kemanapun, melainkan hanya kepada secarik kertas dihadapannya. Aku berpikir untuk kembali ke bawah dan segera berlari keluar kamar sebelum wanita itu--atau harus kupanggil Mrs.Styles, menyadari keberadaanku.
Tapi aku tidak akan bisa kabur. Kau tahu mengapa? Aku berpikir mungkin aku akan mati tersandung di tangga sebelum bisa sampai keluar kamar akibat tidak sengaja menginjak "tali sepatu terkutuk" milikku.
Seakan-akan dia bisa merasakan tatapanku, Mrs.Styles seketika menoleh kearahku. Dia tampak tertegun sesaat ketika beradu pandang denganku sebelum akhirnya memberikanku seulas senyum hangat. Yang bisa kulakukan hanya membalas senyumnya dan dengan canggung menggenggam sapu di tanganku dengan kedua tangan.
Saat itulah aku menyadari bahwa ada sesuatu yang ganjil. Walaupun make-up di wajah Mrs.Styles selalu di poles dengan sempurna di wajahnya, tapi hal itu tidak dapat menutupi fakta bahwa kini matanya terlihat sedikit sembab--dia tampak seperti baru saja menangis.
Seolah-olah menyadari apa yang sedang kuperhatikan, dengan cepat Mrs.Styles mulai mengusap bagian bawah matanya untuk menghilangkan sisa air mata yang ada.
Aku merasa semakin tidak nyaman ketika menyadari bahwa kertas yang tadi dia pegang merupakan secarik foto. Aku mulai terbatuk pelan untuk mencoba menghilangkan sedikit perasaan canggung itu.
"Selamat sore, Mrs.Styles." Sapaku. Mrs.Styles hanya mengangguk dengan sopan menanggapi sapaanku.
"Lea--benar itu namamu kan?" Tanyanya. Aku cukup terkejut karena tidak menyangka bahwa dia akan mengingat namaku sejak pertemuan pertama kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, Master [H.S]
FanfictionKenalkan Lea O'Connor. Dia adalah murid di Westwood High School. Cantik. Pintar. Tapi siapa yang menyangka bahwa dia memiliki rahasia terbesar yang dijamin dapat menghancurkan reputasinya. Bekerja sebagai pelayan rumah tangga--itulah profesi Lea. T...