Chapter 21

12K 747 181
                                    

A/n : Brendon Urie as Carlo Lorenz.

Ada yg tau Brendon Urie? Kalau kalian pengen tau, bisa liat video dia di youtube : "Panic! At The Disco - Death Of A Bachelor [OFFICIAL VIDEO]"
(wajib liat)

Gue milih dia soalnya dia punya semacam aura badboy but still hot as fuck.

Tapi itu terserah kalian buat bayangin siapapun as Carlo.

Enjoy!

+++++++++++++++++++++

Harry's POV

Kota yang tidak pernah tidur bahkan tidak berhibernasi di saat musim dingin hanya tinggal hitungan hari. Begitu banyak hal yang bisa dilakukan saat mendekati musim dingin di kota New York, seperti mendatangi tempat makan dan bar--or being lazy as fuck in a loungey spot. Yah, semacam itulah. Semenjak kepindahanku dari London ke New York, aku tidak pernah memiliki dorongan untuk menikmati semua itu.

I just simply don't give a shit.

Setiap hembusan nafas yang aku keluarkan menghasilkan kepulan kabut kecil di hadapanku akibat cuaca yang dingin. Keramaian di sekelilingku rasanya tak pernah surut, mungkin karena ini adalah hari jumat yang menandakan akhir pekan.

Hal tersebut mengingatkanku akan sesuatu, soal pesta mingguan yang dikatakan oleh Louis siang ini. Well, sebaiknya aku tidak lupa untuk datang.

Setelah menutup pintu mobilku, aku segera menaikkan resleting jaket kulit berwarna hitam yang baru saja kukenakan. Aku melirik seorang gelandangan yang sedang mabuk dan setengah tertidur di sisi jalan, aku berani taruhan bahwa aspal di bawah kakiku ini pasti sangatlah dingin tapi orang itu tampak tidak terpengaruh sedikitpun.

Ketika aku sedang berjalan, sesuatu menarik perhatianku. Aku mendongkakkan kepalaku saat menemukan plat bertuliskan nama tempat yang dimaksud.

The Lumière.

Tempat itu terlihat cukup elegan dan berkelas--tipikal tempat yang akan di pilih oleh Carlo. Aku hanya menyeringai memikirkan hal tersebut dan jelas ini bukan alamat yang salah.

Aku melihat ada sebuah antrian di depan pintu masuk tersebut. Aku hanya memutar mataku setengah jengkel dan tanpa pikir panjang segera mendatangi seorang security guard.

Lelaki itu memiliki tubuh kekar dan kepala botak yang mengingatkanku akan seekor anjing bulldog. Dia menatapku dari ujung kaki hingga ujung kepala sesaat seolah-olah mempertimbangkan apakah harus menyuruhku mengantri seperti yang lain atau menyuruhku untuk enyah dari hadapannya.

"Aku disini untuk bertemu dengan seseorang bernama Carlo Lorenz." Jelasku dengan datar.

Awalnya security itu tampak tercenung sesaat sebelum matanya membelalak dengan kesadaran yang seakan-akan baru saja menamparnya. Dia segera membuka tali penghalang untuk membiarkanku masuk. Beberapa orang dibelakangku memprotes tapi aku tidak menghiraukan mereka.

"Hey, kami mengantri di sini seharian!"

"Dasar orang kaya!"

"Asshole."

Aku hanya menyeringai mendengar setiap protes serta umpatan mereka dan segera mengikuti seorang penjaga yang mengatakan akan mengantarku ke tempat duduk di private section tempat Carlo berada. Aku bisa merasakan suara bass dari musik bergetar dan menjalar di setiap jengkal tempat ini melalui stereo. Sementara itu, pencahayaan yang redup berbaur dengan warna-warni lampu yang bergerak seirama musik layaknya bunga api dan laser yang di tembakkan ke segala arah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 14, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Yes, Master [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang