"Morning, Mom."
"Morning, sweetie.."
Aku baru melangkah keluar dari kamarku ketika mendapati bahwa Mom tengah menatapku dari tempatnya duduk di meja makan selagi menyesap secangkir teh hangat.
Aku menatap Mom balik dengan perasaan tidak nyaman karena ada semacam senyum di wajahnya yang membuatku merasa--entahlah, seolah-olah dia mengetahui sesuatu yang tidak aku ketahui.
Aku meraih sebutir apel dan langsung menggigitnya. "Apa ada sesuatu diwajahku, Mom?"
"Hmm, tidak ada apa-apa. Tapi sebaiknya kau bergegas.." Ucap Mom masih dengan senyuman itu.
Aku mengangkat alisku sambil memberikan tatapan bertanya kepada Mom, tapi Mom hanya mengabaikanku dan kembali menyesap tehnya. Aku mencoba untuk tidak terlalu memikirkannya karena jelas, aku tidak punya banyak waktu untuk bermain tebak-tebakan dan mengira-ngira. Mom benar-benar bertingkah aneh.
Aku segera memperbaiki posisi ranselku dan mengucapkan sampai jumpa sebelum akhirnya bergegas melangkah keluar rumah.
Di tengah langkah menuruni undakan, aku hampir saja mati tersedak akibat apel yang sedang kumakan. Dengan segera aku memberhentikan langkah begitu melihatnya. Dia tengah bersandar pada mobil ferrari hitamnya. Hari itu dia mengenakan sweater berwarna ungu selagi memainkan kunci mobil di kedua tangannya.
Dia mendongkak dan tersenyum kepadaku ketika aku berjalan menghampirinya.
"Morning.." Sapanya dengan suara dalam dan aksen british khas-nya. Walaupun aku merasa bingung dengan kehadirannya, mau tak mau aku tak bisa menahan senyuman di wajahku.
Dia berjalan selangkah kearahku dan melingkarkan lengannya di sekeliling pinggangku. Tanpa aba-aba, dia segera membalik tubuhku sehingga membuat punggungku membentur pelan mobilnya. Aku mendongkak dan menatapnya dengan kaget sementara Harry hanya memberikanku cengiran khas congkaknya.
"What the-" sebelum aku sempat menyelesaikan ucapanku, dia menundukkan wajahnya cepat untuk mencium bibirku.
Aku terlalu kaget untuk bereaksi. Tubuhku bagaikan daging sandwich--terapit sekaligus terperangkap antara tubuh Harry dan mobil ferrarinya. Aroma nafasnya yang seperti mint dan vanilla membuat mataku terpejam secara otomatis. Tanganku menelusuri leher, lengan, serta rambut lembutnya yang beraroma shampoo.
Dia begitu hangat dan membuatku merasa nyaman sekaligus aman didalam pelukannya, membuatku lupa akan segala hal di sekelilingku. Tapi saat itulah aku menyadari dimana tepatnya kami. Kesadaran segera membuatku melepaskan diri dari nya.
Dia mengerjap untuk beberapa saat dan menatapku dengan mata hijau yang tampak lebih gelap dari biasanya serta bibir yang memerah. Adrenalin terpompa di sekujur tubuhku dan aku menahan dorongan agar tidak mencondongkan tubuh dan kembali menciumnya.
"What-"
"Ibuku akan keluar kapan saja, Harry." Jelasku sebelum dia sempat menereruskan ucapannya.
Harry hanya memberikanku cengiran lebar sebagai balasan.
"Kalau begitu ayo, aku datang kemari untuk mendapatkan ciuman selamat pagi. Dan sayangnya yang barusan itu belum selesai." Ucapnya.
Mulutku menganga ketika mendengar ucapan blak-blakannya. Aku segera menutupi kekagetanku dan dengan segera memukul dadanya.
"Aw!" Serunya dengan kesakitan.
"Itu yang namanya pukulan selamat pagi!" Ucapku dengan jengkel.
Harry yang tengah mengelus dadanya seketika tertawa terbahak-bahak. Matanya terpejam selagi dia tertawa, sementara lesung pipi terukir dalam di pipinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, Master [H.S]
FanfictionKenalkan Lea O'Connor. Dia adalah murid di Westwood High School. Cantik. Pintar. Tapi siapa yang menyangka bahwa dia memiliki rahasia terbesar yang dijamin dapat menghancurkan reputasinya. Bekerja sebagai pelayan rumah tangga--itulah profesi Lea. T...