Langkah Bersama

69 9 1
                                    

Langkah Jovaniel dan Haidar beriringan di trotoar kota yang diterangi cahaya lampu jalan. Malam sudah cukup larut, tapi suasananya masih cukup ramai dengan lalu-lalang kendaraan dan pejalan kaki.

Angin malam menghembus lembut, membawa aroma aspal basah sisa hujan sore tadi. Haidar menggenggam tangan Jovaniel dengan santai, sesekali mengayunkannya pelan, menikmati momen tanpa tergesa-gesa.

"Aku nggak nyangka kita bakal jalan santai kayak gini," kata Jovaniel, melirik Haidar yang berjalan di sebelahnya dengan ekspresi puas. Haidar tersenyum miring.

"Kenapa? Takut aku ngajak ke tempat aneh?"

"Kayaknya aku udah paham pola pikir Kak Hesa."

Haidar tertawa pelan, tapi sebelum ia bisa membalas, langkah Jovaniel mendadak terhenti. Matanya terpaku pada seseorang di seberang jalan.

Seorang pria berambut pirang keemasan berdiri di dekat halte, tampak baru saja turun dari taksi. Raut wajahnya terlihat biasa saja sampai matanya bertemu dengan Jovaniel. Seketika, ekspresi itu berubah─terkejut, bingung, dan sedikit ragu.

"Jovaniel?" suara pria itu terdengar pelan, tapi cukup jelas di antara kebisingan kota. Jovaniel berkedip beberapa kali sebelum akhirnya tersadar.

"Chris?"

Di sisi lain Haidar yang berdiri di sebelahnya ikut mengalihkan pandangan ke arah pria itu. Seketika, atmosfer di antara mereka berubah.

Christopher berjalan mendekat dengan senyum kecil yang tampak canggung. Tatapannya sempat melirik Haidar, yang berdiri di samping Jovaniel dengan ekspresi datar seolah tak begitu menyukai akan kehadirannya saat ini.

Bahkan Haidar sedikit menarik tangan Jovaniel hingga tubuh Jovaniel semakin lebih dekat dengan Haidar, Jovaniel hanya terdiam tak ingin memperpanjang.

Christopher yang menyadari pergerakan kecil itu sontak secara tiba-tiba menatap tangan mereka yang saling menyatu, terlalu nyata baginya bahwa Haidar memberi isyarat kalau Jovaniel memang masih menjadi miliknya.

"I didn't expect to meet you here, bukannya lagi ada urusan di luar kota?"

Christopher tersenyum tipis, tapi sorot matanya tidak bisa menyembunyikan kegelisahan.

"I'm done, so i'll return to Australia, um besok? yeah seharusnya."

"Oh.. cepet banget."

"Haha ya.. i can't go without saying goodbye."

Ada keheningan sesaat. Christopher tampak mencari kata-kata yang tepat, tapi sulit untuk mengabaikan atmosfer canggung yang tercipta.

Haidar masih belum bicara sepatah kata pun, hanya menatap Christopher dengan ekspresi sulit ditebak. Christopher akhirnya berdeham pelan, mencoba mengatasi kecanggungannya.

"I'm happy to meet you again, Jovaniel."

"Me too, Chris. Have a safe flight."

Christopher tertawa kecil, meski matanya menyiratkan sesuatu yang berbeda.

"Thanks."

Merasa tak ada lagi yang harus ia bicarakan dengan teman kecilnya, Christopher akhirnya pamit untuk meninggalkan mereka berdua.

Namun, sebelum benar-benar pergi, Christopher menoleh sekali lagi. Senyum kecil masih ada di wajahnya, tapi tatapannya mengandung sesuatu yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Sesuatu yang tertahan, sesuatu yang hanya bisa ia simpan sendiri.

Ketika akhirnya Christopher menghilang di antara keramaian kota, Haidar masih diam. Tatapannya masih mengarah ke tempat pria itu berdiri sebelumnya, seolah sedang menganalisis sesuatu. Jovaniel menyadari itu. Ia menoleh, memperhatikan ekspresi Haidar yang sedikit berubah.

You're Mine, JovanielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang