Terpaksa

209 14 3
                                    

Ryann memiliki ide untuk mengajak mereka untuk pergi berlibur bersama dalam beberapa minggu ke-depan saat kuliah sedang libur. Ia berencana untuk memberitahukan kepada Haidar terlebih dahulu, sang senior yang bisa dibilang sebagai ketua itu.

Mendengar itu, Haidar tak menyetujuinya sebab ia tak begitu tertarik dengan ide Ryann. Namun, Ryann sangat beruntung karena Jayden datang pada waktu yang sangat tepat, ia berharap jika Jayden akan membantunya kali ini.

"Guys, what's wrong?" Jayden yang baru saja tiba itu memandangi wajah Ryann hingga ke Haidar.

Tak ada jawaban, Jayden merasa bingung apa yang sedang terjadi pada mereka. Ia juga melihat wajah Haidar yang terlihat begitu murung, ia pikir suatu masalah telah kembali kepada mereka.

Namun, saat Jayden ingin kembali bertanya, tubuhnya ditabrak dari belakang oleh seorang remaja laki-laki yang faktanya lebih banyak tingkah daripada sahabatnya meskipun ia menjadi anak yang sedikit pendiam saat berkumpul bersama.

Sejujurnya, Jayden sangat ingin marah dengan orang yang sudah menabraknya. Tapi ia mengurungkan niatnya saat ia bertatap muka dengan Jarrel, ia hanya tersenyum tipis.

"Maaf, gue gak sengaja." keadaan canggung selalu menghantui setiap ada beberapa momen saat mereka berbincang santai, semua hanya terdiam.

Melihat wajah Jarrel yang panik, Sean terus menertawainya sambil berjalan menghampiri mereka yang sedang berdiri diam.

"Hati-hati." satu kalimat yang membuat Jarrel kembali menatap Jayden itu semakin membuat keadaan canggung menjadi lebih besar, Sean yang tadi terus mentertawai Jarrel kini terdiam.

"Maaf, tadi saya yang salah, kak." ucap Sean

"Haha iya santai, kenapa pada tegang semua dah." melihat mereka yang terdiam, Jayden tak tahan untuk tertawa saat wajah mereka terlihat panik.

"Gak lucu banget sumpah, kak." ujar Jarrel

"Hm, emang kurang ajar lo!" sambung Sean

"Iya sorry, lo juga tadi tiba-tiba make saya, biasanya juga lo-gue kan sama gue?" Sean hanya menghela napasnya, ia sungguh pasrah dengan tingkah laku sang senior yang terkadang diluar nalar.

Beberapa detik setelah itu, Jayden menyadari bahwa ada seorang yang sedang marah padanya. Ia kembali menatap Jarrel yang tak memandang wajahnya, tangannya bergerak ke kepala Jarrel dan jarinya pun bergerak mengusap pelan hingga rambut Jarrel menjadi sedikit berantakan.

"Ekhem." suara Sean membuat Jarrel melepaskan tangan Jayden dari kepalanya.

"Yailah, nyaman mah bilang kali." lanjut Sean

"Heh, sadar! Lo juga nyaman tuh kalo kepala lo dielus sama Ryann, gak usah ngeles deh." Sean membuka mulutnya hingga mengerutkan dahinya tanpa sepatah katapun, ia mencoba untuk mencari perlawanan agar dirinya dapat mengelak.

Bahkan, Ryann yang namanya disebut pun tak habis pikir kenapa mereka terlihat terus bertengkar meskipun memang tak begitu serius, tapi terkadang mereka akan terlihat begitu hangat saat keduanya saling berbincang dengan serius.

Sungguh sulit dipahami persahabatan dua sejoli itu, ada masanya mereka akan mengoceh satu sama lain dan ada masanya mereka sangat tenang. Bagi Ryann, memang sudah sangat biasa ketika sahabat selalu punya waktu dimana mereka akan terus mengoceh tak ingin kalah, ia hanya tertawa pelan, takut jika mereka akan memperhatikannya.

Kini, Haidar hanya menggelengkan kepalanya beberapa kali dan menghembuskan napasnya pelan, ia ingin segera pergi, namun Ryann menahan bahu Haidar dengan tangannya.

"Kita belum selesai." mendengar itu, Jayden menatap wajah Ryann, tak mengerti maksudnya. Bahkan, Jarrel dan Sean kembali terdiam, rasanya ada hal serius yang harus dibicarakan.

You're Mine, JovanielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang