Hari Pertama

547 46 2
                                    

Hari pertama bagi mahasiswa/i baru yang akan mengikuti kegiatan ospek dari pihak kampus. Banyak dari mereka yang tak sabar buat liat fasilitas kampus yang terkenal dan mewah itu.

Bukan hanya fasilitas, tapi banyak juga dari mereka yang tak sabar bertemu dengan kakak-kakak senior yang katanya ganteng dan keren itu.

Acara yang tak begitu mewah tapi meriah itu telah dimulai, anak murid sudah duduk di kursinya masing-masing setelah menghabiskan waktu yang cukup lama berdiri di lapangan.

Beberapa murid berbisik saat senior tampan memasuki ruangan. Ada yang sudah menyukainya pada pandangan pertama bahkan ada yang sudah berpikiran untuk berpacaran dengan salah satu senior yang berdiri di depan.

Jovaniel menggelengkan kepalanya, ia sudah banyak melihat orang yang seperti itu. Tak heran, memang senior dari kampus itu cukup terkenal dan tampan.

"Dih, sok iya banget lo." Sean yang tak tahan akhirnya mengeluarkan kata-katanya hingga membuat temannya terkejut dan memandangi satu sama lain.

"Sstt, lo kenapa?" Tanya Jarrel

"Kesel gue mereka pada berisik banget. Tinggal diem doang susah banget."

"Astaga, udah biarin aja sih."

"Ga usah dipikirin, kalo lo ngurusin mereka malah bikin pusing." Jovaniel berbicara begitu pelan takut anak murid yang lain terganggu sama mereka.

Sean mengangguk, mereka kembali fokus dengan ospek yang sedang berlanjut. Beberapa menit telah berlalu, terasa sangat membosankan bagi Jovaniel.

Ia terus menguap dan mulai kehilangan fokus, Jovaniel tak sadar kalau dia sedang diperhatikan sama salah satu senior yang terus melihat murid.

"Tolong diperhatikan baik-baik, nanti kita akan ada sesi tanya jawab. Jadi buat yang nguap terus, tolong tetap fokus ya." Haidar menekan katanya, membuat Jovaniel merasa tersindir.

Tanpa sengaja, keduanya saling menatap. Haidar tersenyum miring yang dibalas sinis mata dari Jovaniel. Sungguh sial, Jovaniel duduk di barisan agak depan hingga membuat dirinya mudah dilihat.

Apaan sih, segala nyindir gue.

Haidar hanya tertawa kecil tanpa suara, ia menarik tangan Jayden untuk berbisik. Seperti ada rencana nakal yang Haidar rencanakan dengan melibatkan temannya.

"Are you nuts, bro? Males banget gue."

"Yaelah satu doang, Jay."

"Ogah dah, bang. Usaha sendiri, males gue mending fokus buat ngurus kegiatan sekarang dah daripada lo sibuk buat hal yang ga jelas."

"Gini dah, gue bakal traktir lo mie ayam pas istirahat nanti, gimana?"

"Ah lo mah pake segala sogokan. Iya dah, pake hp lo atau hp gue?" Haidar tersenyum setelah mendengar persetujuan dari sahabatnya itu. Selain masak, Jayden juga suka makan apalagi ditraktir, padahal dia yang paling kaya dari temennya.

Haidar menepuk pundak Jayden setelah ia tau kalau temannya setuju dengan rencana nakalnya, Haidar mengeluarkan hp nya dari kantongnya.

"Nih, fotoin yang bener. Kalo ga bener, traktirnya bakal gue batalin."

"Banyak mau lo, bangsat."

"Udah, turutin kata gue kalo lo mau makan gratis. Inget, fotoin yang bener."

Jayden hanya pasrah dan menuruti perintah sang senior yang sudah ia anggap sebagai abangnya sendiri.

Terkadang, sikap Haidar emang bikin sakit kepala. Tapi, Jayden sebagai adik yang baik hanya bisa nurut sama abangnya itu.

You're Mine, JovanielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang