Acara kampus yang diadakan para senior akhirnya berjalan dengan meriah. Banyak mahasiswa yang antusias mengikuti berbagai lomba, termasuk lomba debat yang digagas oleh para senior seperti Haidar, Jayden, dan Satya. Awalnya, Jovaniel sama sekali tidak berniat ikut, tapi begitu dia melihat namanya tiba-tiba tercatat sebagai peserta, dia langsung menoleh ke Haidar dengan tatapan tidak percaya.
"Kak Hesa..." panggilnya pelan, tapi penuh tekanan. Haidar hanya menoleh santai sambil menyeringai.
"Hmm?"
"Kak Hesa yang nulis nama aku, kan?"
"Nggak, kok nuduh aku?" jawab Haidar dengan alisnya yang terangkat, seolah tidak tahu apa-apa. Jovaniel mendengus kesal.
"Ya siapa lagi?"
Jayden yang berdiri di samping hanya tertawa, "Udahlah, kapan lagi seru-seruan? Kalo menang, kan bisa pamer entar."
Jovaniel masih mendelik ke arah Haidar, merasa dikerjai. Namun, sebelum dia sempat protes lebih jauh, Haidar mencondongkan tubuhnya dan berbisik di dekat telinga Jovaniel.
"Kalo kamu menang, aku bakal nurutin apapun kemauan kamu,"
Jovaniel terdiam. Tawaran itu cukup menggiurkan. Lagipula, dia cukup percaya diri dengan kemampuannya. Dengan helaan napasnya yang begitu panjang, dia akhirnya menyerah.
"Oke, aku ikut. Tapi kalo aku menang, kak Hesa harus nurutin permintaan aku."
Haidar yang merasa bangga itu hanya mengangguk kecil, bibirnya tersenyum miring melihat Jovaniel yang kesal.
𝄋 𝄋 𝄋
Tim akhirnya udah dibagi. Jovaniel masuk ke Tim 1 bersama Jayden, Sean, dan beberapa mahasiswa lain, sementara Haidar ada di Tim 2 dengan Jarrel dan Ryann. Peraturan debat cukup sederhana─setiap tim harus mempertahankan argumen mereka dalam tiga ronde, dan tim dengan presentasi paling kuat akan menang.
Ronde pertama berjalan cukup serius. Jovaniel dan timnya tampil percaya diri, menyampaikan argumen mereka dengan jelas dan tajam. Namun, ketika tiba giliran Tim 2, Haidar mulai melirik ke arah Jovaniel sambil menahan senyum.
"Baik, pertanyaan untuk Tim 1..." suara Haidar terdengar di mikrofon, sangat terdengar begitu jelas bahwa dia sengaja menahan nada godaan
"Bisa tolong jelaskan bagaimana teori yang kalian sampaikan bisa diterapkan dalam kehidupan nyata? Dan.. ini untuk Jovaniel, saya mau dengar langsung dari dia."
Jovaniel mengernyit. Dia tahu, ini bukan sekadar pertanyaan biasa. Haidar sengaja menyeretnya agar lebih lama berbicara di depan. Jayden yang berdiri di samping langsung menahan tawa.
"Waduh, Jovan, bang Haidar kayaknya lagi cari perhatian tuh,"
"Gimana tuh? Jangan-jangan sengaja mau ngetes kemampuan calon pasangan hidup," sambung Sean
Wajah Jovaniel langsung memanas. Dia mendelik ke arah Haidar yang tetap tersenyum tanpa dosa. Dengan sedikit mendengus, Jovaniel akhirnya menjawab, tetap berusaha profesional meskipun wajahnya masih terasa panas.
Namun, begitu sesi mereka selesai, Haidar kembali berulah. Saat Jovaniel melewati Haidar yang duduk di barisan tim lawan, laki-laki itu dengan santai berbisik.
"Keren jawabannya, tapi muka kamu merah,"
Tanpa pikir panjang, Jovaniel langsung menepuk punggung tangan Haidar dengan kesal. "Kak Hesa!"
Jayden dan Ryann langsung tertawa terbahak-bahak melihat interaksi itu. Bahkan Jarrel yang biasanya kalem juga ikut menyeringai. Haidar hanya terkekeh kecil, mengangkat bahunya seolah tidak bersalah. Tapi di dalam hati, dia tahu Jovaniel sudah mulai sangat kesal.

KAMU SEDANG MEMBACA
You're Mine, Jovaniel
RomanceCoba bayangkan, seorang pria remaja yang punya rencana tak akan jatuh cinta dan meyakinkan dirinya untuk tidak berpacaran, tapi malah jatuh cinta sama pria bule dari kampus. Lalu, bagaimana kisah cintanya setelah ia menyadari bahwa dia jatuh cinta s...