Tanpa Jarak

65 8 0
                                    

Pagi telah kembali tiba, cuaca cerah namun sedikit mendung di ujung cakrawala. Haidar sudah menunggu di depan rumah Jovaniel sejak pagi, seperti biasa, dengan senyum yang selalu menghangatkan hati Jovaniel setiap kali mereka berdua bertemu.

Tak ada yang berbeda dengan hari-hari sebelumnya, namun hari ini terasa berbeda bagi Jovaniel. Hari ini adalah hari kelulusan Haidar, sebuah pencapaian besar yang berarti dia akan mulai melangkah ke dunia yang lebih serius, meninggalkan kehidupan kampus dan memulai perjalanan baru sebagai penerus usaha ayahnya.

Jovaniel keluar dari rumah dengan wajah sedikit ragu. Meskipun bahagia untuk Haidar, ada sedikit perasaan kosong dalam hatinya. Begitu banyak kenangan manis mereka di kampus yang akan berakhir hari ini. Namun, dia tahu bahwa Haidar sudah siap untuk melangkah maju. Dia pun merasa cemas, takut hubungan mereka yang sudah tumbuh kuat akan teruji oleh jarak dan waktu.

"Kak Hesa," Jovaniel tersenyum sedikit canggung saat mendekati mobil yang sudah terparkir di depan rumah. Haidar duduk di dalam dengan setelan jas rapi, wajahnya terlihat lebih dewasa dari biasanya, meskipun senyum di wajahnya tak pernah hilang.

"Lama juga kamu, ayo masuk," Haidar membuka pintu mobil dan menatap Jovaniel dengan pandangan hangat.

Jovaniel hanya mengangguk dan memasuki mobil dengan hati yang campur aduk. Mereka berdua pun berangkat menuju kampus, perjalanan yang terasa panjang namun penuh arti. Jovaniel duduk di samping Haidar, menikmati setiap momen kebersamaan mereka. Sementara Haidar tetap fokus mengemudi, sesekali dia menoleh ke Jovaniel yang sedang melamun.

"Kayaknya aneh ya, kita bakal beda jalur mulai sekarang. Kak Hesa udah lulus, sementara aku masih di sini." Jovaniel menghela napas pelan, akhirnya membuka suara setelah lama terdiam. Haidar tersenyum, tanpa mengurangi fokusnya pada jalan.

"Semua bakal baik-baik aja, Niel. Aku tetep di sini sama kamu, tenang aja,"

"Aku tau, Kak Hesa. Tapi tetep aja rasanya beda. Aku nggak tau kalo nanti kita udah nggak barengan tiap hari kayak dulu."

Haidar semakin mengeratkan genggamannya pada tangan Jovaniel dengan lembut, memberikan rasa nyaman yang dibutuhkan.

"Gak usah khawatir, cantik. Kalo kita jauh, aku bakal jagain kamu. Aku gak bakal biarin kamu sendirian,"

Jovaniel tersenyum manis, sedikit malu dengan perhatian Haidar. Mereka melanjutkan perjalanan dalam keheningan yang nyaman, hanya suara mesin mobil dan radio yang menemani.

06:35AM

Ketika mereka tiba di kampus, suasana cukup berbeda dari biasanya. Walaupun banyak teman-teman Haidar yang ikut merayakan kelulusan, ada rasa sepi yang menyelimuti hati Jovaniel.

Hari ini adalah hari yang seharusnya penuh kebahagiaan bagi Haidar, namun Jovaniel merasakan ada kekosongan di dalam dirinya. Dia mengikutinya dengan langkah yang agak lambat, merasa berat meninggalkan masa kuliah mereka yang sudah hampir berakhir. Walaupun Haidar sudah menganggapnya seperti bagian dari kehidupannya yang tak terpisahkan, Jovaniel merasa ada batas yang sulit dilampaui─batas waktu dan masa depan yang masih samar-samar.

Mereka berdua melangkah memasuki aula kampus, tempat acara kelulusan akan diadakan. Jovaniel merasakan kedekatan Haidar yang tak pernah hilang, namun dalam hatinya, ada keraguan. Keraguan yang datang karena kenyataan bahwa mereka akan mulai berjalan di jalan yang berbeda. Setiap detik bersamanya terasa semakin berharga, seolah waktu berjalan lebih cepat dari yang dia inginkan.

You're Mine, Jovaniel

Setelah acara kelulusan selesai, suasana di luar aula kampus terasa lebih hidup. Banyak orang tua yang datang untuk merayakan keberhasilan anak-anak mereka, dan tentu saja, Haidar tidak terkecuali. Orang tua Haidar, yang datang dengan senyum bangga langsung mendekati anak mereka. Jovaniel berdiri di sisi Haidar, merasa sedikit canggung meskipun dia sudah biasa berada di dekat Haidar dan keluarganya.

You're Mine, JovanielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang