DUA PULUH TUJUH

1.2K 61 6
                                        

Selamat Membaca

Setelah selesai mandi Vincent keluar, dan melihat Allein yg sedang menunggunya sambil memainkan hpnya, entah mengapa melihat sekilas dan kelakuannya sebelumnya.

Membuat Vincent merasakan pipinya memanas, dia pun dengan langkah pelan mendekati Allein, menyadari ada yg mendekat Allein menengok kearah sumber suara.

Lalu Allein pun tersenyum, lalu meletakkan hpnya ditempat ia duduk, lalu berdiri dan merasakan dahi Vincent yg sudah tidak panas lagi.

Yg artinya demam Vincent sudah hampir sembuh, ia pun memegang tangan Vincent untuk duduk disampingnya, dengan nurutnya Vincent duduk disamping Allein.

"Sini biar aku bantu keringkan rambutmu" ucap Allein, Vincent hanya menurut lalu menjawab.

"Terima kasih Ein, aku senang jika kau membantuku" ucap Vincent tulus, lalu Vincent melanjutkan perkataannya, yg membuat Allein tertawa.

"Lagian aku bukan anak kecil dan gadis lagi, apakah kau tetap harus bersifat seperti ini?" Ucap Vincent dengan wajah yg memelas, tapi tidak dipungkiri bahwa ia senang dengan sifat Allein padanya.

"Hahaha, kamu ada ada saja, ini adalah tugas ku sekaramg, lagian walaupun bukan anak kecil dan gadis lagi, kau tetap harus kurawat seperti sebelumnya.

"Walaupun dulu aku tak memiliki ekpresi dan perasaan, tapi kau berhasil membuatku menjadi AI, beberapa tahun kemudian kau membuat robot.

"Dan memasukkan sistem AI ku, hingga aku bisa bergerak walau tanpa ekpresi, seperti sekarang aku sudah banyak perubahan.

"Dari sikap, ekpresi, dan perasaan, semuanya berubah, setelah sistem pusat memberiku misi dan hadiahnya ini, menurutmu apakah aneh jika aku seperti manusia pada umumnya.

"Padahal aku dulu hanya sistem AI buatan tanganmu, dan sekarang menjadi manusia sungguhan, sungguh dunia ajaib yg memiliki sistem pusat sendiri" ucap Allein dengan senyuman, ditambah kekehan dan sifat perhatiannya.

Membuat Vincent merasakan hangat dihatinya, jadi mengigatkannya pada ibunya dulu, dikehidupan sebelumnya juga yg memiliki sifat seperti Allein.

"Lei... apakah kau sekarang menjadi kembaran ibuku didunia sebelumnya, hingga sifatmu sama persis seperti beliau" ucap Vincent ragu, dan tanpa sadar mengganti panggilannya dari Ein menjadi Lei.

"Tidak, saya bukan kembaran ibu anda dikehidupan sebelumnya, tapi saya adalah sistem AI buatan anda, mungkin karena beberapa sistem yg anda masukan.

"Kedalam sistem AI saya, menjadi hampir seluruhnya mirip seperti ibu anda, seperti cara bersikap dan sifat hingga membuatnya mirip" ucap Allein, dengan senyumannya, membuat Vincent sedikit malu kembali.

"Ah?! Mungkin saja begitu haha" ucap Vincent tertawa senang, Allein pun ikut terkekeh lalu berkata.

"Sepertinya sakitmu sudah sembuh total, hingga bisa bicara gembira pada ku" ucap Allein tersenyum kecil, Vincent pun berkata dan mengakuinya.

"Ya, memang lebih baik dari sebelumnya, karena kamu berada disisi ku" ucap Vincent sedikit menggoda dan diselipkan candaan didalamnya.

Membuat Allein menarik narik pipi tirus Vincent, membuat Vincent mengaduh kesakitan, hingga akhirnya Allein pun melepaskannya.

"Aduh aduduh, sakit Lei" ucapnya, sambil menggosok pipinya yg terasa sakit itu.

"Kamu ini, sejak kapan bisa belajar gombalan seperti itu, hm?" Tanya Allein dengan gemas, ingin mencubit kembali pipi tirus Vincent.

"Eh, itu... itu... aku hanya mendengar mereka bicara gombalan seperti itu" ucap Vincent, setelah terdiam sejenak ia pun melanjutkan perkataannya.

Allein pun hanya bisa menghela nafas pasrah, lalu ia pun bicara dan membawa Vincent untuk makan malam bersama yg lain, setelah mengeringkan rambut Vincent, dan Vincent setuju setuju saja.

Transmigrasi Cewek Ganteng [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang