Bab 9. Pintu kemana saja

726 47 10
                                    

Nico beruntung kekuatannya tidak tingkat nol. Kata Eris, tingkat nol belum bisa ikut latihan. Pekerjaan mereka pun membosankan, yaitu mengurus berkas-berkas administrasi dan logistik seniornya; seperti mengisi formulir misi senior, atau daftar permintaan bantuan detektif kepolisian kota Littletown. Itulah mengapa saat mereka keluar dari aula penarikan kekuatan, banyak junior griffin tua maupun muda melihatnya iri. Eris ingin cepat-cepat naik tingkat, kabarnya senior chimera boleh ikut dalam kasus pembunuhan tingkat tiga layaknya inspektur kepolisian, punya anak buah lima polisi, dan akses ke tempat mana pun di Laputa.

Nico, Eris, dan Mia sangat terkesan ketika memasuki Pegasus. Di sana belum ada kantor seperti tingkat garuda ke atas, tetapi sudah ada ruang markas, aula pelatihan, dan asrama. Nico melihat sayap pegasus raksasa menutupi gerbang masuk dan terangkat setiap ada orang memasukinya. Berpuluh-puluh lapisan beton biru tua metalik bergerak naik-turun silih berganti di sepanjang dinding. Ada layar kolosal tiga dimensi di langit-langit markas yang menampilkan pegasus terbang.

Markas utama Pegasus bernuansa hangat, nyaman, dan dipenuhi junior berkenalan satu sama lain. Dari begitu banyak orang mengikuti pesta malam penyambutan, Nico hanya melihat sedikit orang masuk Pegasus. Kelihatannya kebanyakan orang masuk tingkat dua ke atas. Seorang penyihir bergigi tidak rata–Kreig Lexy berkenalan setelah menceritakan perjuangannya dua tahun masuk majestik. Karl Sinegar, penyihir es yang kini kedua tangannya putih seperti es tidak berani Nico salamin walau ia ingin berjabat tangan dengannya. Fistiana aling, wanita dengan mata sipit dan rambut hitam sebahu terlihat berwajah musam kurang puas kekuatannya hanya setingkat Pegasus dan bertanya bagaimana cara menyogok naik tingkat. Kevin van Erdor, Alchemis jangkung yang sama-sama Earthling menyapa Nico dan Mia dengan pandangan kesal. Kevin iri Nico dan Mia dapat tingkat satu sedangkan ia tahun lalu harus mulai dari tingkat nol. Selebihnya, junior lain berkenalan sebatas bertanya, mengapa Nico berteriak ketakutan selama acara penarikan kekuatan.

Nico tertegun saat masuk koridor asramanya. Dia melihat jam rumah burung tertempel di atas setiap pintu kamar. Pada umumnya keluar burung berkicau, tetapi jam ini malah menyembulkan miniatur pegasus yang meringkih seperti kuda. Nico lalu memilih kamar seratus tujuh karena isinya persis sama dengan ruangan mereka semalam.

Nico lalu memakai jas pegasus. Jas itu putih tipis, terbuat dari serat halus dan lembut. Saat dipakai, Nico merasa jas itu mengangkatnya ke udara. Jalannya terasa ringan dan bertenaga layaknya ada balon yang mengangkat setiap sisi tubuhnya. Eris curiga jas ini baju curian yang dijarah dari bidadari.

Setelah semua Junior selesai pindah barang ke markas masing-masing, mereka bersama-sama ke aula makan. Aula makan tidak begitu besar, tetapi semua temannya kaget dan bersorak begitu melihat ratusan makanan memenuhi atas meja seperti kerikil berserakan.

Yang tidak senang melihat makanan hanya satu orang, Kreig kesal tidak sempat melihat Miss Sylvia, pelayan pengantar makanan. Kata Kreig, dia orang paling sering digosipin di Burglatch karena kecantikannya.

"Aneh Nic. Tahun lalu tidak seperti ini acara penarikan kekuatannya. Aku dikasi mantra pelindung sama Prof. Heimdal. Apa kotak Pandora sudah tidak stabil untuk dipakai ya?" kata Eris sambil merobek paha ayam dengan giginya.

"Kok aku tidak?" tanya Nico.

"Apa karena itu kau bertemu Grim reaper," tanya Eris keheranan.

Nico tidak peduli, dia menghabiskan sepiring daging bol lezat di depannya. Matanya ingin menangis dengan rasa daging yang menggoyang lidah itu.

Setelah makan, Nico segera ingin ke toilet. Eris pergi ke perpustakaan untuk mengembalikan buku dan Mia masih tampak sibuk makan kari. Nico lalu berjalan sendirian menuju markasnya. Namun saat Nico membuka pintu menuju markas, mendadak senior yang tidak dikenalnya menarik bahunya dan mencegahnya masuk.

Seekor macan berhidung tombak meliuk keluar dari balik pintu. Mata nico serasa copot dari tempatnya. Nico segera berteriak ketakutan. Senior lalu mengeluarkan tongkatnya dengan sigap dan mengacungkannya ke macan itu. Setelah melihat ada tongkat yang mengancam nyawanya, macan itu kembali masuk ke tempatnya dengan takut.

"Ada apa?" ujar Mia yang berlari kebingungan mendekatinya karena mendengar Nico berteriak. Di tangan Mia masih tergenggam sendok makan.

"Ke-Kenapa bisa ada macan dari ...?" tanya Nico kaget.

"Tidak semua pintu di Burglatch sama sisi seperti di rumahmu," bentak Jur. Dia berteriak marah seakan Nico pasti terbunuh jika tadi dia tidak di sana.

"Maksudnya?" tanya Mia terkejut.

"Lain kali lihat palang di atas pintu. Di sana ada tulisannya! Kalian hampir masuk ke markasku!" jelas Jur seraya menunjuk papan kuning di atas pintu,

"Gudang penyimpanan hewan mistis jarahan markas Dragon, di bawah Chimera dilarang masuk."

"Astaga," gumam Nico.

"Beginilah kalau Profesor James berpidato untuk anak baru. Hal sepele untuknya, tapi penting bagi kita!" gerutu Jur. "Kau pasti mati dalam sedetik jika berani melangkah masuk."

"Sudahlah, Jur. Jangan ngomel terus," kata seorang senior bernama Igor, Seorang senior bernama Gin di sebelahnya juga berkata dengan ramah, "Lain kali jangan masuk pintu yang ada palangnya, ya ... junior."

"Y-ya," ucap Nico dan Mia dengan sopan.

Jur memandang mereka lagi sekali, dengan pandangan kesal bercampur khawatir. Dia lalu berjalan bersama Igor dan Gin memasuki pintu itu yang memang menuju markasnya.

"Wah, bisa gitu ya?" tanya Mia keheranan begitu senior-senior Dragon itu menghilang masuk pintu. "Untung ada senior lewat. Kalau tidak, kau tidak selamat."

"Pintu-ke-mana-saja, mari kita namakan begitu."

Laputa and Castle in the Sky ( Fantasy, Romance, Bahasa Indonesia )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang