Bab 1. Diantara Mimpi dan Kenyataan -part 1-

4.6K 173 19
                                    


"Kakekku melihatnya, tetapi aku tidak percaya."

"Sekarang kepalanya pindah lagi?"

"Lihat saja mata dan mulutnya, tidak ada yang lebih jelas dari itu."

Suara desas-desus terdengar di sepanjang pantai. Banyak orang mulai berkumpul dan tertegun melihat penangkapan mahluk paling spektakuler abad ini.

Enam satpam dikerahkan di sekitar tempat penangkapan. Mereka mencegah orang berjalan semakin dekat karena sangat berbahaya. Lampu sorot dinyalakan dari enam sisi guna menyinari mahluk yang kini mengatup-atupkan rahang besarnya.

Sementara penduduk berdatangan dan berceloteh seru, orang-orang yang menangkap mahluk itu berkumpul di bawah tandu pinggir sungai. Mereka diam tidak berkutik, membisu dengan pandangan penuh rasa takut.

Awalnya mereka senang, tetapi setelah menganalisis situasi, mereka telah menabrak puluhan pasal negara karena berani menangkap mahluk legenda yang menjadi pujaan rakyat setempat.

Suara telepon berdering memaku mata setiap orang di bawah tandu. Ini sudah ke tiga kalinya mereka membiarkan telepon berdering. Degup jantung mereka menderu, tetes keringat berjatuhan walau malam itu dingin. Semua orang takut dan tidak berani mengangkatnya.

Mereka adalah arkeolog-arkeolog sewaan, beberapa orang yang asal negaranya tidak jelas. Mereka datang dari seluruh penjuru dunia. Padahal CIVA–kounsil arkeolog dunia, tidak mengizinkan mereka turun ke danau meneliti monster legendaris Loch ness. Setelah perdebatan panjang, mereka hanya diperbolehkan memantau permukaaan danau yang panjang dan dalam itu.

Namun semuanya terjadi begitu cepat. Baru saja kemarin mereka mendapat izin memakai echolocation–teknologi mencari bentuk dasar sungai–oleh penduduk setempat. Tiba-tiba malam ini, mereka mendapat gema suara menakjubkan di pantai Morray–enam kilometer dari danau Loch ness. Setelah menjelajahinya dengan perahu dan jaring selam, mereka berakhir menangkap sebuah mahluk tidak berbentuk yang sangat mengerikan. Bahkan penduduk sini belum pernah melihatnya.

Dugaan mereka tidak sesuai, sebuah Plesiosaurus yang mereka harapkan, tetapi mereka malah mengangkat suatu hewan sama sekali tidak mirip. Mahluk itu sepanjang dua puluh meter, bergeliat di antara jaring, berleher-ekor panjang, bertubuh seperti lumpur, berumbai, berbulu, dan ekornya dapat berpindah menjadi kepala bergantian. Mahluk ini pernah dilaporkan terdampar di kawasan Kastanye barat enam pekan lalu, tetapi tidak diindahkan dunia karena foto penemuan malah dianggap hoax.

Suara telepon terus berdering dan membuat semua orang semakin takut. Mereka ragu dengan temuan mereka, apalagi pemerintah Skotland telah mengeluarkan surat ancaman pada CIVA bulan lalu untuk tidak melakukan pencarian dalam bentuk apapun. Investigasi kali ini sebenarnya ilegal dan dilakukan dengan diam-diam. Namun tidak hanya berhasil melacak, kini mereka malah menangkap mahluk paling dicari dan dihormati rakyat Skotland, membuat mereka merasa definisi 'ilegal' terlalu ringan.

Suara telepon kembali berdering dan mereka pun saling pandang.

"Kau yang angkat," ujar Mr Anderson dengan ragu.

"Kau gila? Dia bisu," kata ajudan Mr Anderson yang sedang merapikan berkas penangkapan di mejanya.

"Kita tidak bisa b-biarkan t-terus," ucap pria botak gagap di sebelah Mr Anderson.

Akhirnya Henry Firnando yang berdiri di pojokan memberanikan diri. Dia mengambil gagang telepon dan memutuskan untuk berbohong, "Ha-halo. Di sini Anzaler, kepala pusat perikanan Jerman timur."

"Oh Tuhan! Ini Henry? Kau benar Henry kan," suara di telpon tampak mengenal suara Henry.

"Astaga. Alberto, darimana kau dapat nomor ini?" ujar Henry terkejut.

Laputa and Castle in the Sky ( Fantasy, Romance, Bahasa Indonesia )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang