Mulmed : nathan
***
Natheli's pov
Apa yang barusan aku katakan ? Apa aku sudah gila ! Apa otakku sudah tak waras ? Kenapa mulutku tiba tiba berkata seperti itu ?
" maksudku, mungkin aku bisa memikirkan tawaranmu sebagai calon istrimu , yah yahh dari pada nanti ke luar masalah baru yakan ?"
Nathan masih diam membisu,
" mau tidak kubantu ? Jika tidak juga tak masalah "
" ah tidak ! Tidak ! Tidak ! Kau jadi calon istriku ! Mm maksudku jadi calon istri pura puraku "
***
" jadi, dimana rumah calon mertuaku, calon istriku ?"
" berhenti mengucapkan kalimat menjijikan itu !"
" kau ini galak sekali, aku kan calon suamimu ." ia tersenyum penuh kemenangan,
Haaa ada apa denganku sebenarnya ?" diamlah, berhenti disini "
Akupun turun dari mobilnya , kami berhenti di sebuah desa di kota surabaya, pemandangan ini masih sama, masih asri, persawahan yang hijau, perkebunan kelapa sawit yang lebat, beberapa bukit pun terlihat sejauh mata memandang
" kenapa kita berhenti disini ? Mana rumahmu ?"
Pria ini cerewet sekali !
Ku keluarkan ponselku, lalu menghubungi orang rumah, bahwa aku sudah sampai di desa,
" bukan disini rumahku, tapi di dalam desa ini, "
" lalu kenapa kita berhenti disini natheli-ku ?"
Dia masih tetap saja menggodaku,
" bicara seperti itu lagi, ku tinggal disini kau !" Ancamku
" jahat sekali pada calon suami sendiri"
Beruntung delman sudah satang, jika tidak aku tak jamin nathan bisa masuk ke dalam desa ini
" kita naik ini ? Kereta kuda ? Wahh nona kau pintar sekali memberi kejutan pada calon suamimu ini,"
Ck, dia benar benar menjengkelkan
" ini delman, kita jika ingin masuk desa ini, menggunakan ini,"
Kami menaiki delman ini, perjalanan kami hanya di selimuti oleh decak kagum dari mulut nathan, dia sangat menikmati pemandangan ini, kenapa aku tersenyum melihat dia bahagia, ku gelengkan kepalaku untuk menghilangkan pemikiran aneh itu
Nathan mengeluarkan SLR nya, dia mulai memotrer motret pemandangan disini, tak jarang juga dia memotret ku
" nathan, jangan memotret lagi ?"
Dia masih sibuk memotret pemandangan" tanganku gatal jika tidak memotret apalagi mengabadikan pemandangan seindah ini " dia memotret ku yang sedang menghadapnya
" tapi janji, jangan menyebarluaskannya, kah boleh memotret tapi hanya untuk dirimu sendir "
" kenapa?" Dia berhenti memotret dan tatapannua fokus padaku
" pokonya tidak boleh. Jangan ada yang tau rumah orang tuaku disini, bahkan jangan sampai ada yang tau aku kemari."
Kelihatannya dia masih bingung atas perkataanku
" aku ingin memiliki tempat damai nathan, tidak ada camera, tidak ada socila media, tidak ada wartawan ,tidak ada pertanyaan. Ku mohon kau mengerti dan menghargai privasiku, ini satu satunya tempat yang paling menenangkan juga tempat ibuku tinggal, aku tak mau hidupnya terusik karena ku, mengerti ?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Times change
Random"Aku lelah memakai topeng, hidupku penuh dengan sandiwara, tapi aku tak bisa mundur, terlebih saat kau pinjamkan topeng ini padaku " ~ Natheli .B. putri "Hidup dengan penuh aturan, membuatku jenuh, setiap peraturan itu ku langgar, maka dinding perat...