"Hentikan omong kosong ini! Aku berhenti!" Teriakan pria berambut hitam dengan gaya emonya, membuat suasana ruang rapat menjadi hening.
Pria itu berdiri, berjalan ke arah pintu sebelum langkahnya terhenti karena pimpinan rapat berdehem.
"Kau masih punya waktu untuk berpikir, Clifford. Ingin tetap pergi atau bergabung dengan temanmu yang lain disini. Aku tidak akan memaksa." Wanita paruh baya pimpinan rapat itu berjalan ke meja di sudut layar proyektor. Menunggu pria yang dipanggilnya Clifford itu memutuskan pilihannya.
"Ku rasa wanita itu benar Michael. Kita bukan orang sembarangan, kita ini terpilih." Seorang gadis berambut dark brown bicara dari kursinya, menatap Michael yang masih berdiri di depan pintu kaca.
"Kita bukan orang terpilih! Wanita itu membodohi kalian! Kita ini hanya kelinci percobaan! Bila penelitian ini gagal dan kita mati di tempat itu, maka dia akan mencari cara lain untuk melakukan penelitian ini lagi dengan agen yang berbeda!" Teriakan Michael berhasil membuat salah satu pria berdiri. Pria berwajah asia dengan t-shirt merah bertuliskan ride or die.
"Michael benar. Kita bukan orang terpilih." Pria dengan aksen yang khas itu menatap tajam wanita pimpinan rapat dan berjalan mendekati Michael.
Wanita yang memimpin rapat tersenyum dan mematikan Lcd proyektor.
"Rapat hari ini selesai. Kalian bisa kembali ke kamar, dan beristirahat. Pikirkan kembali tentang hal ini. Kalian punya waktu tiga hari sebelum minggu persiapan dimulai." Wanita itu keluar dari ruangan membawa tasnya, disusul dengan pria bertuxedo hitam yang membawa iPad dan ponsel.
Tersisa tujuh orang yang masih mengenakan pakaian casual termasuk Michael, gadis berambut dark brown dan pria asia itu. Sementara ada satu orang pria berwajah timur tengah berseragam CIA, mengamati tujuh orang yang kebingungan itu.
"Ada apa dengan kalian berdua? Kalian mengacaukan rapatnya. Dari rapat ini, kita bisa tahu apa yang sebenarnya terjadi dan kenapa kita dibawa kemari." Pria berambut hitam dengan highlight dibagian poni, berdiri dari kursinya. Tidak mengerti dengan sikap Michael dan pria asia tersebut.
"Sepertinya kau memang ingin bekerja dengan mereka, Thomas." Sahut Michael sarkas.
"Pikirkan tentang keluarga kalian. Mereka mencari kalian sekarang, bahkan aku... jauh-jauh dibawa kemari dari Indonesia, meninggalkan keluargaku, meninggalkan Ibuku yang sedang sekarat di rumah sakit. Aku ingin berhenti dari penelitian gila ini." Pria asia itu mengacak rambutnya frustasi.
"Michael dan Bobby benar. Kita diculik dan dibawa kemari untuk menjadi agen penelitian, tanpa sepengetahuan keluarga kita." Pria berambut keriting dengan wajah khas orang inggris, berdiri dari kursinya.
"Lalu kalian memilih berhenti dan pergi, tanpa peduli dengan apa yang akan terjadi di masa depan kalau area itu ternyata benar-benar ada dan sangat berbahaya?" Gadis berambut dark brown meninggikan suaranya, geram melihat Michael, lelaki asia yang dipanggil Bobby itu dan pria keriting berwajah inggris.
"Persetan dengan area itu!" Teriak pria keriting dan Michael bersamaan.
"Tenanglah. Hentikan perdebatan tidak berguna ini. Area 211 bukanlah hal main-main, area itu berbahaya. Kalian bukan kelinci percobaan, ada dua team penelitian yang sudah hilang disana. Mereka hilang setelah mengirim sinyal bantuan dua hari sebelumnya. Kalian dipilih berdasarkan kecerdasan dan kemampuan kalian." Jelas pria bername tag Zayn Malik itu.
"Itu sama saja dengan membunuh kami pelan-pelan!" Sahut Bobby semakin frustasi.
"Profesor tidak akan mengirim agen peneliti lagi kalau bukan tanpa alasan." Sahut Zayn.
"Aku tahu, Calum dan Chloe kehilangan orang terdekatnya dua tahun lalu. Ariana dan Luke adalah agen yang hilang dua tahun lalu." Zayn menjelaskan, membuat pria berambut hitam bernama Calum dan gadis berambut blonde bernama Chloe menatap tak percaya.
"Area 211 bukan area uji coba seperti area 51 milik Amerika. Percaya padaku kalau kalian adalah orang terpilih. Penelitian ini sudah berhenti selama hampir dua tahun, dan kembali dilakukan saat profesor menemukan kalian." Perkataan Zayn disambut dengan Michael yang membuka pintu ruangan dan keluar begitu saja. Disusul Bobby kemudian, sementara pria keriting berwajah inggris itu kembali duduk di kursinya. Terdiam mendengar penjelasan Zayn tadi.
***
Finally, 211 Book One punya trailer. Silahkan cek mulmed yaa. (:
Ini prolognya. Gue harap kalian suka. Genre fanfict ini adalah mystery-adventure.
Jangan lupa VOMMENT guys ;)
KAMU SEDANG MEMBACA
211 [BOOK ONE OF 211 SERIES]
AdventureBeberapa chapter di private untuk menghindari plagiarisme. *Cerita masih dalam tahap revisi. ••• Hanya ada dua pilihan. kalian ingin tetap melanjutkan misi ini, atau berhenti dan membiarkan area itu jadi misteri ? -The X Team- ••• RAY-REBLUE PRES...