Chapter 8

4.3K 734 68
                                    

'Mereka tidak kembali.' Suara Chrissy bergetar. Ia masih berdiri memperhatikan hutan yang gelap, beberapa meter di depannya.

Harry hanya bisa menghela nafasnya, ia juga tidak tahu harus bicara apa lagi. Semua ini rencana Michael, tapi dia dan Bobby tidak kembali sampai larut malam seperti ini.

'Tenanglah, mereka berdua pasti baik-baik saja. Aku yakin Michael dan Bobby hanya tersesat.' Ucap Calum menenangkan. Ya, dia sudah sadar tepat saat senja tadi.

Kreessek !

Chrissy menegang, mendengarkan suara semak yang bergerak. Harry dan Calum berdiri kemudian.

Kreek !

Chrissy mengambil katana di punggungnya, memasang kuda-kuda, sementara Calum sudah siap dengan pistolnya dan Harry dengan pisau belatinya.

Derap langkah terseret membuat ketiganya semakin tegang. Langkah itu terdengar mendekat. Calum dan Harry berdiri berdampingan dengan Chrissy. Mereka siap, apapun yang terjadi.

Bruk !

'Zayn !' Seru Chrissy dan Calum bersamaan, tepat saat pria berseragam hitam keluar dari hutan dan ambruk tak sadarkan diri.

Chrissy dan Calum berjongkok di samping Zayn. Agen CIA itu masih mengedipkan matanya beberapa kali. Harry memperhatikan tubuh Zayn. Ada luka cakar yang menganga di leher kirinya, bukan hanya di leher tapi juga ada di lengan kanan Zayn. Beberapa luka juga terlihat di wajah Zayn.

'Zayn, apa yang terjadi ?' Tanya Chrissy panik, melihat luka-luka di tubuh agen itu.

Zayn membuka mulutnya, berusaha mengucapkan sesuatu, ia terbatuk dan darah merah pekat keluar dari mulutnya.

'R-ru-run...'

Calum dan Harry saling melempar pandangan. Chrissy berdiri, begitu juga dengan Calum. Zayn menghembuskan nafas terakhirnya, setelah mengatakan satu kata yang jelas tak dimengerti Chrissy, Harry dan Calum.

Hembusan angin hangat tiba-tiba menyentuh tengkuk mereka. Geraman pelan terdengar di belakang mereka bertiga.

'Oh my god.' Ucap Chrissy saat sekali lagi hembusan angin jangat itu menyentuh tengkuk mereka.

Calum, Harry dan Chrissy berbalik. Mereka mematung, mahluk berbulu dengan mata merah, setinggi tiga meter berdiri hanya sekitar tiga meter di depan mereka sekarang.

Grrrrrrraaaahhmm !

'Owh shit !' Umpat Harry yang langsung berlari masuk ke dalam hutan, di ikuti Chrissy dan Calum di belakang.

'What the hell was that !' Teriak Calum yang terus berlari di samping Chrissy, di belakang Harry.

'Stop swearing !' Teriak Chrissy yang beberapa kali melompati akar pohon.

Grrrrrrraaaahhmm !

Bugh !

'Fuck !' Harry jatuh berguling.

Chrissy dan Calum berhenti berlari. Mahluk itu semakin dekat dengan Harry.

'Run Chrissy !' Teriak Harry saat melihat Chrissy berbalik.

Grrrrrrraaaahhmm !

'Run !' Teriak Harry sekencang-kencangnya, membuat Chrissy dan Calum terpaksa berlari meninggalkannya.

Harry berusaha berdiri, pergelangan kaki kanannya terkilir akibat terjatuh. Mahluk itu menatapnya dengan mata yang memerah. Werewolf, itu yang muncul dikepalanya saat melihat mahluk berbulu dan bertanduk setinggi tiga meter itu. Seiring dengan langkah mahluk itu yang mendekat, kuku-kuku kari mahluk itu memanjang tajam. Harry mengambil satu pistolnya, bersiap menembak mahluk itu kapanpun. Mahluk itu semakin dekat, Harry mundur beberapa langkah. Ia masih berpikir untuk menembakkan peluru ke dada mahluk itu, ada sesuatu yang melarangnya melakukan hal itu.

Grrrrrrraaaahhmm !

Doorr !

Tembakan Harry menembus dada kiri mahluk itu tepat saat mahluk itu menerjangnya. Tangan Harry bergetar. Mahluk itu tergeletak, darah hitam pekat mengalir dari luka tembak di dada kirinya. Harry mendekat. Matanya membulat, saat perlahan tubuh mahluk itu mengecil seiring dengan bulu-bulunya yang lenyap. Kuku panjangnya mengecil menjadi kuku manusia normal, taringnya hilang dan matanya tak lagi menyala merah.

Mahluk itu berubah menjadi sosok manusia, dengan warna rambut yang mirip dengan rambut dirty blonde Michael. Darah yang mengalir dari luka tembaknya, tidak lagi hitam pekat melainkan merah segar.

'You're human.' Ucap Harry nyaris tak percaya.

'No. I'm werewolf.' Jawaban lirih itu membuat Harry terdiam.

Luka tembak dari pistol Harry masih mengeluarkan darah segar, Harry menembak tepat di jantungnya. Ia menyesal sudah melepaskan pelurunya, nafasnya terasa sesak melihat ia ternyata membunuh manusia yang sama sepertinya.

'Berhati-hatilah... dengan... tempat ini.'

'No !' Seru Harry melihat pria itu melepaskan nafas terakhirnya.

'Fuck !' Teriak Harry menendang tanah sekitarnya.

Rasa bersalah menyelimutinya sekarang. Meskipun pria itu werewolf, tetap saja setengah dari dirinya adalah manusia dan sejujurnya, Harry tidak pernah mau membunuh manusia sejahat apapun manusia itu.

'Harry.' Chrissy mendekat, bersama Calum.

'Dia manusia ?' Tanya Calum tak percaya.

Harry hanya diam. Ia benar-benar menyesal sudah melepaskan pelurunya.

'Niall Horan. Reevers. A3.' Ucap Calum setelah melihat punggung pria itu, yang tidak tertutupi sehelai benangpun.

Chrissy mendekati Calum, melihat tattoo yang tertulis di bawah leher belakang pria itu. Bahkan Chrissy menganggap, dia terlalu tampan untuk mati.

'Werewolf. Dia werewolf.' Ucap Harry.

'Jadi... monster berbulu tadi... dia ?' Sahut Calum tak percaya.

'Dan kau membunuhnya ?' Sambung Chrissy.

'Jangan salahkan aku ! Dia yang menyerangku dan aku tidak tahu kalau dia itu setengah manusia !' Suara Harry meninggi. Ia benar-benar tidak berniat membunuh pria bernama Niall Horan itu. Meskipun dia werewolf.

'Okay. Kami tidak menyalahkanmu, kami juga tidak percaya kalau dia manusia.' Ucap Calum berusaha mencairkan keadaan yang menegang.

'Lalu apa maksudnya Reevers ?' Tanya Chrissy yang kembali memperhatikan tattoo pria itu.

'Kita harus menemukan yang lainnya. Aku yakin banyak mahluk mengerikan di pulau ini.' Harry berjalan pergi, di ikuti Chrissy dan Calum kemudian.
**

Secret Office, Basement 3, CIA - Miami

'Liam, apa kau sudah menemukan mereka ?' Tanya Louis yang sibuk di depan monitor besarnya, berulang kali menekan mouse dan beralih pada keyboard.

'Michael dan Calum, mereka ada di titik inti Zona Tiga. Hanya pelacak milik mereka berdua yang ditemukan, yang lain berhenti di Zona Satu.' Jawab Liam yang terdengar kaget, saat melihat monitornya.

'Hanya mereka berdua yang sampai disana. Bagaimana dengan milik Zayn, Rose, Sam dan Bradley ?' Tanya Profesor Marry.

'Hanya milik Bradley dan Rose yang terlacak. Keduanya berada sekitar satu mil dari posisi Calum.' Jelas Liam.

'Tidak mungkin kalau hanya mereka berempat yang hidup.' Profesor Marry menatap setumpuk map penelitian dua tahun lalu.
***

'Jadi, hanya Zayn yang mati ?'

'Ya, Profesor.'

'Aku ingin Clifford, Christina dan Hood menjadi bagian dari kita.'
***

Update lagi !!!
Semoga kalian suka chapter ini dan maaf klo ad typo.
Jangan lupa VOMMENT :))

211 [BOOK ONE OF 211 SERIES]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang