VI. Chloe Moretz

7.8K 1K 21
                                    

Satu jam berlalu, dan Harry sudah tak sadarkan diri. Tempat ini kenapa jadi mengerikan ? Kenapa kami harus melewati latihan seperti ini ? Mahluk-mahluk keriput terus bermunculan, aku bahkan harus menggantikan posisi Harry yang mahir menembak dengan senapan.

"Oh my god !"

Langkahku terhenti.

Grrrrraaaaaah !

Percikan darah pekat mengenai kami bertiga. Aku dan Bobby membaringkan Harry di rumput. Mahluk setinggi tiga meter, berkulit keriput, berkepala dua dan tubuh penuh luka sayatan berdiri sepuluh meter di depanku dan Bobby. Dengan gerakan cepat, Bobby melempar dua pisau lipatnya berurutan.
Grrrrraaaaah !

Darah pekat keluar dari tusukan pisau lipat Bobby di bahu kanan dan lutut kanan mahluk itu. Aku mengangkat senapan Harry, membidik tepat di kepala mahluk itu.

Doorrrr !

Crraat !

Ciptaran darah pekat kembali mengenaiku dan Bobby. Mahluk itu ambruk.

Chrissy berjalan menghampiri aku dan Bobby. Tatapannya kosong.

"Chrissy !" Seru Bobby.

Bobby berlari menghampiri Chrissy. Tatapan tajam Chrissy membuat Bobby bingung.

Mataku membulat melihat leher Chrissy tersayat, darah segar mengalir dari sana. Tidak mungkin kalau mahluk itu sampai menyerang Chrissy. Bahkan gadis itu bisa melawan mahluk besar sendirian tadi.

"Aaaaarrgggh !" Erang Bobby saat tangan kiri Chrissy mencekik lehernya.

Bobby terangkat. Aku semakin yakin kalau dia bukanlah Chrissy.

Bruuk !

Sialan. Kepalaku terasa pusing setelah ada yang menubrukku hingga membentur tanah. Mataku tak bisa melihat dengan jelas.

Geraman mahluk itu terdengar keras, ada cipratan yang mengenai wajahku. Pandanganku perlahan jelas, bau amis darah membuat kepalaku semakin pusing. Aku merasakan ada tangan yang menyentuh kedua lenganku. Aku mengerjapkan mata beberapa kali hingga semuanya menjadi jelas.

Mahluk mirip Chrissy tergeletak dengan kepala bolong karena peluru. Mahluk wanita telanjang dengan tubuh keriput dan kuku panjang juga sudah tergeletak penuh tusukan dan luka tembak di kepala.

"Michael ? Apa yang..."

"Cepatlah !"

Belum sempat aku menyelesaikan pertanyaanku, Lee sudah berteriak. Bobby memapah Harry di belakang, dan Michael terus memegangi lenganku sambil berjalan.

Aku menyapu pandanganku ke sekeliling. Mahluk-mahluk keriput sialan itu sudah menjadi mayat.

Suara jeritan melengking seorang wanita terdengar memekakkan telinga. Michael menutup kedua telinganya, begitu juga denganku dan yang lainnya. Suara itu makin keras dan bercampur dengan jeritan-jeritan lain. Sialan. Latihan macam apa ini !

"Harry ?"

Mendengar Bobby memanggil nama Harry seperti itu, aku dan Michael berbalik, mendapati Harry menatap bingung kami semua. Bahkan Chrissy dan Lee sudah mendekat.

"Apa yang --

Suara lengkingan dan jeritan itu membuat kami sedikit merunduk dan menutup telinga masing-masing. Harry baik-baik saja, luka di lengannya lenyap, tanpa bekas. Dia sadar dan ini semua terasa semakin membingungkan.

Suara itu hilang, tergantikan dengan suara gemuruh yang lebih keras.

"Lari !" Teriak Chrissy menarik Lee.

Michael menarikku, dan Calum menarik Bobby, sementara Harry sudah berlari di belakang Lee. Kami semua berlari, tanah mulai bergerak membuat aku semakin sulit menyeimbangkan langkah.

"Awas !" Teriakan Chrissy membuat Michael menarik tanganku untuk berhenti berlari. Calum dan Bobby ikut berhenti.

Tanah di depan kami terbelah begitu saja, memperlihatkan jurang dalam dengan suara-suara aneh yang muncul di dalam sana. Aku menegang.

Jeritan melengking itu muncul lagi, aku, Michael, Bobby dan Calum melangkah mundur. Sedikit merunduk reflek dan menutup telinga. Teriakan itu seolah alarm saat kami berhenti berlari.

"Teriakan itu seprti alarm !" Teriak Calum yang masih terdengar meskipun jeritan melengking itu jauh lebih keras, seperti ada pengeras suara raksasa diatas kepala kami semua.

Aku memberanikan diri menelusuri bentangan jurang yang memisahkan Lee, Chrissy dan Harry dari kami berempat. Jurang itu sudah cukup lebar dan membentang entah sampai kemana, tak ada jalan lain selain melompat agar bisa terus berlari ke koper hitam yang dikatakan Zayn.

"Melompat !" Teriak Michael.

Jeritan melengkin dan suara-suara teriakan semakin keras memecahkan gendang telinga. Tak ada jalan lain.

Aku berlari menjauh ke belakang. Sejauh mungkin agar bisa melompati jurang selebar hampir sepuluh meter itu.

"Apa kau gila !" Teriak Bobby yang samar-samar terdengar.

Tak ada jalan lain. Alarm melengking itu harus berhenti, aku yakin itu sebuah alarm agar kami semua tidak kehabisan waktu untuk mengambil koper. Aku mulai mengambil ancang-ancang untuk berlari.

"Chloe benar !" Teriak Michael.

Aku mulai berlari, semakin kencang dan memejamkan mataku sebelum sampai ke ujung dan melompat.

Please...
***

Entah bagus atau engga.. gue cuman berharap kalian suka.
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK. VOMMENT :))

211 [BOOK ONE OF 211 SERIES]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang