D.u.a.p.u.l.u.h

7.6K 441 4
                                    

Natasha POV

"Sha... Jadi mereka keluarga kamu?" Bisik Riki yang sepelan mungkin tapi masih sanggup didengar telingaku.

"Sorry Rik, sebelumnya aku ga pernah cerita. Orang tua kandungku memang meninggal, tapi aku masih punya orang tua angkat. Plus... Kakak-kakak angkat. Hehe..."

Serius, aku sepertinya keterlaluan canggung memperkenalkan keluargaku, bahkan tawaku terdengar sumbang. Riki sendiri gelagapan karena siang ini aku ajak bertemu secara mendadak di ruang VIP sebuah restoran terkenal ini. Padahal pernikahan tinggal tiga minggu lagi, tapi baru sekarang ini dia baru menemui semua. Yah, ini salahku juga kan?

Dad dan Mom yang memaksa acara makan siang mendadak ini. Mereka ada telat di depanku dan Riki, menatap tanpa henti ke arah kami. Lalu Kak Rega yang terus-terusan cemberut menahan kesalnya padaku. Kak Tommy yang mewakili Kak Reta yang ga boleh hadir, dilarang keras sama Dad karena sedang hamil tua. Sebagai gantinya, Kak Reta ditemani Kak Flo yang juga ga boleh pergi dilarang Kak Rega. Tak lupa Rama dan Sinta.

Aku rasa cukup lengkap.

Pertemuan pertama keluargaku dengan calon suamiku. Yahhhh... Dan sepertinya bukan pertemuan yang baik. Harusnya kami sudah mulai memesan makanan tapi yang ada malah suasana yang masih terus mencekam. Dad dan Mom terus melihat Riki seakan meneliti dari ujung kepala sampai ujung kaki.

Aku hanya bisa menghela nafas panjang.

"Jadi... Nama kamu Riki Haryono?"

"Eh... Mm, iya Om.." Jawab Riki sopan, sekaligus gugup.

Aku sangat mengerti kegugupannya. Saat bertemu orang tua Riki beberapa bulan sebelum lamarannya, aku juga gugup setengah mati. Takut sama penilaian mereka dan menolakku mentah-mentah. Untung saja Tante Mel dan Om Roni baik sekali, dan langsung menerimaku tanpa menjelek-jelekkanku. Anggap aja aku beruntung punya calon mertua yang ga banyak maunya.

Dan aku rasa, Riki ga akan seberuntung aku!

"Kamu... Sekolah kedokteran di Jerman juga?"

Oh no... 'Juga' yang disebut Mom pasti merujuk ke sesuatu yang ga aku harapkan dibahas di pertemuan ini. Please, ini pertemuan pertama Riki dengan keluargaku!

"Wahhh, sama seperti putra kami ya. Dia juga kuliah kedokteran di sana. Dia juga seumuran sama kamu. Apa kamu kenal dia? Namanya Ary-..."

"Sebaiknya kita makan. Udah jam satu dan ... Riki sibuk pasti." Aku memotong kata-kata Mom. Ngerinya, aku malah mendapat pelototan tajam dari Kak Rega.

Hei!

Aku hanya ga mau mengacaukan suasana jika sudah membahas Arya. Nanti topiknya bisa melenceng kemana-mana. Aku ga mau kebahagiaanku hilang begitu aja! Untuk saat ini, tolong... tolong biarkan aku merasa lega.

Makan siang berakhir setelah tiga puluh menit. Riki pamit karena dia sudah dipanggil pihak rumah sakit, ada kecelakaan yang membuat dirinya sangat dibutuhkan. Terutama karena profesinya yang seorang dokter bedah!

Dan bersamaan dengan perginya Riki, aku yang harusnya bernafas lega, harus menarik nafas tegang. Semua orang sudah menahan diri, dan sekarang waktunya mereka melampiaskan sesuatu. Oke... Aku siap!

"Undangan sudah disebar?" Tanya Kak Rega dengan mata menatap tajam.

"Belum... Paling minggu depan."

Lalu hening.

"Sejujurnya, Mom senang sekali kamu akan menikah Sha. Mom seneng! Karena itu kami terburu-buru ke sini setelah pekerjaan Daddy selesai. Bahkan satu hari ini kami mendedikasikannya untuk melihat calonmu..."

"Makasih Mom..." Kataku tulus, tapi terus menenangkan hatiku yang menunggu serangan yang terlontar dari siapapun itu, dan aku rasa Mom yang akan bicara.

"Tapi kamu tau kan, ini pernikahan Sha. Dimana semua kejujuran yang akan menjadi fondasi kepercayaan di antara kamu dan Riki, calon suamimu itu."

"Dan... Kamu belum cerita apapun tentang apapun yang berhubungan dengan masa lalu. Dad lihat, dia ga tau apapun tentang keluarga Mahendra." Sambung Dad setelah meneguk habis wine yang sempat dipesannya.

"Bahkan dia ga tau tentang Arya..." Lirihku yang sukses mendapat pelototan dari semua orang di meja makan.

"Sha..."

Aku menghela nafas dalam. Rasa sesak mengerogoti, tapi aku menepisnya semampuku. Tak peduli jika bertambah sakit, yang jelas aku ga mau merasakan hidupku seolah ga ada artinya seperti setahun lalu, sebelum bertemu Riki.

"Natasha Mahendra, dengerin gue!"

Aku langsung mendongak, menatap Kak Rega yang duduk tegak dan menampilkan wajah seriusnya. Aku tau saat ini akan tiba, dimana Kak Rega memberikan nasihat yang berisi kebenaran semua dan aku akan menangis.

Huff...

"Pilihan lu cuma dua. Kalo lu masih begini, batalin pernikahan lu karena lu cuma nyia-nyiain waktu lu untuk hidup bersama seseorang yang bahkan lu bodohi. Semua kebahagiaan lu sekarang hanya semu. Hanya kebohongan! Dan bukan sesuatu yang bisa bertahan. Batalin semua kalau lu masih ngotot begini.... Atau..."

Aku menunggu Kak Rega melanjutkan kata-katanya yang pasti ga kalah sulit dengan opsi pertama.

"Temui Arya... Ceritakan semua berita ini. Kembalikan cincin tunangan yang tergantung di leher lu. Lalu baru lu bisa menikah dengan tenang. Cinta bisa bertumbuh seiring dengan waktu, tapi dengan syarat kalau hati lu siap! Gue yakin lu ngerti maksud gue... Sangat mengerti malah!"

Aku menunduk.

Kak Rega benar... Dan semua orang setuju dengan Kak Rega. Bahkan diriku pun setuju! Tapi ga semudah itu.. Apa ga ada cara lain?!

"Dad setuju! Restu kami bergantung dengan keputusan atas pilihan kamu. Jika kamu menawarkan opsi ketiga, silahkan... Asalkan jangan menyakiti hatimu sendiri." Tambah Dad yang membuatku semakin menunduk.

"Sejujurnya, Mom menyukai Riki. Sopan, baik, walau kalah tampan dengan anak-anak Mom, tapi ketulusannya bisa terlihat jelas! Dia mencintai kamu, Sha... Dan jangan sakiti dia karena sebuah pernikahan yang kamu jalani dengan terpaksa."

Air mataku mulai tumpah. Aku tak sanggup menampungnya lebih lama lagi, dan aku menangis. Aku menangis sesugukkan, sampai Sinta memelukku erat. Menenangkanku tanpa suara.

Mungkin hanya pikiranku saja yang mengatakan semua ini berakhir dan menyuruhku berhenti berharap. Tapi... Ternyata hatiku masih menginginkan semua seperti sedia kala. Bukan Riki yang aku inginkan, tapi lelaki yang pernah menjadi tunanganku dan sekarang merawat anaknya dari wanita lain.

Ha-ha-ha.

Sejak kapan aku seplin-plan ini???

Ha-ha-ha.

Dan aku harus bagaimana sekarang?!

Loving You #6 : Happily Ever AfterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang