Natasha POV
Yang jemput Revan sore tadi bukanlah Arya. Malahan Rama. Seperti mengerti situasi, Rama segera membawa Revan pergi tanpa bertanya apapun. Seharian aku menangis, dan aku yakin wajahku terlihat jelek sekali! Jangan tanya apapun... Aku sudah lelah dengan semua ini!
Ingin sekali aku hilang ingatan selamanya. Karena semua ini terasa cukup!
Arya mendatangi ku, dia mengatakan cintanya... tapi sayangnya, dia ga mengajakku pergi. Tapi sekalipun diajak, aku ga mungkin oergi. Dua minggu lagi akan jadi seperti apa?!
Pintu diketok, dan aku sangat yakin itu Riki. Dia udah janji malam ini mau datang dan pasti ditepatinya. Kalau engga, dia pasti telepon! Dan bagaimana aku menghadapinya dengan mata bengkak dan wajah berantakan??! Bukankah aku sendiri tampak mengerikan?
Tapi Riki mulai ga sabar memencet bel. Dengan langkah berat, aku menghampiri pintu. Membukanya dan....
"Hai Rik..." Sapaku dengan senyum lebar yang sangat dipaksakan.
Melihat kening Riki yang mengerut, aku yakin dia tau apa yang terjadi padaku. Bukan kali ini saja dia melihatku seperti ini. Sebulan pertama setelah pertemuan kami yang aneh, dia melihatku berkali-kali menangis histeris. Tapi dia cukup tau diri ga menanyakan hal tersebut. Dan sampai detik ini, dia ga pernah bertanya.
Dia orang yang baik, yang ga pernah memaksa dan membiarkanku bebas dengan perasaanku sendiri. Karena itu, aku rasa benar yang pernah Kak Rega katakan.
"Ada yang mau kamu bicarain? Aku pendengar yang baik." Tawar Riki saat kami duduk di sofa. Bahkan dengan baiknya, dia menyuguhkan teh untukku yang pemilik tempat ini.
"Jadi mau bicara sedikit?"
Banyak!
Tapi darimana aku harus memulai?! Aku harus menyelesaikan semua ini sebelumua terlambat. Seperti kata Kak Rega, aku udah menyelesaikan masalahku dengan Arya. Dia sudah merelakanku... Pertunanganku sudah selesai. Dan sekarang hanya masalah pernikahan ini. Kejujuran ... Ini hal terpenting untuk kami semua!
Tapi...
"Kamu mau mulai dari tentang Arya, mungkin akan memudahkanmu."
Riki tau?! Aku menoleh dan menatapnya ga percaya. Setajam itukah perasaannya? Atau... Atau dia hanya asal tebak?! Ga mungkin! Aku yakin dia ga cuma asal tebak! Lalu bagaimana dia bisa sejitu itu...
"Aku pernah melihat cincin yang di kaling kamu itu. Ada nama Arya di sana kan? Dan aku baru sadar, Arya yang di sana itu sama dengan Arya yang bertamu tadi."
"Ya..."
"Dan... Maukah kamu bercerita? Aku pendengar yang baik, dan ga akan menghakimimu. Bukannya dulu aku ini sahabat kamu?"
Aku tersenyum tipis.
"Jika aku menceritakannya, pertaruhannya adalah pernikahan kita dua minggu lagi. Apa kamu siap, Rik?"
"Aku udah siap. Sejak pertama kali melihat cincin lain yang masih kamu simpan di dekat jantungmu itu, aku udah siap!"
Dan mengalirlah ceritaku. Siapa diriku, siapa keluarga Mahendra yang berbaik hati mengangkatku, siapa Arya yang menjadi cinta pertamaku, perjanjian tujuh tahun kami dan berakhir hingga Arya yang punya anak.
Air mataku tumpah tanpa henti, dan hanya usapan tenang pada lenganku yang terus menenangkan tangisku agar ga berubah jadi histeris.
"Maafin aku Rik..."
"You love him so much..."
"Loved!" Tegasku dengan kebohongan sempurna.
"Hahaha.. Jangan bohongi dirimu, Sha. Karena itu hanya kan menyakiti perasaanku! Aku mengerti... Dan sangat mengerti!"
Ada senyum pedih di wajahnya. Dan aku sadar, bukan hanya aku dan Arya yang tersakiti. Tapi aku juga menyeret Riki dalam permainan yang ga ku sengaja ini.
"Maaf..."
"Ga apa. Kejarlah cinta kamu Sha... Lepasin cincin yang ga kamu harapkan, dan aku menunggu pilihanmu."
"Tapi Rik..."
"Lepas salah satunya sekarang. Kamu ga punya waktu lebih lama lagi.. Dan aku ga mau memberi waktu hanya untuk jawaban yang aku tau sudah kamu punya!"
"Rik..."
Kenapa Riki berubah serius seperti ini? Hei, bukankah sudah jelas aku memilihnya? Bahkan pernikahanku dan Riki tinggal dua minggu lagi! Apa masih perlu aku ingatkan tentang hal itu?
"Pilih Sha... Pilih mana yang kamu cintai dan dengannya kamu bahagia! Aku atau Arya... Setidaknya, ada dua orang yang bahagia dari antara kita bertiga!"
Mataku terpejam rapat. Menghela nafas dalam, seolah aku sangat membutuhkan udara seperti orang yang tenggelam. Aku mengerti maksud Riki. Malah snagat mengerti. Tapi ini semua ga semudah itu. Ini semua sulit, mengingat Arya dan Riki ..... Arya yang mantan tunangan dan cinta pertamaku, dan Riki malaikat penolong dan calon suamiku!
"Ga pernah ada kata terlambat, dan pernikahan hal yang menyangkut seumur hidup Sha."
Dan akhirnya, aku memantapkan hati.
Ini pilihanku...
Untuk kebahagiaanku... Dan lelaki yang aku yakin kebahagiaanku akan ada sampai selamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving You #6 : Happily Ever After
RomantikSekuel keenam dari "Loving You". Dear Arya Pradipta Mahendra, Tolong jaga Revan, anak kita. Niatku tidak ingin memberitahumu kejadian satu malam itu. Satu malam yang merupakan kesalahan bagimu, tapi tidak bagiku. Keberadaan Revan adalah anugerah. K...