Arya POV
Dion membantu gue, begitu juga Miranda. Well, gue akan merepotkan banyak orang. Tapi masalahnya, gue ga mungkin bisa sendiri! Hari semakin gelap, dan gue belum dapet kabar apapun! Aaarrgghhh... Apa Jakarta ga bisa dipersempit?
Sial sial siaaaal!
Hp gue berdering.
Lelah, ditambah perasaan campur aduk, akhirnya gue mengambil hp yang tergeletak ga berdaya di jok samping gue. Sejenak, gue menatap layar hp itu ga percaya. Ini seriusan yang telepon Kak Reta?
"Halo?" Sapa gue.
"Lu dimana? Cepet pulang. Natasha di rumah!"
What?!
Jadi selama berjam-jam gue muterin Jakarta, Natasha ada di rumah?!
Gue langsung melempar hp gue kembali ke jok dan kembali menyetir pulang dengan kecepatan maksimal. Setidaknya hanya ini yang bisa gue lakuin sebelum nantinya gue kehilangan kesempatan lagi. Natasha di rumah dan gue harus ketemu sama dia. Setidaknya gue harus jelasin sesuatu, dan semua harus JELAS.
Setengah jam, akhirnya gue sampe di rumah. Gue ga ngerti gimana caranya gue masih selamat, tapi yang jelas gue langsung berlari masuk ke rumah. Mendobrak ointu apapun yang menghalagi gue. Plis, gue ga mau telat!
"Natasha!" Teriak gue saat menemukan dirinya...
Ya... Dia di sana...
Duduk dan dikelilingi Mom, Kak Reta, Kak Flo, juga Sinta. Tanpa perlu menoleh, gue udah bisa ngerasain Dad dan Kak Rega yang menatap gue tajam, dibarengi dengan tatapan Rama yang ga lepas. Ya, gue yakin semua mau membunuh gue dan Kak Tommy aja ga sanggup jadi penengah saat ketiganya menyerang gue bersamaan.
Masa bodo!
Gue ga peduli jika harus babak belur, yang pasti gue harus bicara sama Natasha.
Gue jalan mendekat, dan semakin melangkah, gue bisa melihat semakin jelas wajah cantik itu memerah. Mata yang sembab, dan air mata yang masih berjatuhan.
Oh Tuhan...
Rasanya perih sekali.
"Sha..." Panggil gue yang sukses ga mendapat jawaban apapun.
Gue ngerti... Jika gue di posisi Natasha, mendapati tunangan gue sendiri yang udah tujuh tahun pisah, lalu punya anak, memangnya apa lagi yang bisa dirasain selain kecewa?
Dua langkah lagi.
Dua langkah lagi gue bisa tepat berada di depan Natasha. Menyentuhnya, bahkan memeluknya. Tapi ga bisa. Semakin mendekat, tangisnya semakin keras. Gue ga sanggup!
Tatapan tajam dari empat wanita itu ga membuat gue takut, tapi ...
Natasha...
"Sha... Kamu bisa pegang kata-kata aku, Sha. Di Jerman, aku ga pernah macem-macem lagi. Aku ga nyentuh alkohol. Aku ga main balapan. Aku ga pacaran. Aku ga akan sebodoh itu melupakan kamu! Aku.... Sha..."
Gue ga tau... Sungguh, gue ga tau gimana caranya bikin seseorang berhenti menangis! Seumur hidup, Natasha adalah yang pertama. Dia pacar, sekaligus tunangan gue yang pertama! Sisanya, wanita yang masuk ke dalam hidup gue hanyalah Mom dan Kak Reta. Gue ga tau gimana caranya membujuk .... Bahkan gue yakin Dion juga ga tau caranya membujuk Miranda!
Lalu sekarang gue harus gimana?
Gue memejamkan mata, dan menghembuskan nafas kasar.
"Udah malam, mungkin ada baiknya kamu istirahat Sha. Jangan tangisi jika kamu yakin aku cowok brengsek. Air mata kamu terlalu berharga." Ucap gue seraya tersenyum pedih.
Entah berapa kali gue menghembuskan nafas, dengan harapan semua masalah ini selesai. Dan untuk terakhir, jangan sampai malam ini semua orang tidur ga nyenyak hanya karena surat dan Revan.
"Besok, Arya bakal ngelakuin tes DNA. Biar malam ini Revan ikut Arya..." Kata gue final, dan sebelum Mom angkat suara, gue kembali menyambung, "Biar Arya yang selesaiin masalah ini sendiri. Dengan tanggung jawab penuh."
Gue sendiri ga ngerti apa yang gue ucapkan akan bermakna atau malah menghancurkan harga diri gue. Yang jelas, masalah ini harus segera selesai.
Gue segera kamar tamu, tempat Revan tidur. Dengan hati-hati, gue menggendong Revan dan membawanya ke mobil. Setelah dirasa aman, gue segera memutar dan membuka pintu untuk diri gue sendiri.
"Kak Ar..."
Gue menoleh.
Rama di sana, dengan rahang mengeras dan tangan terkepal.
"Gue ga akan biarin Kak Natasha sedih gara-gara lu..."
Dan gue pun ga akan biarin Natasha sedih gara-gara gue...
"So... Jangan kecewain Kak Natasha."
Gue mau berteriak mengiyakan, tapi gue sendiri ragu. Jika memang Revan anak gue, lalu gimana?
"Take care of her. Gue balik seminggu lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving You #6 : Happily Ever After
RomanceSekuel keenam dari "Loving You". Dear Arya Pradipta Mahendra, Tolong jaga Revan, anak kita. Niatku tidak ingin memberitahumu kejadian satu malam itu. Satu malam yang merupakan kesalahan bagimu, tapi tidak bagiku. Keberadaan Revan adalah anugerah. K...