Natasha POV
Semua berakhir dengan baik. Semua tersenyum bahagia, tapi ngga dengan Arya. Dia cemberut dan terus memaksa senyum pada setiap undangan yang menatapku.
Hei!
"Ayooooo... Kita udahan aja! Aku ga mau mamerin kamu ke semua undangan!" Rengut Arya untuk ketiga puluh kalinya dalam satu jam ini.
Aku hanya bisa menatap Arya jengah. Dia ini kayak anak kecil lima tahun aja! Bahkan Revan aja kalah manja dari dia. Ga malu apa?!
"Ya kan ini pernikahan kita, jelas mereka ngeliatin aku! Kamu juga! Kita pemeran utamanya sekarang!" Dan ini alasanku untuk ketiga puluh kalinya.
Sejak kapan Arya jadi seorang yang suka mengeluh? Mana sikap ga mau kalah dan tangguhnya itu??! Ck, bikin malu nama Mahendra aja. Lagian nih ya, semua mata tuh menatap dia. Ribuan undangan yang nyaris membuat ruangan ini lenuh sesak tuh lagi menatap dia. Masa dia ga malu cemberut seperti itu?
"Aku tau! Cuma ..."
"Cuma....?"
"Yahhh..."
"Arya! Yang bener ah kalo ngomong..."
Rasanya aku kesel juga. Harusnya tuh aku berbahagia, bukannya terus-terusan sabar meladeni Arya yang bikin gregetan. Bahkan dari tadi dia ga menjawab pertanyaanku yang bertanya KENAPA.
Lebih baik dia jawab sekarang atau aku ceburin ke kolam renang yang ada di belakang!
"Cuma baju kamu itu terlalu terbuka. Itu maksud aku! Si Riki sih rese banget! Yakali gaun pengantinnya seseksi ini! Mananya coba bagian yang ketutup?! Punggung kebuka, bagian dada juga rendah banget, paling parah, ini baju kenapa ngebentuk banget lekuk badan kamu... Arrgghh!"
Ow owwww.... Ternyata oh ternyata!
Aku hanya bisa tertawa. Dia cemburu toh dari tadi. Yahhhh...ga apa dong seksi dikit? Lagian ini baju pengantin bagus banget. Bisa pake ini aja rasanya seperti ratu pesta. Semua mata dari kaum adam dan hawa tertuju padaku.
Lagian, sekali seumur hidup! Kenapa engga?
Ini juga biar sepadan sama Arya yang tampan luar biasa. Aku ini kan cuma itik tak terlihat, dan menjadi sedikit terlihat bersama pangeran kan ga salah! Masa iya aku kalah sama Mom, Kak Reta, Kak Flo, ataupun Sinta???
Miranda aja pakaiannya wah banget!
Sesekali, boleh kan?
"Hei, ini bukan pilihan Riki, tapi Mom!" Bisikku yang sukses mendapat pelototan dari Arya.
"What?!"
"Salahin aja Mom, dan kamu bakal dicekik! Hahahhaa..."
Arya hanya bisa mendesah frustasi. Bahkan kesal pun pasti dia tahan. Kasian dehhh...
"Yahhh ga apa deh. Tinggal dua jam lagi, dan semua ini buat aku kan?" Bisik Arya mesum dan diakhiri dengan kecupan di leherku.
Ugghhhh! Ini di depan ribuan undangan!
"Arya mesum!"
"Mesum sama istri sendiri, maksud kamu? Bahahhaa..."
Nyebelin!
"Udah lama kan kita ga ciuman? Dan setelah sah, lebih dari yang biasanya kan boleh buat nanti malem."
Sabar.... Sabarrrr.....
"Tapi sebelumnya... Boleh ya cium dikit?"
Dia kan saja Arya... Cuekin! Cuekin!
Arya memang berhasil diam, ga bersuara, alias ga cerewet lagi. Tapiiii..... Dia seenak jidat menciumku si bibir mesra tanpa malu! Bahkan ini di depan ribuan orang bersamaan dengan lagu Kiss Me milik Sixpence None The Richer yang berputar.
Ini tuh bukan cuma temen yang dateng, tapi kolega bisnisku juga ada ARYAAAAAAAA!
"I love your taste... Your lips... Your eyes... But the most I love is.... You." Bisiknya yang sukses membungkam mulutku yang akan mengomelinya.
***
Arya POV
"I love your taste... Your lips... Your eyes... But the most I love is.... You." Bisikku saat ciuman kami terlepas.
Gue sungguh-sungguh... Dan gue bersyukur dengan apa yang bisa gue rasakan sekarang.
"Sepuluh tahun udah cukup Sha... Cukup untuk menunggumu, dan yang terpenting semua ini ga berakhir dengn sia-sia. Karena kamu tau, loving you is like breathing... How can I stop?" Gue menatap Natasha, menghapus air mata yang akan tumpah.
Gue bukannya sok romantis, tapi inilah perasaan gue sesungguhnya.
Gue mencintai Natasha...
Dan pernikahan ini bukan akhir, karena perjalanan kami masih panjang untuk bersama...
"Thank you Ar, for loving me. I love you too... For now, and forever!"
Baru saja gue ingin mencium bibir merah yang tak berlipstik itu lagi, seseorang menginterupsi. Oke, bukan seseorang. Tapi banyak!
Sial!
"Sabar broooo! Lu bisa ngelakuin sebanyak yang lu mau nanti malem! Sekarang, gue mau ngasih kado pernikahan dari gue dan Miranda. Sebagai traktiran dan ucapan selamat, plus balasan karena kehadiran lu di tengah-tengah kesibukan lu di Jerman sampe ga ikut di pernikahan gue." Kata Dion sambil nyengir lebar.
Rasanya pengen banget gue tabok muka cengegesannya! Tau ga sih dia tuh ganggu gue?!
"Nihhh..."
"Apaan nih?" Tanya gue berbarengan sama Natasha yang juga dikasih kotak sama besar dengan yang di tangan gue.
"Tiket bulan madu, lingerie, dan buku untuk merawat anak karangan gue dan Dion! Gue kan kalian mau cepet-cepet ponakan yang bisa dinikahin sama anak gue. Ga mungkin kan Joey nikah sama Revan? BAHAHAHAA..."
Cacat!
"Maaaa... Maaaa...."
Natasha langsung mencari kehadiran anak kecil dengan tux itu. Gue ikut mencari. Loh... Mana?
"Revan... Ada apa sayang?" Tanya Natasha yang berhasil menemukan Revan di belakang kursi pelaminan. Lah, ngapain dia di sana?
"Mama sama Papa mau pergi ya? Kata Grandpa gitu... Terus Aunty Reta bilang Revan ga diajak. Emang kapan perginya..."
Oh no... Gue yakin ada yang memprovokasi dan siapa lagi kalau bukan kakak gue yang lagi hamil itu. Bahkan sekarang mata Revan berkaca-kaca. Hei hei...
"Engga kok! Siapa bilang? Justru kita bakal liburan bertiga! Nanti Mama bakal minta satu tiket liburan lagi sama UNCLE DION DAN TANTE MIRANDA. Oke sayang?"
Penekanan kata-kata Natasha membuat Dion dan Miranda salah tingkah, dan gue mendesah frustasi. Hei hei, Natasha ga tau ya kalo ini tuh bulan madu! Emang ada bulan madu bertiga!?
"Papa ga keberatan pasti! Tenang aja... Oke?"
Gue keberatan!
"Mmm... Atau gimana kalo kita ajak semua anggota keluarga Mahendra? Pasti lebih seruuuu!"
GA SERUUUUU!
"Sip! Nanti Mama aja yang atur. Malem ini kita bergadang perisapin semuanya. Oke?"
"Yey! Asikkkk... You are the best Mama ever!"
Lemes gue!
"Sabar ya Ar... Istri lu emang ajaib. Gue sama Miranda balik dulu. Bye! Sukses ya ... malem pertamanya."
Sialan!
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving You #6 : Happily Ever After
RomanceSekuel keenam dari "Loving You". Dear Arya Pradipta Mahendra, Tolong jaga Revan, anak kita. Niatku tidak ingin memberitahumu kejadian satu malam itu. Satu malam yang merupakan kesalahan bagimu, tapi tidak bagiku. Keberadaan Revan adalah anugerah. K...