"Kau tahu berapa lama aku mencarimu di studio ini?" Niall berseru begitu Adeline masuk kedalam studio dengan wajah gusar. Pemuda itu pun sempat hampir memarahi Adeline karena pergi begitu saja tanpa memberitahunya, tapi begitu melihat wajah gusar Adeline, pemuda itu mengurungkan niatnya.
"Maaf Niall, aku barusan dari toilet."
"Kau baik-baik saja, Eline?" Niall menghampiri Adeline dan mengelus pundaknya pelan.
"Aku baik-baik saja. Aku cepat-cepat kembali karena takut kau mencariku." Adeline tersenyum kecil. Dia berusaha menutupi kebohongannya, lagipula ada yang sengaja dihindari oleh Adeline yaitu Louis.
Niall mengangguk mengerti, dia lantas menarik lengan Adeline dan mendudukkannya di sebuah sofa yang biasa dijadikan tempat berkumpul para personil 1D saat sesi rekaman. Di sofa inilah ide cemerlang mereka dalam membuat lirik lagu tersalurkan.
"Niall, apa semuanya akan datang sebentar lagi?" tanya Adeline berusaha berbasa-basi. Niall mengangguk kecil.
"Liam sedang dalam perjalanan dan Harry sudah ada di lobi. Dan masa bodoh dengan Louis." kata Niall, "Mau aku ambilkan minum?" tawarnya.
Adeline mengangguk kecil tanpa berusaha mengeluarkan suaranya, "Kau mau coba minum bir?" Niall bangun dari duduknya, hendak mengambil minum untuk Adeline.
Tapi seketika mata Adeline membulat. Aku mohon, jangan minuman semacam itu lagi, batinnya dalam hati.
"Tak ada minuman lain?" tanya Adeline sesopan mungkin.
Niall melongok kedalam lemari pendingin tempat minuman-minuman itu tersimpan, pemuda itu mendapati minuman isotonik, air putih, dan dua botol bir.
"Aku pikir hanya tersisa bir untuk kita." serunya.
Adeline mendengus pelan, alamat kalau kerongkongannya pasti akan 'sedikit menolak' rasa bir tersebut.
"I'll try." kemudian dia memberanikan diri untuk mencoba. Dia tahu Niall menyukai bir karena beberapa bagian di lemari pendinginnya dipenuhi oleh botol bir.
Sekarang apa susahnya menyukai sesuatu yang disukai Niall? Ini hanya terjadi sekali seumur hidup Adeline.
Niall menenteng dua botol bir dalam genggamannya lalu menyerahkan salah satunya pada Adeline. Gadis itu sempat menatap botolnya selama beberapa detik. Ragu antara mau meminumnya atau tidak. Seperti yang sudah diketahui sebelumnya, dia bukan penyuka alkohol.
"Astaga, kalau kau tak yakin akan meminumnya, aku bisa carikan minum di luar." selanya. Niall telah membuka tutup birnya terlebih dulu.
Adeline menggeleng, "Tidak. Aku hanya bingung bagaimana cara meminumnya." Adeline berkata dengan kepolosannya sambil memberikan sebuah cengiran.
"Kau manis, demi Tuhan!" pujinya. Niall meraih botol di genggaman Adeline lantas membukannya.
"Bagaimana rasanya?" tanya Adeline ketika botol bir miliknya telah kembali.
"Sebenarnya bir lebih nikmat saat dinikmati dari gelas khusus. Aku punya beberapa dirumah, berhubung disini tidak disediakan, jadi apa adanya saja." Niall menaikkan bahunya dan meneguk bir itu tanpa ampun.
Adeline keheranan betapa pemuda itu menghabiskan sebotol bir dalam beberapa tegukan. Akhirnya dia melakukan hal yang sama, yaitu meneguknya tapi dengan perlahan.
Entah apa yang membuatnya menyukai bir. Tapi dia pikir cairan ini lebih bisa diterima oleh esofagusnya. Gadis itu tidak berniat untuk memuntahkannya meskipun sebenarnya bir sendiri tidak berasa. Malah menurutnya terlihat seperti air kencing, tapi ini lebih baik sekali lagi daripada saat dia meminum wine beberapa waktu lalu.
"You like it?" melihat respon yang ditunjukkan Adeline membuat Niall penasaran.
"Better than wine. I like it." sahutnya cepat.
Terjadi keheningan beberapa saat di ruangan ini karena Adeline masih menikmati birnya sambil berpikir soal Louis. Sebut saja dia bodoh karena meninggalkan Louis begitu saja, tapi dia hanya berusaha menghindar. Adeline bisa dibilang muak untuk membahas tentang Louis, apalagi pertemuan terakhir mereka diakhiri dengan raut wajah penyesalan dari Louis.
"Niall, apa Vane sering diajak Louis kemari?" tanya Adeline penasaran.
"Apa? Um, Vane hanya dua kali Louis ajak kemari. Memang dia tak pernah cerita?"
Adeline menggeleng, tidak semua kegiatan dia ceritakan padanya. Meskipun hampir setiap hari mereka bertukar cerita, "Tidak semua hal dia ceritakan kok. Memang kenapa Louis jarang membawa Vane?"
"Mungkin karena konsentrasinya akan buyar. Vane sering duduk menemani Louis di dalam, jadi aku pikir gadis itu menganggu konsentrasi Louis." Niall terkikih.
Adeline pun menaikkan sebelah alisnya selagi tertawa, "Sampai segitunya? Dasar Vane, dari dulu selalu mengacau konsentrasi."
"Maksudmu?"
Gadis itu meletakkan botol birnya yang telah kosong diatas meja, bayangkan seorang Adeline dengan cepat menghabiskan sebotol bir yang kadar alkoholnya 5%, ini rekor baru untuknya.
"Jadi, saat sekolah dulu Vane punya kekasih pemain sepak bola. Suatu saat ketika pertandingan dimulai, kekasihnya mendadak hilang konsentrasi saat tahu kalau Vane datang menyaksikannya bermain dengan pakaian serba minim. Rok mini dan tanktop ketat." Adeline tertawa mengingat kekonyolan besar yang dilakukan Vane saat sekolah dulu.
Begitupun Niall, dia tertawa lebar. Tawa yang menurut sebagian orang menggelikan, tapi bagi Adeline tawa itu mirip suara surga.
"Dasar. Pantas saja Louis selalu hilang kendali."
"No control, no control-ool" Adeline menyengir, dia baru saja menyanyikan part lagu kesukaannya. Bisa dibilang, Adeline seorang Directioner.
"God damnit! Kau menyukai lagunya?" ujar Niall tak percaya. Pemuda itu menutup mulutnya dengan sebelah tangan.
"Itu lagu favoritku. Kau tahu, liriknya sedikit nakal." Adeline berkata dengan melirihkan kata nakal dan mengedipkan sebelah matanya genit.
Niall tertawa, "Kau bisa membuatku ikut hilang kendali demi apapun." katanya, "So, wanna play it?"
Dia mengambil gitar yang tergeletak disebelahnya. Bersiap memainkan No Control versi akustik, "But I can't sing."
"Oh really?" ujarnya sarkastik.
Kemudian Niall mulai memainkan chord gitarnya dan mulai menyanyikan baris pertama. Adeline seolah membaur dengan Niall karena lagu ini memang menjadi favoritnya.
"Beside you I'm a loaded gun. I can't contain this anymore. I'm all yours I got no control, no control-oool."
"Hey girl, that's my part." seseorang muncul dari balik pintu sambil memandang kearah mereka berdua. Adeline tampak terkejut tapi dia berusaha membuat wajahnya terlihat normal.
* * * *
Anjay. Ada yang menemukan kejanggalan di part ini?
Tebak siapa yang baru aja muncul?
KAMU SEDANG MEMBACA
Poison ╰☆╮ n. horan ✅
Fanfiction❝I pick my poison and it's you!❞ [ A Niall Horan fanfiction, written in bahasa ] copyright © paynefiction, 2015.