quartoze

845 106 9
                                    

- a d e l i n e

"Dan aku berusaha memegang omonganmu, Eline. Aku tak ingin kau jatuh ke lubang yang lebih dalam."

Perkataan Vane yang terucap ketika kami bertemu beberapa jam lalu seketika menyentak batinku. Aku merasa bahwa semuanya-- mungkin benar apa yang dikatakan oleh Vane-- terlalu jauh.

Aku mengerti meskipun seharusnya hal itu tidak boleh dibiarkan terjadi. Niall punya banyak fans sementara setiap geraknya akan terbidik oleh kamera. Setelah aku melihat isi Twitter semalam, ternyata hampir semua fans mereka membicarakan soal kami.

Beberapa sumber yang entah siapa, membeberkan kejadian apa saja di pub termasuk saat aku berusaha menarik perhatian Niall dari Katlina. Bahkan kejadian saat kami masuk ke hotel pun ada yang membeberkannya.

Memang haruskah kehidupan pribadi Niall terexpose? Harusnya mereka memberikan ruang untuk Niall bisa kencan dengan seorang gadis. Memang mereka pikir pemuda normal seperti Niall harus terus mengurusi penggemarnya?

"Jangan suka melamun, Nona Cantik." Aku menoleh ke belakang dan kedua tangan itu tertambat di bahuku. Niall menyunggingkan senyuman manisnya lantas menarik sebuah kursi di sampingku.

"Aku tidak melamun."

Niall mengangguk, dia meraih sekaleng minuman bersoda yang aku taruh diatas meja, sebenarnya ingin aku minum tapi terlanjur diambil olehnya, "Tatapan kosong itu menjelaskan semuanya. Jangan berbohong." katanya setelah tegukan kesekian.

"Soal semalam." ujarku lirih, aku mengamati raut mukanya yang datar dan tanpa ekspresi, "Tidakkah menurutmu aku salah mengambil keputusan?"

Mendengar perkataan itu, Niall terbatuk kecil, "What did you say? Is that wrong? Eline, we did that last night and you regret it?"

"Maksudku, aku masih terlalu muda untuk itu." bisikku lirih. Niall tak merespon lebih, dia hanya menenggak sisa soda di kalengnya.

"Banyak orang melakukan hal itu jauh sebelum usiamu, Eline. Bahkan ada yang kehilangannya saat umur 14 tahun."

Aku membelalakkan mata. Memang banyak diantara teman sekolahku dulu yang dengan bangga mengumumkan kalau dirinya tak lagi perawan, dan seseorang yang berhasil mengambil keperawanannya itu adalah cowok paling populer di sekolah. Tapi persetan dengan jalang itu, aku berbeda dengan mereka.

"Oh Eline, don't you worry cause we make no mistakes." Niall bangun dari duduknya lantas mengecup kening Adeline perlahan sebelum akhirnya berlalu menuju kamarnya.

"Niall, apa kau mau aku buatkan makan malam?" saat sampai di tengah tangga, pemuda itu membalikkan badan sambil tersenyum kecil.

"Aku ganti baju dulu sebelum membantumu memasak makan malam." sahutnya. Niall melanjutkan perjalanannya kembali ke kamar dan aku bergegas menyiapkan semua bahan makanan.

Sembari menyiapkan segalanya, aku kembali berpikir. Apa yang sebenarnya menjadi motivasi Niall mengajakku tinggal bersamanya selama days-off yang tentu saja itu tampak sedikit aneh? Menurutku, apakah Niall sengaja melakukan ini karena dia menyukaiku? Atau bahkan mencintaiku?

Seharusnya aku bersyukur jika pernyataan terakhir itu benar. Tapi aku masih bingung untuk apa Niall melakukannya.

"Aku sudah selesai." kini Niall berdiri dihadapanku lalu bergabung bersamaku di dapur.

"Tadi pagi kau pulang dari hotel sendirian?" tanyanya. Niall mulai mencuci beberapa potongan sayuran.

"Ya, aku pulang naik taksi lalu pergi menemui Vane."

"Oh ya? Kau menemuinya? Ada apa?" ujarnya ingin tahu. Niall menghentikan aktivitasnya sejenak sebelum akhirnya melanjutkan kembali.

"Kami sudah lama tak bertemu, jadi hanya saling melepas rindu." ujarku yang tidak sepenuhnya benar.

"Apa Vane mengkhawatirkanmu?"

"She's like my Mom and my sister of everything." sahutku sambil mengiris daging merah diatas talenan.

Niall mengayunkan sayurannya agar air bekas cucian itu tiris lalu beralih kearahku, "Dia khawatir kau kenapa-kenapa? Apa jangan-jangan dia takut aku membuatmu jadi tak perawan lagi?"

Aku melemparkan tatapan seolah tak mengerti padahal sebenarnya aku terkejut ketika dia mengatakan itu, "Apa menurutmu Vane berhak tahu soal itu? Oh Niall, aku akan mengunci mulutku rapat-rapat soal itu."

Niall tampak menaikkan bahunya lalu membuatku berhenti melakukan tugasku. Dia menyuruhku menatap sepasang mata indahnya lalu tersenyum, "Bagaimana kalau aku akan membawamu pada hubungan yang jauh lebih serius?"

Tapi aku membeku begitu kalimat itu meluncur cepat dari bibirnya. Aku tak bisa berkata apa-apa selain mengalihkan perhatian pada pekerjaanku tanpa ingin menjawab pertanyaan itu.

"Jadi apa kau setuju kalau aku membuat pesta disini?" kami terduduk saling berhadapan di meja makan. Suasana canggung sempat tercipta beberapa saat yang lalu tapi kemudian Niall memecah kecanggungan itu.

Aku memandang kearahnya sambil menyantap salad buatan Niall, "It's up to you, Niall. Lagipula ini kan rumahmu jadi kau berhak atas apapun disini."

"Kau tak keberatan kalau aku mengajak teman-temanku, seperti halnya Katlina?"

Aku berhenti sejenak. Oh Katlina, gadis yang berhasil membuat Niall mengalihkan perhatian saat di pub. Jika dipikirkan lagi, aku tak berhak melarangnya untuk menggundang gadis itu. Tapi aku berhak untuk cemburu.

"Bagaimana kalau aku mengajak Vane kemari?" aku tahu ini bukan ide bagus, tapi setidaknya aku punya tempat untuk mencurahkan kekesalan saat Niall mengabaikanku karena teman-temannya.

Niall mengangguk setuju. "Kalau itu terserah padamu. Kau bisa mengajak teman-temanmu yang lain kalau kau mau."

Aku nyaris bersorak kegirangan saat Niall menjelaskan jika aku boleh membawa temanku kemari dan pilihanku pasti jatuh pada Vane. Lagipula aku yakin Vane tak mungkin bertindak genit terhadap Niall apalagi jika Louis juga ikut. Tapi aku tahu dia akan berusaha menghindarkanku dari alkohol dan barang sejenisnya.

"Oh, kau cemburu?" Niall menahan gelak tawanya.

Aku membulatkan mulut, sebenarnya lebih pada terkejut dan rasa malu karena Niall menebaknya dengan tepat, "Aku? Cemburu?" aku mungkin akan jadi perempuan paling cemburu di dunia ini Niall.

"Hanya menebak, Sayang." Niall menyentuh punggung tanganku yang sengaja aku letakkan diatas meja dan tersenyum kecil.

Dia, tampaknya akan jadi suami yang baik.



* * *

Ciyeee yang barusan ultah ke-22 trus ngajakin party melulu wkwks~

Poison ╰☆╮ n. horan ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang