dix - neuf

843 99 21
                                    

Semalam Niall tak pulang ke rumah. Dia berkata harus menjalankan serangkaian rehearsal untuk tour lanjutan yang akan dimulai 2 hari lagi di O2 Arena. Sementara itu Adeline lebih banyak berkutat didalam kamar daripada harus keluar, badannya sedang tak sehat.

Sejak tadi pagi Adeline mengeluhkan mual dan pusing. Dia mengganggapnya sebagai efek masuk angin karena semalam dia begadang menunggu kedatangan Niall dan berselancar di media sosial untuk mengecek apa saja berita yang telah dibuat tentang dirinya.

Adeline bergegas ke lantai bawah untuk meminum bir kesukaannya. Dia merasa membutuhkan minuman itu sekarang, entah kenapa sejak Niall memperkenalkan rasa minuman itu Adeline jadi tertarik untuk selalu meminumnya saat sarapan.

"Apa Niall sudah pulang?" Adeline bertanya pada Sara yang sedang membersihkan dapur sementara dia menutup pintu kulkas dan mulai membuka botol birnya.

Sara pun menoleh kearah Adeline, "Kata Jorge, Tuan Niall sudah datang pukul 4 pagi tadi."

Adeline mengangguk, pantas saja dia tak tahu kedatangan Niall karena Adeline mulai tertidur jam 2.

Perut Adeline terasa melilit, dia pun ingin memuntahkan semua isi perutnya dan langsung terserang pusing seketika itu.

"Kau baik-baik saja, Adeline?" Sara membantu memijat tengkuk Adeline perlahan.

"Ya aku baik-baik saja. Mungkin karena masuk angin-semalam aku begadang."

"Mau aku buatkan kopi atau teh?" kata Sara menawarkan, tapi Adeline menolaknya dengan lembut.

"Aku bisa membuatnya sendiri. Aku akan membuatkan untuk Niall juga." tukasnya.

"Baiklah." lalu Sara berangsur pergi menjalankan tugasnya di belakang.

Adeline bergegas membuatkan teh dan sandwich untuk Niall. Ini kali ketiga bagi Adeline membawakan sarapan untuk Niall saat pemuda itu pulang pagi. Adeline akan meletakkan menu sarapan itu diatas meja kecil di samping tempat tidurnya tanpa berusaha membangunkan pemuda itu.

Dia berusaha susah payah menahan perutnya yang mual saat mencium bau sandwich yang biasanya selalu menjadi favorit. Entah kenapa rasa tidak enak badan ini sangat mengganggu bagi Adeline.

Adeline bersyukur karena pintu kamar Niall tak terkunci, alhasil dia bisa dengan mudah membukanya dan meletakkan nampan berisi sarapan itu di tempat yang seharusnya.

Sampai akhirnya Adeline menemukan sebuah kejanggalan di kamar Niall pagi ini. Gadis itu melihat selimut yang menutup sampai kepala, tapi yang aneh-seperti ada dua orang yang sedang tidur dibaliknya.

Gadis itu berusaha keras untuk berpikiran positif. Siapa tahu itu hanya tumpukan guling? Tapi kenapa tiba-tiba Adeline terenyak saat mendengar suara erangan kecil seorang perempuan?

Adeline menarik nafasnya dalam-dalam, berusaha keras agar tidak terkejut dengan kenyataan yang menghadang di depannya.

"What the fuck!" Adeline memekik keras, dia membuka selimut yang menutupi tubuh dua orang yang sangat dikenalnya-Niall dan Vane.

"Oh my gosh!" Vane langsung berjingkat terkejut, mengingat dirinya dan Niall bahkan tak mengenakan selembar pakaian pun.

Air mata Adeline mulai membendung di pelupuk mata. Hatinya seolah hancur berkeping menyadari seseorang yang selalu dipercayainya pun ternyata telah berkhianat. Adeline seakan tertusuk oleh pisau yang selalu dijadikannya sebagai pelindung.

"Adeline!" mereka berteriak bersamaan dengan itu Adeline melangkah keluar dari kamar, gadis itu bahkan membanting pintunya dengan keras lalu membiarkan dua orang itu membereskan kekacauan yang baru saja mereka buat.

Poison ╰☆╮ n. horan ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang