vingt

837 119 29
                                    

- a d e l i n e


Aku membanting pintu kamar di belakangku begitu kami telah sampai di dalam kamarku. Niall terduduk di tepi sofa sementara aku memandang kearahnya penuh amarah.

"Kenapa kau menyangkal jika anak yang aku kandung ini anakmu, Horan?" nada suaraku meninggi dibarengi dengan dentuman keras dari tanganku saat menggebrak meja.

"Kau tidur dengan Michael beberapa minggu lalu. Mana mungkin aku percaya padamu?"

Aku pun menatap kearahnya dengan jengkel, jadi ini yang akan dia jadikan alasan? Bahwa aku pernah tidur dengan orang lain sehingga dia tak mengakui kehadiran anak ini?

"Kau menyangkal karena takut kan? Niall, you're such a jerk!" pun aku menjambak rambutku dengan frustasi sembari beringsut ke lantai. Tubuhku rasanya lemas, bawaan dari bayi dalam perutku ini makin membuatku tak berdaya.

"Kau bisa saja tidur dengan orang lain selain aku saat tak ada orang di rumah. Atau saat kau pergi menemui temanmu." ujarnya, Niall melipat kedua tangannya di dada.

"For fuckin sake Niall, aku tak pernah berhubungan seks dengan orang lain selain kau!" ujarku membela diri.

Niall menatap dengan tenang sambil mengayunkan tubuhnya kebelakang. Dia merebah diatas kasur dengan santai. "Aku tak percaya, Eline. Aku tak mungkin salah perhitungan. Aku bisa merasakan ereksiku saat itu, dan aku tidak melakukannya didalam milikmu, tapi di luar - di atas perutmu."

Air mataku yang membendung langsung menetes seketika. Aku tak membayangkan bagaimana gambaran wajahku sekarang, mungkin terlalu mengerikan untuk dilihat.

"Aku hamil 4 minggu, Niall. Dan kau mau menyangkal kalau aku tidur dengan Michael dan berhubungan seks dengannya? Kau pikir aku bodoh? Kau pikir aku tidur dengan Michael sudahblebih dari 4 minggu? Kau salah besar."

Aku tak bisa melihat ekspresinya dengan jelas, tapi aku tahu Niall sedang berusaha berfikir membalas pembelaanku barusan.

"Kau mabuk saat itu, Eline. Mana mungkin kau sadar telah melakukan apa?"

Dasar bajingan! Niall tetap menyangkalnya padahal sudah jelas perhitungan minggu itu akurat. Anak ini anak Niall, sungguh aku berani bertaruh.

"Dan kau juga mabuk saat berhubung denganku, Niall. Mana mungkin kau sadar?" snap, aku harap dia mau mengakui ini.

"Tetap tidak bisa."

"Apa kau bersikeras tidak mengakui anak ini karena Vane? Karena jalang yang kau tiduri pagi ini?" aku menyentaknya dengan perkataan pedas yang meluncur begitu saja dari mulutku.

Aku nyaris tak bisa mengatakan kata kotor itu karena bagaimana pun juga Vane tetaplah sahabat terbaik yang pernah aku miliki sepanjang waktu.

"Jangan berkata seperti itu terhadap Vane, dia sahabatmu." Niall langsung menegakkan tubuhnya untuk menoleh kearahku sambil terduduk diatas kasur.

Aku menghela nafas berat. "Sahabat yang menusuk sahabatnya sendiri? Bagaimana bisa seseorang seperti Vane aku anggap sahabat sejak dulu?" pun aku turut menegapkan tubuhku yang tadinya beringsut ke lantai selagi berdiri tegak.

"Semuanya berjalan begitu saja, Eline. Aku tak menyangka kau ternyata hamil. Dan aku bukan ayah dari anak yang kau kandung." Niall berkata, masih terus menyangkal soal ini.

"Oh, apa Vane membayarmu untuk ini? Berapa yang dia habiskan agar bisa menghadiri interview di majalah dan membahas tentang skandal ini, Niall? Oh my gosh, no more drama, not anymore." ujarku sambil mengusap kepala dengan frustasi.

Poison ╰☆╮ n. horan ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang