"Bisa tolong pelankan volume mp3 playermu, Sayang?" pemuda itu meringis dari balik pintu kamar Adeline. Melihat gadisnya sedang berbaring santai dengan hanya mengenakan sweetpants dan tank-top seketika membuat Niall langsung menyeringai juga.
"Maaf jika itu menganggumu, Niall." Adeline segera terduduk dengan tegap lantas tersenyum manis. Sementara itu Niall berjalan masuk dan terduduk di tepi ranjang sambil memandangi wajah Adeline.
"Kenapa? Wajahku aneh?" tanyanya polos. Niall seketika tertawa.
"Tidak. Kau justru sangat cantik." butuh beberapa waktu untuk membuat pipi Adeline merona, "Dan aku suntuk. Pestanya baru dimulai 3 jam lagi."
Adeline mendekat kearah Niall. Entah kenapa semenjak kejadian malam panjang pertamanya dengan Niall, Adeline jadi sering bermanja-manja dengannya. Apalagi pemuda itu juga tampak terbuka. Hubungan mereka bahkan lebih pantas disebut sepasang kekasih daripada teman dekat.
"Lalu? Kau ingin melakukan apa?" kata Adeline. Gadis itu merangkak pelan, melingkarkan lengan kirinya di leher Niall dan meletakkan kepalanya di pundak kanan pemuda itu. Tangan kanannya bertumpu di kasur.
"All I really want is you." lantas Niall mengecap bibir Adeline dengan bibirnya cukup lama. Pemuda itu mengubah posisinya, sekarang Adeline telah terduduk manis di pangkuan Niall. Ciuman itu masih berlangsung, mereka berdua tampak menikmatinya satu sama lain.
Sampai akhirnya Niall membaringkan tubuh Adeline diatas kasur dan terus menciuminya sampai gadis itu nyaris kehabisan napas dan menyudahinya.
"Sudah cukup. Aku-nyaris-kehabisan-napas." ujarnya tersengal. Niall tersenyum kecil, namun sekali lagi dia melayangkan kecupan kecil selagi membawa Adeline untuk bangkit.
Niall menggandeng tangan Adeline keluar dari kamarnya, gadis itu menyela dengan cepat, "Kita mau kemana?"
"Pergi jalan-jalan." sahutnya tanpa basa-basi.
Mendengar hal itu, Adeline segera menarik tubuhnya dari Niall. "Aku harus ganti baju." ucapnya.
Niall menggeleng pelan, "Kau lebih cantik tampil apa adanya."
"Big no!" tegasnya. Pun Adeline berhasil meloloskan diri dan segera mengganti pakaiannya sementara Niall menunggu dengan sabar.
Beruntung Adeline tak butuh waktu lama untuk mengganti pakaiannya. Niall segera meraih tangan Adeline dan menggenggamnya erat lalu menggiring gadisnya menuju mobil.
Benar-benar typical Niall saat sedang suntuk. Dia selalu mengajak Adeline pergi ke suatu tempat. Sekarang banyak orang tahu tentang kedekatan mereka berdua, meskipun Niall jarang menampakkan kemesraannya, tapi media mengetahui semua hal tentang Adeline termasuk tempat tinggalnya yang sekarang.
Satu hal yang membuat berita tersebut makin hangat adalah pemberitaan yang menyebut jika Adeline sengaja memanfaatkan Niall untuk mendongkrak popularitas karena tawaran menjadi model iklan apparel mulai bermunculan sementara Adeline selalu menolaknya.
"Jadi, nanti kau mau konsep pesta seperti apa?"
Adeline yang tadinya menunduk seketika menoleh kearah Niall, "Aku tak punya ide soal pesta. Aku bukan tipe gadis penyuka pesta." Niall mengangguk mengerti.
"Tapi kalau pesta nanti malam sengaja aku adakan untukmu, bagaimana?"
Adeline menggigit bibir bagian bawahnya selagi menggeleng tak mengerti, "Maksudmu?"
"Kau akan tahu nanti. Baiklah, sekarang aku mau kau ceritakan padaku segala hal tentangmu."
Niall selalu melalukan hal yang sama saat duduk berdua di mobil bersama Adeline. Ada banyak masa lalu yang Adeline ceritakan, entah itu cerita konyol sampai yang paling menyedihkan. Niall pun demikian, dia juga menceritakan masa lalunya semasa di Mullingar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Poison ╰☆╮ n. horan ✅
Fanfiction❝I pick my poison and it's you!❞ [ A Niall Horan fanfiction, written in bahasa ] copyright © paynefiction, 2015.