Final II

654 42 0
                                    

Selamat jalan,

"Mavis", kinan menarik tangan Mavis.

Mavis sontak mengarahkan wajahnya kearah Kinan.

"ada apa?"

"apa mereka juga melibatkan anak-anak dipermainan ini?", jari Kinan menunjuk kearah kolong meja tepat beberapa meter didepan mereka.

Mavis segera mengambil langkah mendekati gadis kecil itu,

"Jangan mendekat, kumohon jangan mendekat. Pergilah!", langkah kaki Mavis dihentikan perintah gadis kecil tersebut.

Kinan maju untuk menggantikan Mavis melakukan tugasnya.
Ia mencoba menghampiri gadis itu.
Raut wajah sedih gadis itu berubah jadi senyuman menakutkan.
Kinan berhenti dan mundur untuk menyelaraskan barisannya dengan Mavis.

"Mavis, anak ini cukup menakutkan"

Mavis diam dan bingung dengan tindakan yang akan dilakukannya selanjutnya.

Anak itu terlihat keluar dari kolong meja, dengan sebilah pisau dapur digenggamannya.

"Kak kumohon pergilah", anak itu memelas pada Mavis dan Kinan.

"kurasa kita harus pergi", Mavis menarik tangan Kinan.

"Mavis, kita harus menolongnya dia hanya anak kecil", Kinan membantah perintah Mavis.

"hai, aku Kinan", Kinan memperkenalkan dirinya pada adik kecil itu.

Mavis antusias dan memperkenalkan dirinya juga,
"hai aku Mavis, kalau aku boleh tau namamu siapa?"

"aku Via kak"
"dan aku Abby", gadis itu memperkenalkan diri dengan nada suara berbeda.

Wajah kinan terlihat bingung pada gadis itu.

"oke Via, kami harus pergi", Mavis berbalik badan dan menarik tangan Kinan.

"Ma...vis...", Kinan terpatah-patah menyebut nama Mavis.

Mavis segera melihat wajah Kinan tanpa berbalik badan,
"kita harus pergi, aku akan ceritakan alasannya nanti"

"bukan itu.. tapi Via", Kinan mencoba menjelaskan namun tanpa penjelasan.

Mavis kembali membalikkan badannya untuk melihat langsung perihal yang ingin Kinan jelaskan.

Sebuah katana menembus tenggorokan Via.
Darahnya mengalir membasahi katana berwarna putih itu sehingga menjadi kemerah-merah-an.

Mavis terdiam menyaksikan peristiwa itu. Benaknya tak habis fikir manusia seperti apa yang sanggup membunuh anak kecil.
Walaupun Mavis tau bahwa Via menderita gangguan jiwa yang sering dikatakan dua kepribadian.

Pedang katana itu menarik diri dari tenggorokan Via, membuat gadis kecil ini terkulai lemas jatuh kelantai dengan mulut terbuka lebar.
Via telah tiada.

Pria yang membunuh Via perlahan menunjukkan dirinya.

"hai Mavis, bagaimana pestanya?" pria itu menjilati katananya yang berlumur darah.

Mavis menusuk pandangannya pada pria bertopeng badut yang berbahan karet itu.

"Leader", Mavis melempar senyuman sinis pada pria dibalik topeng itu.

"hahaha, Mavis Gilbert pria yang ingin membunuhku", pria itu terlihat mencemooh.

"bisakah kau buka topeng itu, agar kita bisa menyelesaikan ini.
Andi Kay", Mavis memegang erat kapak dengan kedua tangannya.

"Andi?", Kinan seperti familiar dengan nama itu.

"Mavis, teman terbaik yang pernah kumiliki", pria itu membuka topengnya perlahan.

Can You Kill Me ? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang