Dia Pacarku

776 46 0
                                    

Akhirnya bisa posting lagi.

Selamat membaca




Mavis berdiri dengan kuda-kuda yang kokoh. Ia bersiap menyambut tamu yang berusaha menerobos masuk.

"Kinan, kau harus menuruti semua perkataanku"

"iya..", nada suaranya terdengar sedikit bergetar.

Sepertinya pintu itu sudah tidak sanggup menahan terjangan dari mahkluk itu.
Benteng terakhir Mavis dan Kinan telah rubuh.
seperti terdengar terompet sangkakala menyambut kedatangan pria ini.

Obor yang yang terpasang disisi kedua pintu memperjelas wajah pria ini bertubuh ideal ini. Parasnya tidak terlihat menyeramkan, hanya saja tongkat berduri di tangannya membuat Mavis harus tetap waspada.

"Ben"

"Kinan"

"apa kau kenal orang ini Kinan?"

"tentu, dia mantan pacarku yang baru saja kuceritakan padamu"

"Ben, kita harus pergi dari tempat ini", Kinan berjalan mendekati pria itu.

Namun Mavis memblokade langkah Kinan menggunakan tangan kirinya yang membentuk sebuah palang.

"ada apa Mavis?"

"maaf Kinan, tapi dia bukan orang yang kau kenal dulu"

"apa maksudmu, aku sangat mengenalnya. Kalaupun ada orang yang harus kucurigai ditempat ini adalah kau Mavis. Aku bahkan mengenalmu baru beberapa jam", nada suara kinan terdengar sedikit membentak.

"Kinan.. kau masih ingat soal pertanyaanmu mengenai jam yang kita gunakan? Kurasa aku sedikit tahu maksud pria itu"

"apa maksudmu"

"yang pertama orang yang menyebut dirinya predator jika kau perhatikan, ia tidak memakai jam tangan seperti yang kita gunakan. Dan coba kau perhatikan pria ini, ia juga tidak menggunakan jam seperti yang ada di tangan kita. jadi aku menyimpulkan setiap orang yang menggunakan jam ini ada di pihak kita dan yang tidak adalah musuh kita. Apa aku benar Ben?", Mavis tersenyum dan mengangkat alisnya.

Kinan terdiam dan menunggu jawaban dari mantan kekasihnya itu.

"Mavis Gilbert, aku tidak menyangka kau secerdas itu. Apakah omong kosongmu sudah selesai dan bolehkah aku membunuhmu sekarang"

Air mata Kinan sudah tak terbendung. Orang yang harusnya melindunginya malah menjadi ancaman baginya.

"tapi, kenapa ben? apa yang terjadi?"

"dulu aku hampir berubah karenamu Kinan, namun aku tau cepat atau lambat kau akan mengatakan hal yang sangat menyakitkan seperti tadi malam. Jadi aku memutuskan kalau aku tidak bisa memilikimu, sebaiknya kukirim malaikat sepertimu kesurga", Ben menghapus air mata yang mulai menetes.

Mavis sedikit kaget dengan jatuhnya air mata dari pria berbadan besar ini.

Namun tangisan pria ini berubah menjadi tawa yang dahsyat.

"Hahaha.. cukup pertunjukkan melankolisnya saatnya pertunjukkan utama"

"Kinan, kuharap kau menghapus air matamu dan bersiap lari dari tempat ini karena pria ini benar-benar sakit jiwa"

"tapi.."

"daripada kau menangisinya, lebih baik kau berdoa agar aku tidak terbunuh olehnya"

Kinan segera menghapus airmatanya dan bersiap mengikuti instruksi dari Mavis.

Pria itu mengibas-ngibaskan tongkat penuh duri yang dipegangnya.

Mavis mundur dengan cepat, menunggu celah.

"Kinan, kau harus berlari kearah kiri pria itu sesuai aba-abaku"

Kinan menggerakkan kepalanya keatas dan kebawah, sebagai tanda ia akan melakukan sesuai perintah Mavis.

Ben sekali lagi maju dan mencoba menghancurkan kepala Mavis dengan tongkatnya.
Mavis mengelak kearah kanan dan mengayunkan goloknya kearah Ben.
Namun Ben berhasil menghentikan serangan Mavis dengan tongkatnya.

"sekarang Kinan, lari.. ", Mavis melemparkan aba-abanya.

Kinan langsung berlari kearah pintu menuju sisi kiri Ben.
Ben yang kaget melihat kearah Kinan.
Kesempatan yang baik buat Mavis melakukan serangan balik.
Mavis mengambil salah satu pisau lempar dan menusuknya di kaki Ben.

Tusukan itu sontak membuat Ben kesakitan dan mengambil langkah mundur.

"kau membuat kesalahan, seharusnya kau tidak melakukan itu Mavis"

Mavis hanya menunjukkan wajah puas pada pria itu.
Seperti dirasuki sesuatu, Ben berteriak dan membuang tongkatnya.

Ia berlari ke arah Mavis dengan tangan kosong. Mavis segera mengambil ancang-ancang menyerang dengan golok ditangannya.

Namun kegilaan Ben tidal bisa diatasi Mavis. Ben menyeruduk perutnya menggunakan bahu. Mavis terpental akibat serangan itu.
Golok yang dipegangnya juga terlempar jauh dari tubuhnya.

"bocah tengik", Ben menapakkan kakinya di perut Mavis dengan tengik.

Mulut Mavis terlihat memuntahkan sedikit darah.

Can You Kill Me ? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang