𝙎𝙖𝙜𝙖𝙧𝙖 - 1

220 14 5
                                        

𝘞𝘢𝘳𝘯𝘪𝘯𝘨 𝘵𝘢𝘨𝘴 :

• 𝘚𝘢𝘨𝘢𝘳𝘢 : 𝘔𝘪𝘯𝘨𝘩𝘢𝘰
• 𝘉𝘪𝘮𝘢𝘬𝘢𝘭𝘢 : 𝘔𝘪𝘯𝘨𝘺𝘶
• 𝘧𝘪𝘤𝘵𝘪𝘰𝘯
• 𝘢 𝘭𝘰𝘵 𝘰𝘧 𝘵𝘺𝘱𝘰
• 𝘮𝘦𝘯𝘵𝘪𝘰𝘯 𝘵𝘰 𝘩𝘢𝘳𝘴𝘩 𝘸𝘰𝘳𝘥𝘴
• 𝘨𝘦𝘯𝘳𝘦 : 𝘭𝘰𝘷𝘦-𝘮𝘢𝘯𝘪𝘱𝘶𝘭𝘢𝘵𝘪𝘷𝘦

• 𝘚𝘢𝘨𝘢𝘳𝘢 : 𝘔𝘪𝘯𝘨𝘩𝘢𝘰• 𝘉𝘪𝘮𝘢𝘬𝘢𝘭𝘢 : 𝘔𝘪𝘯𝘨𝘺𝘶• 𝘧𝘪𝘤𝘵𝘪𝘰𝘯• 𝘢 𝘭𝘰𝘵 𝘰𝘧 𝘵𝘺𝘱𝘰• 𝘮𝘦𝘯𝘵𝘪𝘰𝘯 𝘵𝘰 𝘩𝘢𝘳𝘴𝘩 𝘸𝘰𝘳𝘥𝘴• 𝘨𝘦𝘯𝘳𝘦 : 𝘭𝘰𝘷𝘦-𝘮𝘢𝘯𝘪𝘱𝘶𝘭𝘢𝘵𝘪𝘷𝘦

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





୨୧



Malam mencekam mulai menggigit dengan langit yang mendung penuh awan pekat yang bergerumul bagai lukisan 𝘬𝘦𝘮𝘢𝘵𝘪𝘢𝘯. Gelap, hilang cahaya bulan, mungkin takut dihantam petir yang saling bersahutan dan akhirnya bersembunyi di balik singgahsana. Bintang pun hanya tampak seperti titik, mungkin hanya terlihat satu atau dua, untuk mengawasi malam agar tidak menenggelamkan sukma.

Deru angin dingin khas malam yang membelai tubuh terbalut kain tipis bagai tamu tak diundang, bekunya perlahan mengikis kewarasan, dibumbui dengan rintik hujan yang jahilnya melarang banyak jiwa untuk menikmati atmosfer setiap detik sepeninggal matahari.

Kedua tangannya melipat, memeluk raganya sendiri untuk mencari kehangatan, tapi pandangan nya tidak bisa diam, Sagara terus melihat ke sekeliling. Matanya penuh kilauan karena terpana tak berkesudahan. Bagaimana tidak, yang di tatap nya adalah bangunan besar yang nampak kokoh dan hegar menjulang di hadapannya. Rumah bernuansa putih itu tidak seperti rumah biasa, itu bagai istana yang dihuni oleh seorang raja.

Sesaat meneguk ludahnya sendiri untuk menghilangkan kegugupan. Bagai kerdil dengan nyali ciut, Sagara tak pernah bermimpi bisa melihat dari dekat dan berada sejengkal dari rumah yang begitu megah seperti ini. Ia benar-benar merasa kecil, mungkin karena apa yang dimiliki nya dihitung ribuan kali pun tak akan sebanding.

Menyudahi tunduk padi yang mendera perasaannya, ia harus kembali pada realita, Sagara memalingkan pandangannya dan menatap lurus ke depan. Matanya menangkap sebuah lengan kekar dengan urat-urat yang menonjol, mengintip tipis di balik kulit coklat nan eksotik milik seseorang yang tentu saja dikenalnya dengan baik. Tangan itu terulur ke hadapannya, seperti mendamba ingin segera di raih olehnya.

𝙾𝚗𝚎𝚜𝚑𝚘𝚘𝚝 𝚐𝚢𝚞𝚑𝚊𝚘Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang