Bukannya ia tidak mau menjawab perkataan Nura, tapi aneh, entah kenapa mulutnya terasa kaku, dan dirinya terus memikirkan tangannya yang di gandeng dengan tiba-tiba oleh Nura.
Perasaannya terasa aneh, ia tidak biasa.
Nura, Barra dan Papinya melangkah ke salah satu meja yang kosong dan akhirnya mereka duduk disana.
Nura duduk di sebelah Barra, sementara Papi Barra duduk di seberang, didepan Barra.
Nurra terlihat begitu bersemangat, senyum nya yang manis itu terus mengembang dan tidak luntur dari sepanjang perjalanan menuju restoran.
"𝘈𝘬𝘶 𝘱𝘢𝘯𝘨𝘨𝘪𝘭 𝘱𝘦𝘭𝘢𝘺𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘶𝘭𝘶 𝘺𝘢, 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘭𝘪𝘢𝘵-𝘭𝘪𝘢𝘵 𝘥𝘶𝘭𝘶 𝘢𝘫𝘢 𝘣𝘶𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘢𝘶 𝘱𝘦𝘴𝘦𝘯 𝘮𝘢𝘬𝘢𝘯𝘢𝘯 𝘢𝘱𝘢..", ujar Barra, lalu setelah nya ia mengangkat tangannya untuk memanggil pelayan.
"𝘪𝘺𝘢 𝘴𝘢𝘺𝘢𝘯𝘨𝘬𝘶..", jawab Nura dengan nada manja.
Mendengar itu membuat Papi Barra bergidik, merasa geli mendengar Nura memanggil anaknya dengan sebutan sayang.
Papi nya merasa aneh karena selama mengenal Nura sebagai teman Barra, Nura tidak pernah memanggil Barra dengan sebutan sayang.
Ketika salah satu pelayan menghampiri meja mereka, Papi Barra langsung menyebutkan makanan yang akan di pesannya, lalu giliran Barra dan terakhir Nura.