𝙎𝙖𝙜𝙖𝙧𝙖 - 2

117 10 2
                                        

Sagara melepas genggaman Kala, dan merengkuh dirinya sendiri. Ia sadar dirinya sudah terlalu tunduk pada Kala, tapi apa boleh buat, sejak awal memang Sagara tidak pernah diberi pilihan.

"𝘒𝘢𝘮𝘶 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘭𝘢𝘱𝘢𝘳 𝘬𝘢𝘯 𝘚𝘢𝘨𝘢𝘳𝘢?, 𝘥𝘶𝘥𝘶𝘬 𝘥𝘪𝘴𝘢𝘯𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘴𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘮𝘶, 𝘩𝘮𝘮.. 𝘛𝘦𝘳𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘯𝘨, 𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘪𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘶 𝘬𝘦𝘭𝘢𝘱𝘢𝘳𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘢𝘮𝘣𝘪𝘴𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘮", Kala mengantar Sagara untuk duduk di meja makan yang besar, mungkin 10 orang dapat makan bersama disana.

Sagara duduk dengan tenang, sembari memperhatikan semua tingkah Kala padanya. Perasaannya jadi lebih tajam, hatinya terus di landa kegundahan, apalagi saat memasuki rumah megah milik Kala. Sagara tidak bisa menghindari rasa takut yang perlahan menggerogoti jiwanya, tapi dengan mengikuti setiap perkataan Kala, ia dapat membalas semua yang telah Kala berikan padanya.

Kala berjalan menuju area dapurnya yang berada lurus di depan dari area meja makan, Sagara dapat melihat semua yang di lakukannya.

Lelaki gagah seperti Kala, mengusahakan apapun untuk seorang Sagara, yang hanya anak desa, anak yang tidak punya masa depan cerah, anak yang harus menderita sejak kelahirannya. Sagara mungkin tidak akan mempercayai Kala jika lelaki itu hanya membual akan membebaskan jerat hutang keluarganya, tapi Kala malah langsung membawa uang gepokan ke depan matanya.
𝘉𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 𝘚𝘢𝘨𝘢𝘳𝘢 𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘣𝘦𝘳𝘱𝘢𝘭𝘪𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘒𝘢𝘭𝘢?.

Dengan semua yang telah dilakukan Kala, dengan semua perhatiannya pada Sagara, Kala merebut cinta Sagara yang semula mati-matian dijaganya agar tidak melewati batas.

Apalagi Kala yang selalu menggaungkan kata suci itu pada Sagara, dari hembusan nafasnya yang begitu hangat, menerpa cuping telinga Sagara dan menembus masuk ke dalam indra pendengarannya, Kala mengucapkan cinta, dan berjanji akan mengubur semua penderitaan Sagara sampai hanya kebahagiaan yang tersisa.

Tapi Sagara hanya kelinci kecil yang takut akan banyak hal. Dimangsa oleh serigala merupa manusia, salah satu nya.

Sagara memang tak punya kuasa, tapi ia juga tak sebodoh itu, Sagara sadar ada yang keliru.

Sagara menghela nafasnya, mulutnya terasa begitu kering kerontang. Berduaan dengan Kala memang selalu membuat nya gugup, tapi memang tidak pernah segugup saat ini.

Ia sesekali menatap Kala yang sibuk mengolah apapun yang ada disana. Kala memang jago memasak, saking enaknya, semua masakan nya selalu dapat mencuri hati Sagara.

Jemari nya terasa dingin, ia tidak tahan hanya diam saja, Sagara meneguk ludahnya untuk memutuskan ikut membantu Kala menyelesaikan masakannya. Sagara segera bangkit dari duduknya, untuk sekali lagi, ia melihat ke arah Kala, dan mulai melangkah menghampirinya.

"𝘒𝘢𝘭𝘢..", panggil Sagara dari belakang. Suara yang lemah itu mengundang Kala untuk membalik tubuhnya.

Kala menatap Sagara dengan heran, bukankah tadi ia menyuruh Sagara untuk duduk diam di meja makan?. Satu sisi halisnya perlahan naik, ia meletakan alat masak yang di pegangnya dan beralih menghadap Sagara.

"𝘕𝘢𝘬𝘢𝘭, 𝘩𝘮?, 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘣𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘶𝘥𝘶𝘬 𝘥𝘪𝘴𝘢𝘯𝘢?", Kala melipat kedua tangannya di depan dada, seperti menghakimi Sagara karena melawan titahnya.

Sagara diam, mengulum bibirnya karena niatnya membantu Kala seperti nya salah, Sagara menundukkan kepalanya, mencari-cari kata yang tepat untuk menjawab Kala, agar tidak marah, "𝘐𝘵𝘶.. 𝘈𝘬𝘶 𝘣𝘰𝘴𝘢𝘯, 𝘢𝘬𝘶 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘯𝘵𝘶 𝘢𝘱𝘢𝘱𝘶𝘯 𝘒𝘢𝘭𝘢.. 𝘈𝘬𝘶 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘴𝘢𝘬", Sagara menatap Kala dalam-dalam agar sampai ketulusannya.

Terdengar hembusan nafas jengah dari mulut Kala, sepertinya Kala tidak menyukai usul Sagara.

"𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘴𝘶𝘬𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘯𝘵𝘢𝘩 𝘬𝘶 𝘚𝘢𝘨𝘢𝘳𝘢.. 𝘒𝘢𝘮𝘶 𝘵𝘢𝘶 𝘬𝘢𝘯, 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘫𝘪𝘯𝘬𝘢𝘯𝘮𝘶 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘯𝘵𝘢𝘩 𝘬𝘢𝘵𝘢-𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘬𝘶?!, 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪 𝘥𝘶𝘥𝘶𝘬 𝘥𝘪𝘴𝘢𝘯𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨, 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘢𝘯𝘫𝘪𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘭𝘢𝘵𝘪𝘩 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘱𝘢𝘵𝘶𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘳𝘶𝘵𝘪 𝘱𝘦𝘳𝘪𝘯𝘵𝘢𝘩 𝘮𝘢𝘫𝘪𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢!", Kala membalik lagi tubuhnya, lalu mengaduk kembali nasi putih yang telah dibumbui nya itu.

Sagara hilang kata, pandangannya seketika menjadi kabur. Dengan tanpa sadar, kakinya melangkah mundur dengan limbung, ia menjauh dari Kala.

Sagara kembali duduk di kursinya, menunggu Kala dalam keheningan, seperti yang Kala minta. Tapi batin Sagara begitu ribut, isi hatinya berisik, ia merasa dirinya tidak salah, ia hanya ingin membantu, ia hanya ingin menunjukkan pada Kala kalau ia berguna, kalau ia juga bisa diandalkan oleh Kala. Tapi jika diingat lagi, Sagara rasa selama ini Kala tidak pernah menanyakan apapun tentang Sagara, Kala tidak pernah menanyakan bagaimana perasaan Sagara.

Tak lama Sagara menunggu, Kala menghampirinya dengan membawa dua piring di tangannya.

"𝘕𝘢𝘴𝘪 𝘨𝘰𝘳𝘦𝘯𝘨 𝘶𝘥𝘢𝘯𝘨, 𝘩𝘢𝘣𝘪𝘴𝘬𝘢𝘯", Kala menaruh piring penuh dengan nasi goreng buatannya itu di depan Sagara.

Raut Sagara nampak kusut, "𝘒𝘢𝘭𝘢, 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘵𝘦𝘳𝘣𝘪𝘢𝘴𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘶𝘥𝘢𝘯𝘨.. 𝘈𝘬𝘶 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘢𝘩 𝘣𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨", Sagara menatap nanar piring itu.

Tapi gelak tawa tiba-tiba terdengar menguar dari mulut Kala, "𝘉𝘢𝘯𝘨𝘴𝘢𝘵!", umpatnya dengan suara pelan, "𝘖𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘪𝘴𝘬𝘪𝘯 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘪𝘭𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘪𝘭𝘪𝘩-𝘱𝘪𝘭𝘪𝘩 𝘚𝘢𝘨𝘢𝘳𝘢.. 𝘏𝘢𝘳𝘶𝘴𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘺𝘶𝘬𝘶𝘳, 𝘯𝘢𝘴𝘪 𝘪𝘯𝘪 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘢𝘴𝘶𝘬 𝘬𝘦 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘱𝘦𝘳𝘶𝘵𝘮𝘶".

Umpatan itu meremas jantung Sagara, memecahnya menjadi serpihan. 𝘛𝘦𝘨𝘢, Sagara menelan pahit ucapan Kala kepadanya.





























𝘛𝘣𝘤.

𝙾𝚗𝚎𝚜𝚑𝚘𝚘𝚝 𝚐𝚢𝚞𝚑𝚊𝚘Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang