Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
୨୧
Bait baru aja sampai di kost-an Sastra. Ia memarkirkan motor custom tipe tracker nya di area parkir yang difasilitasi disana. Tak lupa ia juga membuka helm nya dan di rengkuh di sisi perutnya. Sengaja, niatnya memang mau di bawa saja ke kamar kost nya Sastra, soalnya, Bait takut helm nya dicaplok, meskipun terpasang dua cctv di area halaman, namanya juga kost-an elite, tapi ia hanya ingin berjaga-jaga, bukan bermaksud suudzon kepada para penghuni kost-an disini, ia juga tahu, mereka pasti bisa membeli helm yang lebih bagus daripada helm miliknya, tapi sekali lagi, Bait hanya berjaga-jaga. Soalnya, niat haram, bisa menghalalkan segala cara. Begitulah kira-kira fikirnya.
Bait lalu mengecek ponsel nya terlebih dahulu, memastikan pesan yang sebelumnya dikirim pada Sastra telah di balas, ia menyalakan ponselnya yang sengaja di matikan selama di perjalanan menuju kost Sastra. Ketika layarnya sudah hidup kembali, Bait menunggu beberapa saat, dan pop up beberapa pesan akhirnya masuk ke dalam ponselnya. Dari beberapa pesan yang masuk ke ponselnya, Bait hanya mencari dan membaca satu pesan, pesan dari Sastra, yang nama kontak nya sengaja hanya di beri sebuah emoji oleh Bait, emoji hati berwarna pink.
Setelah membaca pesan balasan dari Sastra, ia lantas tersenyum dengan lebar, seringai dan gigi taringnya yang memukau, disebut Bait sebagai karunia Tuhan yang harus selalu ia agungkan pada orang-orang, terutama pada Sastra. Yang selalu mengecap dan memutar lidah nya di sana saat mereka berciuman. Sastra selalu melakukannya, dia bilang gigi taring Bait adalah spot favorit nya, selain spot yang lain tentunya.
Bait lalu melangkah menuju kamar kost Sastra yang berada di lantai dua, ia melangkah dengan santai, tak perlu takut untuk di curigai oleh siapapun, disini memang sebebas itu, ya mau gimana, duit yang bicara.
Sastra, adik kelasnya dari SMA, memang anak seorang pejabat dewan, jadi buatnya, melakukan apa saja yang diinginkannya tentu lah mudah. Sastra tak perlu berusaha banyak, bapaknya banyak uang kok, kan di negeri ini apa-apa sudah gampang di cekoki duit, apalagi kalau gepokan.
Soal nge-kost juga di sengaja banget sama Sastra, niat nya biar bisa bebas dari pantauan bapak sama orang-orangnya. Dan untungnya berhasil, selama dia tinggal di kost, bapak nya gak pernah nge-cek-in dia, asal dia gak bikin masalah aja.
Sedangkan Bait, kalau dia sih bukan anak seorang pejabat seperti Sastra, tapi keluarga nya termasuk juga keluarga berada. Ayahnya itu seorang pengusaha tekstil terbesar di kota, jadi wajar saja hidupnya mudah juga, tapi berbeda dengan Sastra, Bait selalu di paksa untuk mengikuti berbagai macam les, dari les bahasa inggris, lalu les matematika, les piano, les musik, dan lainnya.