𝙅𝙖𝙡𝙖𝙣 𝘽𝙚𝙧𝙗𝙪𝙣𝙜𝙖

532 41 10
                                        

"Hao..", Mingyu memanggil Minghao dengan lirih.

Minghao dihadapannya membalas panggilan itu dengan senyuman.

"Gyu.. Matahari akan selalu terbit esok hari, walau kadang awan merajuk dan menangis, tapi matahari selalu berada ditempatnya, ia tidak pernah pergi kemana-kemana, ia akan bersinar lagi", ujar Minghao.

Mingyu mengerti maksud Minghao, tapi masih ada yang mengganjal dalam hatinya, "Kamu bisa?", tanya Mingyu.

Minghao mengangguk dengan mantap, "Kamu juga pasti bisa".

"Bahkan ketika bibir aku sudah tercetak diseluruh tubuh kamu?", tanya Mingyu lagi.

"Kamu tau itu adalah hal paling indah yang pernah terjadi selama hidupku", jawab Minghao.

"Lantas.. Kenapa saat aku bertanya mengapa ini berakhir, kamu seyakin itu?", balas Mingyu.

Minghao tersenyum, lalu menunduk menggapai kedua tangan Mingyu yang masih memegang mic nya, "Kita sudah mencoba, berulang kali..".

"Aku yang kurang berusaha..", tutur Mingyu, menunduk menatap tangannya yang digenggam.

"Mungkin kita yang seperti ini membuat kita lebih menyatu, daripada definisi menyatu itu sebenarnya", balas Minghao.

Mingyu mendongak, menatap lurus ke arah Minghao, hatinya berkata ia menginginkan kesempatan itu sekali lagi, "Bisakah kita mencoba lagi untuk yang terakhir kalinya?".

Minghao diam sebentar, lalu tersenyum dengan indahnya sambil menatap Mingyu, "Mari kita temukan jalan berbunga itu ditempat lain..".

"Tapi jalan berbunga ku selalu menuju kamu", ujar Mingyu.

Minghao mengeratkan genggaman tangannya, "Tolong.. Jangan buat simpul tali ini semakin rumit Gyu, aku sudah dengan susah payah melerainya..".

Mingyu pun mengeratkan genggamannya. Tapi rasanya begitu kosong.

"Waktu memang tidak pernah memihak pada kita", balas Mingyu.

"Jangan berharap pada apapun..", timpal Minghao.

Tanpa sadar Mingyu menitikan air matanya, "Tapi saat kita kembali dulu, aku selalu berharap ini akan menjadi yang terakhir...", ucap Mingyu, "Maaf.. Aku selalu berjanji akan menjadi lelaki yang terbaik untuk kamu.. Tapi aku selalu gagal dan menyakiti kamu lagi dan lagi".

Mingyu mulai terisak, air matanya mulai meluap tak terhambat.

"Kamu gak gagal Gyu, engga..", Minghao menarik nafasnya, hatinya begitu pilu, ia melihat matahari nya tertutup awan mendung lagi, "Kita yang memang bersimpangan.. Maka dari itu, kisah kita selalu berakhir dengan kepiluan". "Kamu pasti bisa temukan jalan berbunga kamu Gyu, pada orang lain..", Myungho menelan salivanya dengan susah payah, nyatanya ia tidak kuasa, ia tidak pernah siap melepas Mingyu.

"Bukankah hati kita masih sama.. Kita masih saling mencintai Minghao!", Mingyu terisak, ia tidak bisa menahan dirinya, hatinya begitu sakit, ia juga tidak akan pernah siap untuk melepas Minghao.

"Cinta kita berada di tempat yang salah Gyu.. Selama nya akan menjadi racun yang akan menghancurkan diri kita satu sama lain, kamu juga sadar akan hal itu, tolong jangan pura-pura buta, kita sudah tidak bisa", air mata Myungho juga tidak terbendung, turun dengan mulus membasahi pipinya.

Mingyu menggertak giginya, ini terlalu menyakitkan, menyadari setelah ia melepas genggaman ini, hubungannya dengan Minghao akan benar-benar berakhir, Mingyu tidak siap, tidak akan pernah siap.

"Kalau aku dan kamu nanti nya tidak juga menemukan jalan berbunga itu, apa aku masih bisa kembali ke jalan berbunga ku yang lama?", Mingyu menatap Minghao dengan matanya yang kabur masih penuh berderai air mata.

𝙾𝚗𝚎𝚜𝚑𝚘𝚘𝚝 𝚐𝚢𝚞𝚑𝚊𝚘Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang