ANDA

310 7 1
                                    

Lelah sangat terasa, kini aku berada di depan pagar rumah yang cukup luas berwarna coklat yang sangat asri, di depannya terdapat taman kecil dan ayunan, di teras ada dua bangku warna coklat yang ditengahi meja, pintu bercat warna putih.

Aku membayangkan tempat tidur, bantal  guling yang sedang menunggu kehadiran ku rasa gak sabar pengen rebahan.

Aku pun langsung membuka pagar masuk dan memencet bel, Nayla menyambutku dengan senyum dan detik selanjutnya pandangannya berubah seolah jijik melihat keadaan ku yang sudah sulit di gambarkan bagaimana kacaunya saat ini.

Nayla adalah sepupuku yang sudah bekerja di salah satu bank swasta di kota Jakarta ini, ia cantik, putih, rambut sedikit pirang tingginya kurang lebih 165 cm, ia juga pintar, sudah kuanggap seperti saudara kandungku.

Di kota Jakarta ini aku tinggal sendiri, orang tua ada di Palembang dan tak ingin tinggal di Jakarta karena mereka menyukai suasana kota asal mereka.

Aku anak satu-satunya dan disuruh melanjutkan pendidikan di kota ini, Nayla merupakan saudara yang begitu dewasa, ia mampu menasehati ku saat aku akan melakukan hal-hal yang menjerumuskan dan tentunya memiliki teman serumah sepertinya adalah keberuntungan yang berharga.

"Ada apa dengan penampilan mu?" Tanya nya.

"Aku sudah dipusingkan dengan pertanyaan penampilan, penampilan dan penampilan jadi... jangan tanyakan itu lagi, Pinkan lelah"

Kata ku menyandarkan tubuh di sebelah pintu.

"Baiklah masuk dulu".

Aku pun melangkahkan kaki ingin masuk

"STOP"

"Kenapa lagi Nay?"

"Sepatu"

Tegas Nay!

"Oke"

Kata ku sambil melepaskan sepatu dan segera masuk kedalam, aku duduk di kursi meja makan, Nayla pergi ke arah dapur, aku hanya melihatnya sambil mebenamkan wajah di meja makan.

Kulirik jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul 20:05, aku membenamkan wajah lagi, tidak lama kemudian Nay datang dengan dua cangkir teh hijau yang aroma wangi khas teh hijau membuat ku menegak kan kepala, dia menyodorkan kan satu gelas kepadaku.

"Makasih Nay"

Aku tak mau melewatkan aromanya khas ini yang katanya mampu membangkitkan suasana hati menjadi lebih baik.

Lalu mulai menikmati teh dengan sedikit demi sedikit menyeruput minuman ini karena masih panas.

"Ahhhh seger, aromanya membangkitkan semangat ku".

Teh hijau adalah minuman yang baik untuk wanita, kata Nayla karena teh hijau mampu memperlancar BAB penyebab membuncitnya perut.

"Nay aku lapar"

Aku membuka tudung saji, namun tak kudapati apa yang aku harapkan.

"Aku juga belum makan, bagaimana kalau kita makan nasi goreng, aku akan memasak untuk mu tapi..."

Senyum ku yang tadi mengembang terhenti mendengar kalimat TAPI.

"Tapi apa Nay, ayolah aku lapar"

"Kau mandi dulu, aku akan memasaknya".

Aku hanya menunjukkan jempol tanda menyetujuinya sambil menghirup teh hijau, dan mendekat kearahnya untuk menciumnya,

"No, kau kotor" .

Cegah Nayla.

Niat ku jadi memburuk dan lansung menjauh berlari ke lantai atas menuju kamar mandi, namun sebelumnya kunyalakan radio di gelombang  TRENDY FM seperti sudah menjadi keniasaanku agar bisa mendengarkan si announcer berkicau ria sambil mandi.

I.L.Y.A ( I Love You Announcer)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang