Daun Sop

137 5 2
                                    

Tidak bisa di perkirakan, yang pasti rombongan wanita tadi sudah tidak mengejar lagi, huhh syukurlah, Aku dan Rhein berhenti di warung bubur ayam pinggir jalan, karena sekarang ini sudah tidak di katakan pagi lagi, jadi tempat ini mulai sepi, untung masih ada bubur ayam untuk dua porsi tidak penuh, tapi tidak apa namanya juga kesiangan hemm, kini sudah ada dua mangkok bubur di depan mata mantap...

"Buatkan satu lagi"

Suara Rhein, membuat ku meletakan sendok lagi dan menoleh ke arahnya...

"Kau lapar atau kau tak suka makan di pinggir jalan jadi kau menyusah kan sih bapak untuk mem..."

"B...bbukan"

"Terus?"

"Aku tidak suka ada ijo-ijo di sini"

"Ijo-ijo, bubur ayam itu putih, ahh tak menyangka kau buta warna"

"Maksud ku yang ini"

Tunjuknya pada salah satu tumpukan kecil yang memang berwarna hijau, di atas bubur miliknya, aku pun mengangguk menyadarinya, orang ini aneh ada-ada saja...

"O... ini namanya daun sop"

"Kalo namanya daun sop harusnya ada di sop, bukan di bubur ayam"

Hahahah, aku dan si tukang bubur ayam tertawa bersamaan ckckckck

"Kenapa kalian tertawa?"

"Tidak, kau lucu"

"Aden memang benar"

Celetuk si tukang bubur...

"Ya sudah aku akan membantu mu menyingkirkannya"

***

Rhein pov

Ini bukan ke sengajaan atau rencana ku, aku tidak tahu mengapa kami jadi bersepeda, maksud ku aku yang mengayuh sepeda dan wanita ini hanya sebagai penumpang, nafasnya masih terdengar memburu dan berusaha mengaturnya kembali normal, aku hanya tersenyum mengingat kejadian beberapa menit lalu, ia memulai untuk mengangguku, tapi ia juga ikut terganggu oleh ulahnya sendiri, senjata makan tuan, tapi ini sesuatu yang menyenangkan, bersepeda menelusuri jalan raya yang sekarang entah di mana, bersama hemmm entah lah,

Kuputuskan setelah jauh bersepeda untuk istirahat sejenak dan membeli sarapan, aku berhenti di warung bubur di pinggir jalan, yang baru pertama kali mengajak seorang wanita makan di tempat seperti ini, tapi kenapa aku harus men specialkan wanita ini, lagian ia memang cocok dengan tempat seperti ini...

Bubur sudah di sediakan di atas meja, namun aku enggan untuk menyentuhnya, bukan karena ini makanan pinggir jalan, tapi ada sesuatu yang berwarna hijau yang sangat tidak aku sukai, memakannya akan membuat mulut dan perutku mual...

"Buatkan satu lagi"

Pinta ku kepada si tukang bubur, yang membuatnya meletakan sendok yang sudah di pegang sedari tadi, dan menatap ku

"Kau lapar atau kau tak suka makan di pinggir jalan jadi kau menyusah kan sih bapak untuk mem..."

Cercanya seperti biasa, yang selalu berburuk sangka aku langsung menghentikan cercaan itu...

"B...bbukan"

"Terus?"

"Aku tidak suka ada ijo-ijo di sini"

"Ijo-ijo, bubur ayam itu putih, ahh tak menyangka kau buta warna"

"Maksud ku yang ini"

Tunjuk ku, mendengar ia mulai menghina lagi, ahhh wanita ini, selalu banyak bicara sebelum tahu yang sebenarnya...

I.L.Y.A ( I Love You Announcer)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang