Naina dengan senang hati menyambut kedatangan Rhein tapi tidak dengan kedatangan Pinkan, Pinkan merasakan hal itu, tatapannya sangat terlihat bahwa Naina terganggu akan seorang Pinkan...
"Kau pandai bermain piano kan, bisakah kau mengajari ku"
"Oke, tapi kau harus berjanji setelah itu kau mau menerima terapi dari dokter yang sebentar lagi akan datang"
Naina mengangguk dan bergelayut manja di lengan Rhein, Rhein hanya menepuk kepala wanita itu pelan, entah mengapa, Pinkan tidak suka dengan apa yang di lakukan dua insan di depannya, huhhhh itu lah yang bisa Pinkan lakukan...
"Kamu gak bisa kan, ya udah kamu di sini saja, aku gak mau ngerepotin"
"Ohhhh oke..."
Rhein hanya mengedipkan mata, mengisyarat kan 'tunggu aku sebentar...'
Rhein mulai menggerak kan jari-jarinya yang seolah menari ria di atas tuts piano hingga menghasilkan suara yang indah, Pinkan yang ada di lantai bawah pun dapat mendengarkan itu sambil memain kan gadget untuk menghilangkan rasa bosan yang melanda...
Suara piano untuk sudah berhenti sejak dokter pribadi Naina datang dan wanita itu mulai menjalani terapi yang menggunakan metode sejenis hipnotis untuk membuatnya tenang dan melupakan trauma yang dialamainya, dengan setia Rhein menunggu dan menemaninya ada rasa iba melihat wanita ini.
Wanita ini sudah mulai terlelap dan nyenyak dalam tidurnya dan memutuskan untuk untuk turun kelantai bawah melihat Pinkan yang nampak bosan karena menunggu.
"Udah?"
"Udah, kok mukamu suntuk"
"Aku bosan"
"Aku terlalu lama ya, kan ini untuk lo juga"
"Iya gue tau, maaf yah udah ngorbanin lo,"
"Ya udah pulang yuk"
"Mbak Pinkan, di panggil non Naina"
Suara wanita paruh baya yang di ketahui pembantu rumah ini
"Saa...ya ada apa?'
Wanita paruh baya itu hanya mengangguk dan membawa ku ke kamar yang memberi perintah, dan sekarang aku berdiri di samping ranjang berukuran king size dengan seprai warna merah muda itu dan terdapat Naina yang duduk bersandar...
"Kamu deket sama Rhein"
"Tidak sedekat yang terlihat"
"Baguslah, aku tidak suka melihat kalian selalu datang bersama"
"Aku yang membuatnya seperti ini, apa salahnya aku menemaninya"
"Tidakkkk, aku gak mau"
Suaranya meninggi, sontak hal itu membuat reaksi keterkejutan untuk Pinkan
"Lo harus turutin apa mau gue, kalo enggak gue laporin sama bokap dan lo gak kuliah"
"Kau mengancam?"
"Bukan hanya ancaman"
"BESOK GUE MAU LO GAK DATENG LAGI DI RUMAH INI"
"Oke kalo itu yang lo mau, gue pulang cepet sembuh, biar lo gak jadiin temen gue korban"
Pinkan keluar dari kamar itu dengan rasa kesal
"Maaf kan saya ya nak..."
Suara pak Renald yang mukanya nampak murung, mungkin ia mengetahui apa yang baru saja terjadi...
"Tidak apa-apa pak, saya pamit pulang"
"Ada apa?" tanya Rhein
"Aku mau pulang"
KAMU SEDANG MEMBACA
I.L.Y.A ( I Love You Announcer)
RomanceSuara... Rhein yang berciri khas mampu membuat pendengarnya tersenyum dan selalu ditunggu-tunggu. Ini yang membuat seoarang gadis begitu sangat penasaran... Hingga suatu hari radio tempat Rhein biasa siaran mengadakan audisi pencarian bakat announce...