Matahari mulai terbenam, menandakan hari sudah mulai malam, aku keluar ruangan latihan bersama Anda, senangnya rasa hati karena sudah dua kali aku dibimbing olehnya, ia begitu baik membagi ilmunya dengan tulus dan dia seseorang yang memiliki pribadi hangat dan sangat bersahabat.
" Pulang bareng yuk?,"
Ajaknya, aku hanya mengangguk dan tak menyangka bisa sedekat ini dengannya.
Aku menoleh ke arah kiri, seorang pria juga baru keluar dari ruangan siaran studio lainnya, sorot matanya begitu tajam ke arah ku, ekspresi muka ku langsung berubah dan spontan batang leherku mengarah ke kanan seolah membuang muka.
"Ehh Rhein tugas yang kemarin..."
Anda belum menyelesaikan kalimatnya, namun ia berlalu begitu saja.
"Dasar arrogant, kenapa kau bisa betah berteman dengan orang seperti itu,"
Anda hanya diam, ia mohon pamit untuk sholat di mushola yang ada dibelakang studio aku hanya mengangguk, karena aku lagi tidak sholat.
Aku menunggu di kursi putih dekat meja administrasi di dekat lobi gedung ini, lama tak muncul juga, aku pun memutuskan untuk masuk kedalam, belum sampai musholah aku melihat mereka berdua masuk ke ruangan training, aku pun mengikuti keduanya karen rasa penasaran.
***
Rhein POV
Siaran untuk sore ini sudah usai, matahari mulai terbenam waktunya the next program dan aku segera beranjak dari kursi melepaskan Headphone dan berfikir untuk cepat pulang, tak sengaja mata ku tertuju pada dua insan yang sedang mengobrol di depan ruangan siaran yang nampaknya tidak sadar bahwa sedari tadi aku mengamati mereka.
"Ada apa sebenarnya mereka, kenapa terlihat begitu dekat, apa dia teman lama Wildan, tapi kenapa aku tidak tahu,".
Tanyaku pada diri sendiri karena diburu oleh penasaran yang tidak beralasan.
"Seharusnya, kalau dia temannya, pasti dia teman ku juga,tapi aku sungguh tak mengenalnya"
Kata hati ku bertanya-tanya, penasaran akan sosok wanita bermata bulat itu.
"Apa benar Wildan yang menceritakan masalah Cinta SMP itu?, kenapa begitu ember,"
Hanya ada rasa kesal terhadap sahabat ku yang satu ini, baru kenal wanita seperti itu dengan seenak jidatnya membuka rahasia orang tanpa izin. Maksudku bukan rahasia hanya cerita masalalu anak remaja yang mengalami pubertas.
Aku pun keluar dari ruangan, ku tatap wajah gadis ini sejenak dan dengan cepat ia memalingkan wajahnya.
"Ehh Rhein tugas yang kemarin..."
Belum selesai perkataan Wildan aku begitu saja meninggalkannya. Aku pun menuju musholah untuk sholat, se usai sholat ku beranikan diri memanggil Wildan dan mengajaknya bicara, ia terlihat bingung.
Kini kami di dalam suatu ruangan dan aku memulai pembicaraan
"Dan, apa kamu serius dengan wanita itu"
"Maksud mu?'
"Kamu terlihat sudah dekat sekali dengannya"
"Kamu cemburu?,"
"Yang benar saja, aku tidak begitu peduli mau dekat dengan siapa pun tapi ku mohon jangan menceritakan masa lalu tidak mengapa hanya saja sudahlah, apalagi ceritanya sama wanita yang selalu ingin menjatuhkan ku itu"
"Cerita masalalu apa yang kamu maksud?"
"Kalau dia tahu semua tentangku, bahkan rahasiaku, aku yakin dia akan menjatuhkan ku, dan merusak nama baik,".
KAMU SEDANG MEMBACA
I.L.Y.A ( I Love You Announcer)
RomansaSuara... Rhein yang berciri khas mampu membuat pendengarnya tersenyum dan selalu ditunggu-tunggu. Ini yang membuat seoarang gadis begitu sangat penasaran... Hingga suatu hari radio tempat Rhein biasa siaran mengadakan audisi pencarian bakat announce...