TRAINING

243 4 2
                                    

Seminggu telah berlalu semenjak pemberitahuan mengenai training di Trendy fm, hari ini adalah hari pertama untuk menjalani training, di depan pintu berwarna putih yang bertuliskan.

" Ruang training "

Ku hembuskan nafas berat dan mengetuk pintu, lalu masuk di sana terdapat kursi-kursi yang mengelilingi meja, peserta training yang sudah berkumpul duduk di kursi dan aku peserta terakhir yang datang tapi itu belum bisa dikatakan terlambat.

Ku lirik arloji di tangan kiri ku yang menunjukan 09:55
"masih sisa lima menit lagi, semangat" Kata hatiku

"Hayy seem..."

"Kenapa menghalangi orang untuk masuk?"

Kata Rhein yang membuka pintu tanpa mengetuk, dengan spontan dia menumburku yang sedang ingin menyapa semua peserta, aku merasakan kesal bukan nya minta maaf

"huhhh'

"Kamu tidak apa-apa"

Suara Anda yang membuat ku mengalihkan pandangan geram akan Rhein kini berubah menjadi pandangan hangat ke arahnya yang kini tepat di hadapan ku.

"Kenapa tidak duduk"

Suaranya terdengar lagi, membuat ku gelagapan, bingung untuk menjawabnya dan akhirnya aku hanya mengucapkan "Eee SELAMAT PAGI KAK..."

Kata ku mengangkat tangan seolah menyapa teman dekat dengan suara terdengar cukup keras yang membuat semua pasang mata mengarah pada ku, aku yakin mereka bingung dengan tingkah ku yang terlihat bodoh, aku memutari meja mencari kursi yang masih kosong hingga berpapasan dengan Rhein sejenak ku pandang wajahnya dengan sepele dan duduk di kursi yang tersedia.

Anda, mencoba membagi pengalamannya di dunia broadcasting, ia terlihat begitu bijaksana, tutur katanya baik, sangat menarik perhatian ku, sungguh tampan kaum adam ini.

Ungkapku dalam hati seolah tak henti-henti memuja akan pria yang tengah berbicara tersebut.

"Siaran dapat menjadi sebuah kenikmatan tersendiri bagi sebagian besar penyiar radio, karena terlalu menikmatinya, bahkan sering tak merasa telah berjam-jam mengudara. Akhirnya aktivitas siaran tak lagi menjadi sebuah tuntutan profesi, namun sudah menjadi suatu apresiasi hobi dan mengasah bakat."

Semua bertepuk tangan mendengar Anda berbicara, termasuk aku memberi tepuk tangan terbanyak, tak kusadari semua sudah tak bertepuk tangan lagi, dan lagi-lagi semua memandang ku heran dan mentertawakan aku, termasuk Rhein.

Aku menundukan kepala dan memandang kertas yang sedari tadi ku coret-coret dan menghasilkan sebuah  gambar yang terlihat mirip mukanya dengan Anda.

"Makasih Pinkan"

Kata Anda yang mendekat dan memegang pundak ku, aku melihat wajahnya dengan jarak sedekat ini.

***

Rhein POV

Kini Wildan sedang berbagi pengalaman dengan peserta training, dengan kata lain Wildan memberi pembelajaran tentang sepak terjang di dunia Broadcasting, ia mampu menarik perhatian audiens termasuk wanita yang ada di hadapan ku yang cuma terhalang oleh meja.

Terlihat sekali dia begitu mengaggumi Wildan, matanya tak lepas dari pria yang sedang berbicara itu, sesekali ia menggoreskan pensil di kertas pribadinya, tanpa ku tau apa yang sedang ia tulis.

Tingkah nya terlihat begitu lucu, kagumnya sungguh berlebihan, apa ia tak sadar dia kan perempuan dan harus menjujung tinggi harga diri, namun ia malah menyukai pria duluan huh.

"Ternyata matanya begitu bulat, poninya terlalu panjang bisa menganggu penglihatannya itu, dasar bodoh"

Kata hatiku memandangi wanita yang dihadapanku ini sambil memainkan pena.

I.L.Y.A ( I Love You Announcer)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang