BAB 5 | Renungan Farren

488 28 10
                                    

Cobaan adalah guru yang terbaik. Karena pengalaman adalah perjalanan yang harus dipikirkan secara bijak, sedangkan kebijakan kekuatannya tanpa batas.

(Bimo Seno)

Farren

Jika tidak ada Favian, mungkin aku sudah menderita di alam kubur. Dicambuk malaikat, hingga kiamat datang. Penderitaan itu tidak akan berhenti begitu saja, karena hari pembalasan baru akan dilaksanakan di neraka. Ya, sangat berdosa bagi siapa pun yang menghakhiri hidupnya dengan bunuh diri.

Terima kasih Favian.... Bahkan kamu rela kabur dari sekolah. Padahal belum pernah sekali pun kamu melanggar peraturan. Belum pernah menjalani hukuman. Mungkin besok hukuman pertamamu, dan aku akan membantumu..

Aku ingat perkataanmu tadi. "Gue bisa kabur. Lagipula gue sudah jengah dengan sikap mereka. Gue pengen bebas."

Ah, mengapa kamu bicara seperti itu? Bukankah mereka sangat menyayangimu? Mereka sangat mencintaimu. Memberikan kasih yang tulus untukmu seorang, anak satu-satunya. Aku malah menginginkan itu semua. Lihat orangtuaku. Tidak satu pun dari mereka yang menyayangiku. Bahkan mereka tak peduli, aku masih hidup atau tidak. Jika mereka peduli, mengapa mereka bercerai? Mengapa ayah menikah lagi, mengapa ibu menjadi pelacur?

Taik!

Bangsat!

Ternyata selama ini aku dikasih makan dengan uang haram. Uang hasil pekerjaan yang hina. Memuaskan pria hidung belang hanya untuk beberapa lembar uang. Itupun masih dipotong untuk mucikari dan membayar hutang. Ah, kamu terjerat dalam lingkup setan.

Penderitaanku belum berakhir, ketika nenek—orang terkasihku—tiada. Beliau yang merawatku dengan cinta. Dengan beliau aku hidup, menapaki kejamnya kehidupan. Dan sekarang aku hanya sendiri. Ah, jika kamu pikir aku kuat, karena ditempa derita. Kamu salah besar. Aku hanya berpura-pura, agar tidak ada yang meremehkanku. SALAH BESAR!

Dari balik diriku, tersimpan hati yang rentan. Tersimpan penyesalan akan hidup. Oh Tuhan... mengapa aku harus hidup, mengapa aku harus engkau ciptakan, jika hanya untuk menderita? Katamu, tidak ada satupun ciptaanmu yang tak berguna. Sedangkan aku? Entahlah.

"Tolong Farren... tolong Ibu...!" teriak Ibu ketika digelendeng dua pria bertubuh tegap suruhan mucikari ibu.

Aku hanya terpaku, tak bisa berbuat apa-apa. Aku baru tahu waktu itu tentang hidup kelam Ibu. Dan hatiku seakan terbakar api. Dadaku sakit, paru-paruku seakan menyempit. Apalagi beberapa tetangga datang menonton adegan memalukan itu.

"Aku nggak mau jadi pelacur lagi!" ronta Ibu.

"Hutang lo masih banyak, Sri. Lo kudu melunasinya dulu, sebelum bebas dari jeratan gue!" Wanita paruh baya dengan dandanan menor itu membentak.

Itu dunia yang kamu mau kan, Bu? Memanfaatkan paras cantik, serta tubuh molek. Apalagi ia sedang sendiri. Ah, Tuhan... betapa aku ingin lari waktu itu. Selama ini aku hanya pura-pura tak peduli dengan itu semua. Sebenarnya aku sangat peduli dengan, Ibu. Aku sakit melihatnya seperti itu. Tapi aku tidak akan bisa mencegahnya. Percuma. Semua sudah terjadi.

Aku hanya bisa mendoakannya pada Tuhan. Meskipun aku tidak yakin Tuhan akan mengabulkan doa anak sepertiku. Anak yang membangkang, anak yang tidak pernah beribadah, anak yang pernah punya niatan bunuh diri.

Jika berada di tengah keluarganya, Favian, aku merasa hangat. Menemukan keluarga yang kuidam-idamkan. Aku jadi punya semangat baru untuk hidup. Lihat ibunya yang begitu perhatian, menyajikan makan malam sendiri, meski ia mempunyai pembantu. Ibumu seakan tidak lelah, meski sudah bekerja seharian. Lihat ayahnya yang selalu menemani makan malam. Pulang kerja tidak pernah lebih dari jam lima sore, itu hanya untuk berkumpul.

Meski terkadang kutahu ada pertengkaran di antara mereka. Yups, Favian pernah menceritakannya. Tapi ia tetap beruntung.

Hangat sekali keluarganya. Bahagia sekali hidupnya. Andai bisa dilahirkan kembali, aku ingin dilahirkan pada tengah-tengah keluarga seperti ini. Ah, aku terlalu berandai-andai. Maafkan aku Tuhan, yang selalu berandai-andai menyalahi takdir-Mu.

Akan kujadikan semua cobaan ini menjadi guru untuk menambah pengalaman. Seperti kepura-puraanku selama ini. Menempa diri dengan cobaan.

Sumber gambar : https://s-media-cache-ak0.pinimg.com/originals/46/bd/c0/46bdc0bb80895b1d8d58b4cd2c59b0be.jpg

My Bromance [18+] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang