Epilog

441 23 10
                                    


Favian

Aku tak masih tak percaya berada di sini. Di tribun penonton, bersama riuh yang menggebu. Mendukung dua nama yang tengah beradu. Aku ada di salah satu nama itu. Farren.

Sekarang aku melihatnya menggapai mimpi. Berdiri di atas pentas yang megah. Menyanyikan lagu kemenangan yang kucipta. Ternyata tentang penggapaian mimpi yang pernah terucap dari bibirnya tak main-main. Nyatanya ia sudah berada di depanku.

Aku yakin ia tak tahu keberadaanku. Terjepit di antara orang-orang yang mengaguminya. Ia menjadi orang terkenal sekarang.

Aku bangga dengan dirinya. Aku bangga pada diriku, karena punya sahabat sepertinya.

Sepanjang lagu itu ia nyanyikan, hatiku hanya bisa bergetar. Dan sampai sekarang aku masih tak percaya. Ia, aku pernah putus kontak dalam waktu lama, dan sekarang kembali bertemu, meski ia belum menyadarinya.

Aku sadar setelah pulang ke Jakarta. Memang awalnya aku terpukul dengan kenyataan itu. Tapi bagaimana jika tak ada Farren waktu itu, mungkin aku sudah tak ada sekarang. Kemungkinan itu bisa saja terjadi.

Tak seharusnya aku membencinya. Tak seharusnya aku menghilang dan pulang waktu itu. Kuyakin ia pasti khawatir dengaku. Sungguh berdosanya diriku.

Perantauanku memberi pelajaran berharga buatku. Tentang hidup, sahabat, dan cinta.

Dan sekarang aku bahagia. Kita bertemua lagi. Kamu sudah menggapai mimpi menjadi penyanyi, dan aku sudah punya satu novel yang bulan lalu baru aku lauching.

Laguku itu hadiah untukku, atas semua kebaikannya....

Perjalananku selama ini sudah menyadarkanku, aku lebih bahagia di sini, dengan mama dan papa, meski sikap mereka yang over protektif.

***

Saat paling mendebarkan datang. Akan diumumkan siapa yang menjadi pemenangnya. Aku memejamkan mata, mendoakannya dalam hati.

"Dan, pemenangnya adalah...."

Si pembawa acara masih mengulur waktu. Seluruh penonton di studio terdiam, tegang. Kulihat sekilas bibir mereka bergetar, mungkin sama denganku, berdoa.

"Adalah... Friska...!"

Ah, ia belum menang. Terdengar pendukung Friska bersorak gembira. Kecewa memang. Tapi tak perlu dikecewakan terlalu dalam. Semua ini sudah menjadi takdir Tuhan.

Aku berusaha tersenyum. Bagiku kemenangannya adalah pencapaian ini.

***

Setelah acara selesai, aku menghampirinya di back stage. "Farren." Aku memanggilnya dari belakang.

Ia menoleh dan tak mampu berkedip menatapku ada di depannya. Aku tersenyum melihatnya.

Aku berjalan mendekatinya, dan mengulurkan tangan setelah sampai di depannya. "Selamat, lo tetap jadi pemenangnya."

Ia langsung meraih pundakku dan memelukku dengan haru. "Terima kasih, Sobat. Lo datang ternyata." Kurasakan kaos dipunggungku sedikit basah. Sepertinya ia menangis.

"Tentu."

Ia melepaskan pelukannya. Pelukan seorang sahabat.

Riko selaku produser acara ini menghampiri kami. "Sudah kenal rupannya?" tanyanya.

Kulihat Farren kebingungan. Aku hanya cekikian.

"Ini Favian, yang menulis lirik lagu kemenanganmu tadi." Pak Riko menerangkan.

"Sialan, lo. Diam-diam menulis lagu."

"Sebulan lalu, aku baru lauching novel perdanaku." Aku bercerita.

"Lo... jadi penulis?" tanyanya.

Aku mengangguk. "Ya. Kita berhasil meraih impian kita. Dan aku punya berita baik lagi."

"Apa? Menang lotre?"

"Aku jadian dengan Anggrek lagi. Ia tinggal di Jakarta sekarang, bekerja di salah satu kantor keuangan."

"Lo serius?"

"Aku baru paham, aku dan dia tak bisa dipisahkan. Semua yang kucari ada di sini. Kembali lagi ke rumah, dengaan kehidupan yang baru."

"Lo benar, ternyata lari bukan pilihan yang baik. Terima kasih lo sudah pernah mengijinkan aku untuk merasakan bagaimana punya keluarga."

Aku tertawa, kupegang pundak kirinya, "Lo akan selalu kuanggap sebagai saudaraku. Aku ingin semua yang kuingin tak jauh dariku." Aku tersenyum menatapnya.

Anggrek mendekat. Menatap kami berdua secara bergantian. "Kalian cocok. Gue jadi cemburu." Kemudian ia terkekeh.

Aku dan Farren pun ikut terkekeh mendengar ocehannya. Ya, pilihanku untuk kembali waktu itu benar. Dan di sinilah tempatku yang tepat; rumah, bersama mama dan papa.

***

Farren

Aku senang sekali. Yang kurisaukan selama ini tak terjadi. Ia memberi kejutan yang luar biasa malam ini. Dan satu hal yang akan aku korbankan demi dia, cinta.

Kupendam cintaku padanya, kutahan bahkan haruskubuang. Karena aku tak ingin kehilangannya lagi.[] 

My Bromance [18+] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang