Bagian 2 - Lelap Abadi Endymion

37 2 0
                                    

Kumbang Urea terbang mendahului langkah Endymion. Berkat bantuannya, Endymion dapat melewati rute yang kondisi jalannya baik. Sama sekali tidak ada rintangan berbahaya yang ia temui. Tanaman beracun, binatang buas, lubang, jurang, dan sungai berarus deras sepertinya jauh dari tempatnya berada. Perjalanannya benar-benar aman, seperti yang dikatakan Urea tadi.

Serangga itu pun sepertinya tahu bilamana Endymion merasa lelah, haus, atau lapar. Buktinya ia bisa menuntun Endymion untuk berjalan menuju mata air, tanaman berbuah lebat, dan sebuah tempat yang nyaman untuk berbaring sejenak. Ketika Endymion sedang beristirahat, kumbang itu menunggunya sambil tidur menempel di salah satu batang pohon pinus.

Pada saat menikmati waktu istirahat itulah Endymion merenungkan perjalanan panjangnya dari Teluk Latmia hingga sampai di tempat itu. Bantuan dari Petros dan Urea, dan si kumbang tentu saja, membuat ia merasa dipermudah. Tanpa bantuan Petros, tempo perjalanannya pasti akan lebih lama karena harus menyusuri pantai di utara Laut Aegea. Sedangkan Urea dan kumbang emasnya mencegah Endymion tersesat atau bertemu dengan aneka marabahaya. Bukankah hal itu pernah dialami Herakles, Perseus, dan Jason ketika mereka berpetualang?

Sumpah, Endymion tidak ingin mengalaminya. Bukan karena takut, secara dia pernah melawan serigala buas, tetapi hanya menyadari jika dirinya tak seperkasa ketiga pahlawan itu. Endymion pun tak yakin jika ia mampu mengalahkan Minotaur, Hydra, Cyclops, atau Medusa. Keberhasilannya membunuh serigala belum tentu menjamin dirinya dapat menang jika harus bertarung dengan monster-monster itu. Membayangkan saja sudah membuatnya bergidik, apalagi....

Ah, sudahlah. Jangan membayangkan yang tidak-tidak, Endymion! seru batinnya. Lebih baik sekarang kau sudahi istirahatmu dan berjalanlah lagi. Matahari sudah semakin bergeser ke barat. Jangan sampai kemalaman ketika tiba di puncak Olympus.

Endymion menuruti kata hatinya itu. Ditinggalkannya tempat ia berbaring tadi.

Begitu melihat Endymion telah selesai beristirahat, si kumbang kembali mendengungkan sayap-sayapnya. Siap mengawal Endymion untuk berjalan lagi. Penggembala itu lantas memberikan senyumnya kepada si kumbang. "Aku sungguh-sungguh berterima kasih padamu, Kumbang Emas. Tanpamu, aku pasti tersesat atau bertemu monster di hutan ini," katanya.

Kumbang itu sepertinya mengerti kata-kata Endymion. Dengan girang ia terbang berputar di hadapan Endymion. Sesudah itu, si kumbang kembali terbang memelesat mendahului Endymion.

Merasa ditinggal secara mendadak, Endymion berteriak keras, "Hei! Tunggu aku!"

Serta-merta ia lari secepat kilat untuk mengejar si kumbang.

***

Tugas kumbang emas Urea tampaknya telah usai saat ujung kaki Endymion menyentuh tepi hamparan salju puncak Gunung Olympus. Di situlah si kumbang berhenti dan terbang mengitari tubuh Endymion seolah berkata, "Cukup sampai di sini saja aku menemani perjalananmu. Sisanya kau tempuh sendiri karena puncak Gunung Olympus sudah tampak."

Endymion pun seakan-akan mendengar kata-kata kumbang itu. Maka ia membalas, "Baiklah, Kumbang Emas. Terima kasih atas bantuanmu. Sekarang aku akan mendaki gunung ini sendirian, walau aku berharap kau tetap ada di dekatku sebagai kawan seperjalanan. Tetapi jika kau memang tidak bisa ikut bersamaku, tidak apa-apa. Kau sudah sangat berjasa bagiku. Sekali lagi terima kasih dan sampaikan salamku kepada Urea ya."

Kumbang itu menanggapi ucapan Endymion dengan dengung sayapnya. Kali ini suaranya terdengar lebih keras sebagai ancang-ancang untuk lekas "kabur" dari situ.

"Selamat tinggal, Kumbang Emas. Semoga kita dapat bertemu lagi," ucap Endymion seraya melambaikan tangan, merasa tidak perlu waktu lama untuk berbasa-basi sebelum berpisah.

Chang E: Legenda Dewi BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang