Bagian 3 - Dayang dari Wandhan

173 2 0
                                    

Tujuh hari sesudah Rajasawardhana atau Bhre Pamotan Sang Sinagara wafat pada 1453 Masehi, terjadilah perebutan takhta di Kerajaan Majapahit. Samarawijaya atau Bhre Kahuripan VII, putra kedua Rajasawardhana, berusaha merebut takhta dari tangan paman sekaligus mertuanya, Dyah Suryawikrama atau Bhre Wengker III.

Samarawijaya merasa berhak atas takhta karena telah dinobatkan sebagai putra mahkota. Dengan begitu, Rajasawardhana sebenarnya telah mengakui bahwa ia akan menyerahkan hak atas takhta kerajaan kepada Samarawijaya bila dirinya telah wafat. Namun, Dyah Suryawikrama menentangnya. Ia menganggap bahwa selama adik-adik Rajasawardhana masih hidup, mereka juga berhak atas takhta. Selain dirinya, masih ada Suraprabhawa atau Bhre Tumapel IV, adik bungsu Rajasawardhana.

Pertikaian itu tak kunjung usai sampai tujuh hari berikutnya. Kedua belah pihak masing-masing masih bersikeras menuntut haknya.

Di tengah permasalahan yang belum didapat titik temunya itu, datang Jayeswari, ibu suri Bhre Daha V. Sebagai salah satu orang yang dituakan di antara para kerabat kerajaan, Jayeswari berusaha menengahi konflik di antara mereka dan berusaha bersikap netral.

Setelah terlibat dalam diskusi dan perdebatan, akhirnya Jayeswari mengajukan usulan yang tidak boleh ditolak oleh kedua belah pihak. Samarawijaya maupun Dyah Suryawikrama harus bersedia bersumpah untuk tidak menolak usulan Jayeswari.

Betapa terkejut setengah mati Samarawijaya dan Dyah Suryawikrama ketika mendengar Jayeswari menyebut salah satu nama yang tidak mereka duga sebelumnya. Jayeswari menyebut nama Raden Alit atau Bhre Kertabhumi sebagai "raja sementara" Majapahit. Istilah itu mengandung makna bahwa kedudukan Bhre Kertabhumi hanyalah menjalankan fungsi sebagai pemimpin pemerintahan, bukan menjadi raja yang sebenarnya. Biasanya, bila putra mahkota masih kecil ketika raja wafat atau turun takhta, tugas itu dijalankan oleh patih atau menteri.

Jayeswari memilih Bhre Kertabhumi karena dipandang belum mempunyai tanggung jawab yang besar untuk memerintah mandalanya. Mandala merupakan istilah untuk menyebut daerah bawahan Majapahit. Kertabhumi adalah sebuah mandala yang berada di lereng timur Wukir Mahendra atau Gunung Lawu dan baru dirintis dua tahun lalu. Lokasinya masih sepi dan belum berpenduduk tetap. Di sanalah Raden Alit memimpin mandala itu dengan gelar Bhre Kertabhumi. Sehubungan dengan "jabatan" baru yang akan disandangnya, Bhre Kertabhumi diminta untuk kembali ke Trowulan, ibu kota Majapahit.

Sebenarnya, jauh di lubuk hati terdalam, Samarawijaya dan Dyah Suryawikrama menolak usulan Jayeswari tersebut. Namun, karena menjunjung tinggi sikap ksatria sebagai golongan berdarah biru, mereka terpaksa menerima dan menyetujuinya. Apalagi, seluruh kerabat kerajaan juga menyepakati usulan Jayeswari itu.

Supaya Samarawijaya dan Dyah Suryawikrama mempunyai waktu untuk meredam emosi, menata hati, saling berdamai, dan mengambil keputusan secara jernih mengenai siapa yang kelak berhak menduduki takhta Majapahit, Jayeswari menyarankan mereka berdua untuk menjalani laku tapa.

Laku tapa itu harus mereka lakukan sampai konflik di antara keduanya selesai dan saling bersepakat siapa yang akan lebih dulu menduduki takhta.

Dan, tujuh hari setelah menjabat sebagai "raja sementara" Majapahit, Bhre Kertabhumi belum berbuat apa-apa untuk memerintah negerinya. Pagi hari di paseban, begitu selesai mendengarkan laporan dari tiga orang Rakryan Mahamentri Katrini(pejabat yang paling dekat dengan raja) dan hanya memberi sedikit titah kepada mereka, ia langsung pergi ke puri menuju kamar tidurnya. Bukan untuk tidur, melainkan melamun.

Amaravati, permaisurinya yang berasal dari Champa itu, sering memergoki tabiat suaminya yang semakin nganeh-anehi. Sepanjang lamunannya, Bhre Kertabhumi sering cengar-cengir sendiri. Pandangannya pun senantiasa menerawang dan raut wajahnya menampakkan adanya kebahagiaan yang mungkin sedang terjadi di alam imajinasinya.

Chang E: Legenda Dewi BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang