Bagian 1 - Sang Dewi Rembulan

251 1 0
                                    

Tiga hari berlalu sejak Hou Yi tiba-tiba menghilang dari hadapan Chang E. Ia sama sekali tak melihat tanda-tanda Hou Yi akan pulang.

Malam ini malam bulan purnama yang ia tunggu-tunggu untuk memakan Pil Keabadian bersama Hou Yi. Namun, di mana kini Hou Yi berada, ia tidak tahu. Hatinya sedih dan galau. Berbagai prasangka melayang-layang dalam benaknya. Apa yang sebenarnya terjadi?

Berbekal rasa penasaran tak tertahankan, Chang E keluar dari tenda, pergi menemui Feng Meng yang tengah menikmati makan malam bersama keluarganya di dalam tenda. Melihat kedatangan Chang E, Feng Meng meletakkan mangkuk santapannya, bergegas keluar menemui Chang E setelah membersihkan tangannya dengan kain lap.

"Kak Chang E, ada yang bisa kubantu?" sambutnya.

"Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padamu," jawab Chang E.

"Apa itu, Kak?"

"Eee ...."

"Sebentar," ucap Feng Meng seraya pergi menutup pintu tenda. Kemudian, ia menghampiri Chang E lagi. "Katakan saja, Kak. Barangkali aku bisa membantu."

"Aku hanya mau menanyakan ke mana kira-kira suamiku pergi. Apakah kau tahu, Feng Meng?"

Feng Meng diam.

"Kenapa? Apakah kau tahu?" tanya Chang E lagi.

"Hem ...."

Feng Meng ragu-ragu berbicara.

"Sudahlah, Feng Meng. Katakan saja apa yang kau tahu," desak Chang E.

"Eh, sebetulnya Kak Hou Yi sudah berpesan kepadaku supaya tidak mengatakannya kepada siapa pun, termasuk Kakak."

"Apa itu?"

"Kak Hou Yi melarangku untuk mengatakannya, Kak."

"Mengapa dia sampai melarangmu? Memangnya ke mana dia pergi?"

"Aduh, Kak, jangan mendesakku. Kalau aku mengatakannya, Kak Hou Yi akan membunuhku," kata Feng Meng dengan wajah menunjukkan ketakutan.

"Tidak, Feng Meng. Suamiku tidak akan melakukan apa-apa terhadapmu. Percayalah padaku dan katakan saja," desak Chang E gigih.

Akhirnya Feng Meng menyerah. "Dia ... hmm ... dia pergi mencari Mi Fei," dusta Feng Meng.

Chang E terperanjat. Darahnya berdesir di seluruh pembuluh. Lidahnya kelu dan terasa masam. Apa-apaan ini? batin Chang E gusar. Benar-benar tidak tahu malu lelaki itu. Sudah dipergoki Feng Yi dan diseret ke hadapan Kaisar Langit rupanya tak membuatnya kapok menemui rubah kecil itu.

Emosi Chang E meledak. Ia benar-benar marah. Kali ini kemarahannya melebihi kemarahan saat ia menampar pipi Hou Yi. Kali ini tidak ada ampun lagi untuk Hou Yi.

Cahaya bulan memancar terang menyinari perkampungan. Cahayanya membuat malam benderang bagaikan siang. Chang E menatap ke arah bulan. Sinar bulan purnama malam itu memang luar biasa indah. Jauh lebih indah ketimbang beberapa purnama yang telah dilewatinya selama tinggal di bumi. Chang E paham, mungkin inilah alasannya mengapa Dewi Xi Wang Mu memerintahkan Hou Yi, dan dirinya, untuk memakan Pil Kea­badian pada malam bulan purnama tanggal lima belas bulan delapan alias malam ini. Cahaya yang dipancarkan bulan purnama kali ini bisa jadi berpengaruh pada daya dan kekuatan Pil Keabadian itu.

Chang E lalu teringat pada guci Pil Keabadian yang ia simpan di dalam lemari. Lekas-lekas ia lari meninggalkan Feng Meng menuju ke tendanya.

Di sana Chang E membuka kunci lemari dan mengambil guci Pil Keabadian yang ditaruhnya di bawah tumpukan pakaian. Chang E menatap nanar pada guci yang dipegangnya itu. Tadi sore ia sudah tidak sabar untuk memakannya bersama-sama Hou Yi. Namun, setelah diberi tahu Feng Meng kalau Hou Yi malah pergi kepada perempuan lain, lantas buat apa Pil Keabadian yang sudah terbagi dua ini? Apakah aku akan memakan keduanya?

Chang E: Legenda Dewi BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang