C H A P T E R 7
Suara hembusan angin bertiup dengan kencang, meniupkan dedauan sehingga membuatnya berjatuhan. Udara kembali terasa dingin, nabel baru saja sampai dirumahnya, mendudukan diri datas kasurnya ia melepaskan ikatan pada rambutnya.
“NABEL!!” teriakan alice membuat nabel memutar kedua bola matanya, ia mendengus kesal lalu menuruni anak tangga menghampiri Alice. “Aku tidak tuli.” Ujarnya ketika sampai dihadapan Alice,
“Apa?” Nabel menatap Alice yang sedang menekan asal tuts grand piano miliknya. Nabel mengingat bahwa ia sudah lama tidak bermain piano.
“Lusa aku harus praktek alat musik, tapi aku tak bisa memainkan alat musik apapun.” alice membuat sebuah cengiran yang menurut nabel sangat mengerikan,
Nabel terdiam, ia mengangguk mengerti maksud alice, “so, kau meminta ku untuk mengajarimu?”
“correct!” Alice menekan tuts pianonya tanpa sadar dengan kencang.
“tapi belajar piano harus membutuhkan waktu yang tidak cepat. Kapan kau akan praktek?” nabel mengambil posisis disamping alice,
“kau bodoh atau apasih... aku bilang lusa bel.” alice menghembuskan nafas beratnya,
“o-okay sorry.” Nabel mulai memainkan jemarinya yang lentik diatas piano, alice terdiam memperhatikan nabel. Suara bel rumah terdengar membuat nabel melarikan jemarinya dari piano, ia melenggang menuju pintu, tanpa pikir panjang nabel membuka knob pintu, ia mengamati dengan teliti sosok pria dihadapannya.
“Maaf, anda siapa?” berbicara pada sosok pria yang sedang memunggunginya, rambutnya yang ikal membuat nabel mengingat siapa sosok dihadapannya.
“Harry?” nabel mengeluarkan suaranya yang serak, ia memastikan namun suaranya dapat terdengar dengan jelas, pria ini memutarkan tubuhnya kearah nabel, ia memicingkan matanya agar dapat melihat jelas sosok dihadapannya.
“Kau sudah mengenalku dengan baik.” pria ini mengembangkan sebuah senyuman membuat dimplesnya terlihat sempurna, nabel melakukan hal yang sama, entah apa yang membuat nabel berubah ketika ia melihat harry berada disisinya sebuah senyuman dengan seribu arti tak henti-hentinya nabel tunjukkan, ia hanya merasa nyaman pada sosok harry.
“ada apa?” suara nabel terdengar memecahkan keheningan,
“apa aku bisa masuk?” harry menaikan satu alisnya,
“Sorry.” Nabel menggaruk tengkuknya yang tidak gatal ia hanya merasa gugup saat bersama harry,
“kau sendiri disini?” Harry terduduk disalah satu sofa milik nabel,
“Tidak, aku bersama alice adikku, dan ibuku sedang melakukan kegiatan untuk beberapa hari kedepan.” Nabel mengambil posisi terduduk di samping harry. Keduanya terdiam sejenak, merasakan suasana yang begitu hening,
“bell? Where are you?” suara alice membuat nabel tersadar bahwa ia masih bersama adiknya tadi,
“oh sedang apa kau?” alice melipat kedua tangannya didepan perutnya, ia menatap Nabel dan harry secara bergantian.
“Aku sedang mandi. Kau lihat apa yang sedang aku lakukan?” nabel menatap alice sarkastik. “Ku kira kau sedang berkencan dengannya. Aku alice adik nabel.” Alice menjulurkan tangannya untuk memperkenalkan diri pada harry. Tentu saja Alice memasang senyuman mautnya.
“Harry.” Harry mennyambut uluran tangan alice dengan hangat, sebuah senyuman terlukis diwajah harry.
“Dingin. Kau sakit?” Alice terkesiap merasakan perbandingan suhu antara tangannya dengan harry, ia menatap selidik kearah harry memastikan sesuatu yang aneh pada harry.
KAMU SEDANG MEMBACA
About You Is Impossible// h.s & n.h
VampireSemua berawal dari kedatangannya ke Philadelphia negara bagian Amerika Serikat, takdirlah yang membawanya ke tempat tersebut. Mempertemukan dengan sebuah kehidupan lain yang tak pernah gadis itu kira. Semua kejadian tak terduga menghampirinya satu p...