009: The first way

1.1K 43 2
                                    

C H A P T E R 9

Nabel's POV

Aku terdiam menatap buku yang berada ditanganku saat ini, bagaimana bisa semua ini terjadi. Ini terasa mimpi buruk bagiku, orang yang telah kupercayai hingga saat ini, orang yang membuatku jatuh cinta karenanya. Tapi kenapa sekarang menjadi sesulit ini? Aku tak habis fikir, saat ini masih ada hal-hal kuno seperti itu. Dengan sigap aku menyalakan mesin mobil dan kembali kerumahku, mungkin saja aku bisa bercerita hal ini pada alice, karena ia sangat pintar dalam hal ini. Memarkirkan dengan asal mobilku didepan pintu rumahku, membuka pintu dengan kasar, aku memasuki rumah bernuansa klasik ini.

"ALICE!" aku berteriak mencari keberadaan alice, mencari disetiap ruangan yang biasa ia tempati, tapi hasilnya nihil.

"alice? Where are you?" ucap ku setengah berteriak, berjalan menuju kamarnya, aku melihat jendela kamarnya yang tebuka lebar.

"alice where are you?" ucapku dengan panik, aku mendekati kearah jendela kamarnya yang terbuka lebar,

"apa ini" ucapku melihat sebuah cairan kental berwarna merah dilantai kamar alice, aku menunduk mencari tau apakah cairan ini,

"darah? " tiba-tiba pikiran ku telintas oleh semua cerita dibuku milik jai,

"tidak! tidak mungkin." Aku melangkah mundur menjauhi darah yang berceceran dilantai kamar alice, "Alicee ayo angkat." perasaan panik ku sudah memuncak pada diriku, tak berapa lama kahirnya alice mengangkat telfonku, tapi buka suara alice yang aku dengar melainkan pria.

"DIMANA ALICE! SIAPA KAU?"

"kau nabel? Ssshhh calm down bel. Alice it's okay if you come here."

"dimana kau?"

"jika kau ingin tau gunakan akal mu untuk mengetahui letak posisiku. Tutt... tutt..tuuut." tiba-tiba telfonnya teputus, aku mencoba menghubunginya sekali lagi namun nomernya tak aktif.

"where are you lice." Tangisku terpecah, aku menyadari menjadi seorang kakak yg gagal, aku tak berhasil menjaga adikku sendiri, disaat ibuku pergi aku malah membuat kesalahan yang fatal. Di fikiran ku terlintas sosok yang selalu membantuku disaat sulit.

"jai? Jai." Aku mencari nama jai diponselku meskipun sebenarnya rasa kesal masih memuncak pada diriku saat membaca buku jai,

"nabel?" suara tenang milik jai terdengar dibalik telfon,

"jai...."

"why? Ada apa dengan mu?" suara jai yang semula tenang saat ini sama paniknya dengan ku, terdengar langkah kaki jai yang terburu-buru,

"kau dimana? Aku kesana sekarang."

"aku dirumah." Ucap ku sesenggukan karena tangisku. Tak berapa lama terdengar suara seseorang yang membuka pintu rumahku, langkah kakinya semakin keras seiring semakin dekatnya posisinya denganku, siluet bayangan seseorang telihat, mataku masih tak dapat melihat dengan jelas karena tertutup oleh air mata yang membendung di pelupuk mataku,

"Nabel." Jai datang merangkul ku dengan erat, tangisku semakin tepecahkan melihat sosok jai,

"Jai." Menitihkan air mata aku dapat melihat jaket jai yang berubah menjadi gelap oleh tetes air mataku yang membuat bajunya basah,

"ada apa?"

"alice..." aku masih tak dapat meneruskan kata-kata ku, aku menatap kearah jendela untuk menunjukan maksudku, awalnya jai menatap mataku, kemudian ia mengerti maksud ku.

"what the hell." Ucap jai geram ketika melihat darah didekat jendela kamar alice, rahangnya terlihat mengeras, jai menekuk satu lututnya dan mencium darah yang berceceran dilantai.

About You Is Impossible// h.s & n.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang