027: The Selection

298 19 3
                                    

Jai sudah selesai mengobati Deakin. Mereka menyuruh Jai dan teman-temannya untuk istirahat. Setelah dirinya mengatasi beberapa vampir, Niall mendengar teriakan keras dari dalam ruangan, ia sempat ragu tak akan bisa memasuki rumah besar tersebut karena Dean memberikan perlindungan. Namun saat mendengar jeritan yang semakin keras, Niall sudah tak tahan. Ia berlari dengan kencang menyusuri ruangan yang gelap, sebagai vampir menjadikan penglihatan Niall walaupun dalam gelap tetap tajam.

Zayn yang melihat Niall berlalari membuntinya, kemudian masuk kedalam ruangan. Mereka berlari menuju lantai tiga, sumber suara tersebut berasal.

Mereka memacu kecepatannya untuk menggapai posisi dimana Nabel berada. Zayn tak kalah kalapnya dengan Niall, ia sangat menyayangi Nabel juga tentunya. Sementara itu, Louis dan yang lain hanya berharap cemas, mereka tak pernah beperang hingga melibatkan Winstead dan para Werewolf, mereka hanya melakukan dengan tanaga keluarga.

Mereka berlari tergesa, pandangannya lebih tajam dalam gelap. "Zayn!" Niall berteriak, ia berhenti disalah satu lorong, melihat dua orang berdiri menghadap tembok. Niall tak dapat melihat sosok Nabel karena terhalang tubuh dua orang tersebut. Tanpa berkata-kata Niall dan Zayn perlahan, menghampiri mereka. Ketika jaraknya hanya beberapa langkah, mereka dapat melihat, kulit Nabel yang kecoklatan hampir membiru, matanya mendelik. Ia langsung menyerang Gustav tanpa ampun, sedangkan Zayn berusaha menahan Camryn. Tangan Gustav yang mencengkram leher Nabel terlepas, membuatnya terbatuk, berusaha menghirup udara sebanyaknya agar memenuhi paru-parunya. Setelah kondisinya sedikit lebih baik, Niall menyuruhnya mencari Harry. Dengan susah payah, gadis itu kembali bangkit.

Niall terus mengantam Gustav, sesaat ia menoleh melihat sebuah tongkat panjang. Niall berniat membenamkan tongkat tersebut kedalam jantung Gustav sebelum sebuah tangan menahannya. Niall ingin berteriak kepada sosok berambut panjang yang masih terlihat ragu untuk memasukki sebuah ruangan. Ia mencari sosok Zayn, yang ternyata sudah lebih dulu menghilang, hanya dirinyalah harapan untuk membuat Nabel pergi menjauh.

Namun, harapan hanyalah angin semu. Dean sudah berada dibalik Nabel, lalu menarik tubuhnya hingga kembali membentur tembok. Setelah itu, Niall tak dapat melihat apapun karena tubuhnya terlempat kebawah, menyusul Zayn yang sudah lebih dulu dilempar kebawah.

***

"D-Dean!"

Nabel memutar tubuhnya, ia mendapati sosok berambut coklat dengan mata merah pekatnya. Nabel mengalihkan pandangannya, ia merasa terancam jika menatap mata itu. Tubuhnya semakin terhimpit oleh sosok Dean yang mendesaknya ketembok.

"sebelumnya, aku ingin mengajak mu bekerja sama." Ujar Dean, menghentikan aksinya yang menghimpit Nabel. Sejenak Nabel dapat bernafas lega.

"Apa itu?" Nabel masih tak menatap Dean.

"Jika, aku memberi mu dua pilihan. Mana yang akan kau pilih?" Nabel tertawa masam, ia menganggap lelucon Dean sama semali tak ada lucunya. Jayus.

"Hah, mana aku tahu!" Nabel masih memberontak, membebaskan dirinya.

"Begini-sebelumnya, kau tau apa niatku menyekap Harry disini?" Tanya Dean dengan ekspresi datar, ia sama sekali tidak tersenyum ataupun memperlihatkan eksperisnya saat ini.

"Kau mungkin ingin membunuhnya." Ujar Nabel acuh tak acuh, ia sudah muak dengan semua ini.

Dean tergelak, "Wow, kau cantik, tapi tidak sepintar yang ku kira. Jika aku ingin membunuh Harry, maka sejak awal aku sudah membunuhnya."

Nabel menatap Dean nyalang, "Lalu apa mau mu?!" teriakkannya menggema dilornong yang sepi. Dean menatapnya tajam, "Mau ku? Urm-" Dean tampak memainkan ekspresinya, ia menahan kedua alisnya, lalu kembali berujar, "-membunuhmu."

About You Is Impossible// h.s & n.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang